Chapter 11

1.5K 214 34
                                    

|| Kalian bisa dukung gue melalui trakteer.id, link ada di bio

Semua murid tercengang bukan main ketika tercipta jurang sedalam satu setengah meter akibat efek dari serangan pedang Aalisha. Kini gadis kecil itu tersenyum kecil pada master Aragon seraya meminta maaf atas perbuatan yang katanya tak dia sengaja. Maka master Aragon hanya bisa menghela napas sambil mengusap wajahnya, kasihan sekali dia jadi frustrasi. Aalisha yang identitasnya belum diketahui saja, sudah suka membuat akademi heboh apalagi kini! Bisa-bisa Aragon akan mati karena frustrasi dibandingkan mati di tangan iblis.

"Baiklah Nona Aalisha tak masalah," ujar Aragon enggan memperbesar masalah ini. "Aku akan meminta Orly-ku memperbaiki tanahnya, jadi jangan khawatir. Kauboleh kembali ke barisan."

"Baiklah," sahut Aalisha seraya berjalan tanpa ada beban yang ia tanggung.

Apakah ini kesalahan Aragon karena meminta Aalisha jadi relawan yang menunjukkan cara mengaktifkan senjata magis dan menyerang boneka? Karena sepertinya para murid bukan termotivasi, melainkan jadi pesimis setelah mengetahui betapa jauhnya perbedaan kekuatan mereka dengan seorang gadis kecil ... yang dulunya mereka hina. Ah, kini hilang sudah harga diri mereka ketika mengingat betapa gencarnya mereka menghina Aalisha dengan sebutan lemah dan rakyat jelata.

"Gila!" ucap Gilbert, "jangan katakan jika itu belum kekuatan penuhmu!"

Aalisha berhenti di dekat Anila. "Ya, baru 2% dari total yang kubisa."

"Kau bercanda 'kan? Kalau baru segitu, maka kau bisa meratakan benua jika kekuatan penuhmu!" timpal Frisca sangat melebih-lebihkan atau ia sebenarnya serius?

Gilbert lekas menyahut, "ya benar! Jadi ini kekuatan seorang Majestic Families---eh darah keluar dari hidungmu!"

"Aalisha, kau berdarah," ujar Mylo lekas mengambil kain putih dari dalam invinirium lalu diserahkan pada Aalisha yang ternyata ada orang lain dengan sapu tangan biru yang juga disodorkan pada Aalisha untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

"Aku yang lebih dulu, Mylo," ujar Anila menatap tajam.

"Jelas-jelas aku lebih dulu!" sahut Mylo yang ia yakini jika ia lebih cepat dua detik menyodorkan kain putihnya pada Aalisha.

"Kau tak lihat Aalisha berdiri di dekatku, artinya dia sengaja hendak meminjam sapu tangan dariku!" Anila semakin mendekatkan sapu tangan birunya pada Aalisha.

"Apa? Memang dia tahu kalau kau membawa sapu tangan?" tukas Mylo.

"Kau sendiri? Memang Aalisha tahu kalau kaubawa kain putih, lagi pula itu handuk, masa kauberikan handuk yang bisa saja bekas kaugunakan!" Sepertinya Anila akan menyatakan perang pada detik ini!

"Aku memang selalu membawa handuk ini dan handuknya bersih! Selalu kucuci setiap hari!" balas Mylo yang dengan senang hati menerima pernyataan perang dari Anila.

"Mylo, sejak awal, aku tahu kalau dia akan mimisan, begitulah dia setelah menggunakan kekuatannya! Jadi aku lebih dulu sadar, karenanya biarkan Aalisha menggunakan sapu tanganku!" Anila sungguh sangat mengerikan ibarat naga atau monster purba yang mengeluarkan api dari mulutnya jadi terpaksa Mylo mengalah meski hati kecilnya jadi tersakiti.

"Baiklah kaumenang!" ujar Mylo menarik tangannya sementara Anila berteriak kegirangan.

"Aalisha usap hidungmu dengan sapu tanganku ...." Suaranya jadi pelan karena kini dia melihat Aalisha sudah membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dengan sapu tangan berwarna ungu.

"Apa? Aku selalu bawa sapu tanganku sendiri," balas Aalisha sama sekali tak berperasaan atau ia tak paham pertengkaran Anila dan Mylo?

Maka detik itu gelak tawa menyerang, Frisca dan Gilbert tak berhenti tertawa sampai-sampai mereka harus memegangi perut karena perut mereka sakit saking lelahnya tertawa. Mylo juga ikutan tertawa karena lucu sekali ketika Aalisha sudah selesai membersihkan darah di hidungnya padahal Anila baru memberikan sapu tangan. Terlebih lagi wajah Aalisha polos dan tak merasa bersalah. Sedangkan Anila terdiam mematung sembari memegangi sapu tangannya, ia seperti habis tertolak cintanya, kini dia berjongkok kemudian wajahnya murung sekali, mungkinkah dia menangis?

Book II: The Arcanum of AalishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang