Chapter 24 - Arc 02: Iapthae Portae

1.4K 177 368
                                    

|| Total chapter ini sebanyak 5.346 kata. Silakan cari posisi ternyaman untuk membaca.

|| Beri vote dengan komentar 350, kalau nggak capai target, nggak bakal update lagi^^ Jangan spam komentar yang sama.

Aalisha sedikit menyesal karena telah menceritakan segala kejadian yang menimpanya dan tuan Thompson sebelum datang ke Eidothea bulan lalu karena kini seperti biasanya, Anila dan Mylo akan heboh dan panik. Terutama Anila yang pagi buta sudah menemui Aalisha untuk membahas lebih lanjut apa yang terjadi pada mereka ketika di asrama Drystan, mengenai profesor Chameleon, serta serangan tikus pembawa wabah zombie. Bahkan Anila sudah mengaitkan kejadian yang menimpa mereka, sama seperti yang menimpa Aalisha sebelumnya meski mereka tidak berada di kastil misterius atau dungeon. Ya, pasti keduanya saling berkaitan!

Meski Aalisha berkata kalau ketika ia di kastil misterius bersama tuan Thompson, ia tak ada melihat tanda-tanda musuh berupa tikus bayangan yang mengubah makhluk hidup lain menjadi zombie. Namun, Anila tetap keukeuh dengan argumentasinya dan harus meneliti semua ini lebih lanjut, tepatnya mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya.

Benar-benar menunjukkan perangai seorang keturunan bangsawan Andromeda yang bahkan Majestic Families saja kemungkinan menyerah menghadapi rasa penasaran dan haus akan ilmu dari seorang keturunan Andromeda. Seperti kini saja, Aalisha dan Mylo merasa sangat lelah untuk menuruti perintah dari Anila Andromeda agar mereka mencari buku-buku yang berkaitan dengan wabah tikus atau informasi lain mengenai profesor Benedict Chameleon di perpustakaan Eidothea. Meski ada jeda sebelum kelas selanjutnya, tetap saja, berkutat dengan berbagai macam buku yang kebanyakan bersampul cokelat tua atau warna gelap, sesaat mata mereka sakit bahkan Aalisha saja merasa hendak pergi dari sini. Bukan masalah dia lelah membaca buku, tetapi sifat overprotective Anila serta gadis itu seperti hendak ikut campur urusan Aalisha yang membuat Aalisha enggan berada di sini.

Hanya saja jika dipikir-pikir lagi. Aalisha juga merasa penasaran dan kesal bercampur aduk. Pasalnya, ia jelas tak punya liontin, andaikata liontin yang membuatnya terlibat dengan malapetaka semalam. Ataukah jangan-jangan ada pemicu lain, selain liontin?

"Aku bersumpah, aku sudah memeriksa setiap sudut rak buku ini, tetapi tidak ada buku yang kita cari atau yang setidaknya berelevansi dengan wabah tikus," ujar Mylo, frustrasi dan depresi menjadi satu, ia duduk dengan geram di lantai, tak peduli jika jubahnya kotor karena debu.

Anila mengkerutkan dahinya, ia menghela napas pula. Sudah sejam lebih mereka di perpustakaan tersebut, tetapi tidak menemukan buku yang mereka cari. "Hanya ada buku yang menjelaskan tentang wabah flu burung, influenza, wabah sapi mengeluarkan susu basi, hingga wabah katak gatal, tidak ada tentang wabah tikus zombie. Jika pun ada kemungkinan hanya membahas wabah tikus yang memakan tanaman di kebun atau sawah."

"Ya, aku juga tak menemukan informasi apa pun," balas Aalisha, "aku coba gunakan kemampuanku, para nyamuk dan kepik bilang, tak ada buku sejenis yang kita cari."

Maka semakin membuat Anila frustrasi sementara Mylo hendak pingsan. Hampir dua jam mereka sia-sia saja di perpustakaan ini sementara kelas profesor Solana sebentar lagi akan dimulai. Seumur hidup mereka, tidak pernah tahu ada sihir wabah tikus yang membuat seseorang berubah jadi zombie.

"Jika dipikir-pikir lagi, bukankah sihir wabah tikus itu sangat mengerikan karena jangkauan sihirnya sangat luas karena menggunakan tikus lalu seseorang yang tergigit akan jadi zombie," ujar Mylo.

"Kau benar, jika pun sebenarnya sihir itu legal, pasti akan membawa bencana jadi menurut teoriku jika sihir itu kemungkinan dilarang karena menyebabkan kematian massal," balas Anila seraya menatap Aalisha yang mengangkat tangannya. "Kau temukan sesuatu?"

Book II: The Arcanum of AalishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang