Chapter 12

1.8K 192 30
                                    

ANDAI dunia ini diibaratkan musik, sehingga setiap tempat atau aktivitas yang dilakukan para makhluk hidupnya akan terdengar musik yang mengalun. Dipastikan jika istana kerajaan akan menjadi musik klasik yakni alunan bunyi tuts piano serta biola yang menghanyutkan, sementara di kuil para Dewa; musiknya berupa lira dan harpa yang menenangkan bahkan cocok sebagai pengantar tidur. Lalu bagaimana dengan Eidothea?

Ah, sungguh sangat sulit digambarkan karena musik dari Eidothea ini seolah campur aduk. Dimulai dari alunan yang menghanyutkan sampai sumbang sekali! Yakini saja kalau seluruh musik berkumpul di sekolah ini karena dimulai pagi hari saja sudah banyak keributan yang para muridnya perbuat, jika pun ada yang bersantai, tetap saja murid lain akan berbuat keonaran sehingga tak ada satu detik pun yang sunyi di sekolah ini terkecuali waktu tidur! Apakah semua murid di sini penderitaan ADHD atau sekrup kewarasan mereka sudah hilang?

Lihat saja! Sebelum sarapan pagi, para murid sudah berkumpul bersama dengan sahabat mereka, lalu memulai gosip di pagi hari. Ada pula yang tertawa keras karena membicarakan kejadian lucu di kelas kemarin; katanya, teman mereka gagal melakukan mantra, harusnya mengubah kelinci jadi gelas kaca, malah diubah jadi panci berkarat. Ada juga yang bercerita kalau di kelas ramuan, kelas mereka jadi berwarna merah akibat ledakan kegagalan pembuatan ramuan, jadi sebelum kelas berakhir, satu kelas bekerjasama untuk membersihkan noda merah dinding kelas, duh jadi kerja bakti namanya.

Para murid di Eidothea memang tak bisa lepas dari lingkaran persahabatan, artinya seseorang pasti punya beberapa teman dekat atau sahabat yang akan selalu bersama-sama ke mana pun, di mana pun, bahkan berbuat keonaran selalu bersama, begitu juga dihukum.

"Jadi tolong ya jangan pernah berkata kalau seseorang harus berteman dengan semua orang; sungguh omong kosong perkataan itu karena tidak semua manusia baik, lebih banyak negatifnya, jadi pandailah memilih dan buatlah lingkaran persahabatan jika tak mau mati dibunuh monster." Nasihat ini dikutip dari salah satu murid yang sudah jadi alumni Eidothea.

Maka ketika melangkah keluar kastil asrama, tidak usah heran dengan para murid yang berjalan menuju kastil Eidothea bersama dengan sahabat mereka entah berdua saja atau lebih. Mereka bahkan berani menaiki sapu terbang kemudian masuk ke aula makan bersama yang akhirnya dimarahi oleh profesor Madeleine. Ketika acara makan juga, kesunyian tak pernah ada di Eidothea, mereka mengoceh dari ujung ke ujung seolah ada ratusan lebah yang berdengung.

Dikarenakan para murid masihlah anak-anak yang perlahan menuju masa remaja, maka tak heran dengan sifat mereka. Ada beberapa murid yang bisa mengontrol ekspresi mereka ketika sedang menggosipkan seseorang, ada pula yang terang-terangan membenci. Lucu sekali juga ketika ada murid yang jatuh cinta, murid itu akan didukung oleh teman-temannya kemudian sengaja mencari tempat duduk yang dekat dengan orang yang ditaksir lalu mereka mulai menggoda teman mereka hingga wajahnya memerah padam. Terkadang iseng dengan menggunakan sihir seperti mengirimkan surat cinta dari kertas yang berbentuk pesawat kemudian terbang pada orang yang ditaksir. Para profesor ada yang sadar dengan tingkat para muridnya itu, tetapi mereka memilih diam selagi dalam batas wajar.

Lagi pula kapan mereka bisa bebas selain di Eidothea? Sulit bagi murid kaum bangsawan hendak menyatakan cinta jika sudah di luar akademi karena ada banyak peraturan bagi anak-anak bangsawan terutama jika mereka ujung-ujungnya dinikahkan demi kebutuhan politik. Kandas sudah kisah cinta tulus mereka akibat pernikahan politik. Begitu pula murid dari kaum proletar yang terhalang kasta jika jatuh cinta pada teman mereka yang berasal dari kaum bangsawan. Jika di luar akademi mereka harus menjaga martabat karena takut menjadi perbincangan masyarakat sosial, berbeda dengan Eidothea yang sedikit membuat mereka terlepas dari kekangan peraturan masyarakat sosial itu.

"Masa remaja, masa terindah dalam hidup sebelum menghadapi pahitnya hidup ketika sudah dewasa nanti terlebih jika dikirim ke Zero Domain," ujar profesor Rosemary, "berada di sana, harus siap kehilangan kepala."

Book II: The Arcanum of AalishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang