Aksa Amerta

1.1K 59 0
                                    

"Tuhan selalu punya cara, untuk mengawali dan mengakhiri setiap narasi kehidupan ciptaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan selalu punya cara, untuk mengawali dan mengakhiri setiap narasi kehidupan ciptaannya. Hanya saja, bukankah prolog tanpa epilog dalam cerita itu sedikit tidak adil rasanya?"

Sepienite, Sept 2023.

Sepienite, Sept 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG

"Jean, sudah seberapa jauh kamu menelusuri dalamnya lautan? Apa kamu gak capek? Sudah cukup Jean, ayo kita pulang ke rumah lalu menikmati segelas cokelat panas sambil menghangatkan diri disamping perapian kecil dan mengobrol ringan." ucap Aruna seorang diri sambil menatap nanar ke arah lautan yang luas.

Tanpa disadari air mata Aruna menetes. Rasa rindu yang besar dan kekecewaan yang cukup dalam menghantam dadanya dengan begitu kuat, seperti sudah tidak sanggup lagi untuk membendung rasa sesak yang teramat sangat. 

Aruna menekuk lutut dan membenamkan wajahnya. Ia berusaha untuk meredam isak tangis dan juga rasa sakitnya, agar tidak satu orang-pun tahu jika dirinya sedang tidak baik – baik saja saat ini. Bahkan lautan yang kini menjadi saksi bisu-pun juga tidak boleh.

Debur ombak membelah pantai Merville, membentuk buih – buih kecil berwarna putih tepat di garis pantai. Warna langit yang tadinya cerah perlahan berubah menjadi oranye, penanda jika hari telah berakhir. 

Satu persatu orang mulai pergi meninggalkan pantai, sedangkan Aruna masih tetap dalam posisi yang sama. Hingga beberapa menit berlalu, langit sudah gelap dan tersisa dirinya seorang diri. Tapi tidak benar-benar sendiri.

Tidak jauh dari Aruna, terlihat segelintir orang yang juga tengah menatap nanar ke arah lautan. Dengan dada yang sesak dan mata yang berkaca-kaca, cukup untuk mengilustrasikan keadaan mereka yang saat ini masih menolak takdir jika mereka tidak lagi bisa bertemu dengan orang terkasih. 

Lenyap, ditelan lautan yang dalam dan luas. Tanpa sepatah kata apapun, tanpa aba-aba lalu pergi menyisakan luka bagi mereka yang ditinggalkan. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi mereka. Keluarga dari para korban kecelakaan kapal pesiar yang berlayar di lautan benua Australia, sebulan yang lalu.

Aksara Rajendra, menjadi salah satu dari banyaknya korban di kapal tersebut. Pria yang lebih sering dipanggil Jean oleh Aruna itu pergi tanpa bilang dan menghilang selamanya meninggalkan tunangannya seorang diri, Ashana Aruna. Semakin tenggelam dalam rasa kekecewaan, sebab seminggu sebelum Jean pergi mereka sempat berselisih paham hingga tidak berkomunikasi sama sekali.

Aksa AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang