"Kamu tahu, sejak kecil aku jatuh hati dengan laut. Laut seperti candu untukku. Tapi sejak kejadian itu, laut menjadi terlihat mengerikan dan penuh dengan misteri. Sehingga aku tidak lagi berani untuk menyelaminya terlalu dalam. Sama kayak kamu. Aku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak pagi Jean sudah menunggu di depan pintu rumah Aruna. Namun sayang, pemilik rumah tak kunjung keluar. Hingga beberapa menit berlalu, sebuah mobil yang terlihat tidak asing bagi Jean berhenti. Mobil milik Mahen.
Laki-laki itu berjalan dengan santainya lalu memencet bel. Terlihat jika ia sengaja mengabaikan keberadaan Jean yang sangat jelas berdiri di sampingnya. Sementara Jean, seperti yang sudah bisa ditebak. Ia memandang Mahen dengan tajam, sambil mengepalkan tangan meredam emosinya.
Entah kenapa Jean menjadi tidak suka dengan mantan terapisnya dulu. Lebih tepatnya, ia tidak suka ketika melihat pria itu berada di sekitar Aruna.
Tanpa menunggu waktu lama, Aruna kemudian membukakan pintu untuk Mahen. Pakaian yang dikenakannya sangat rapi. Cantik dan elegan bercampur menjadi satu. Membuat darah Jean berdesir melihat gadis itu.
"Aruna," panggil Jean dengan tangan yang sedikit terulur, mencoba untuk menggapai tangan Aruna. Membuat Aruna refleks bergerak mundur
"Sejak kapan Jean ada disini?"
"Maaf, aku sedang buru-buru Aksara." Jawab Aruna cepat, mencoba untuk menyembunyikan keterkejutannya akan keberadaan Jean. Kemudian berlalu begitu saja memasuki mobil Mahen tanpa menoleh lagi ke arah Jean.
Baru saja Jean ingin berjalan menyusul Aruna, tapi dengan sigap Mahen menahan langkahnya. "Apa kau tidak mendengarnya? Kami sedang buru-buru." Ucap Mahen sambil menepuk bahu Jean, namun segera di tepis olehnya.
Jika bukan karena ingin menyelesaikan masalah secara baik-baik dengan Aruna, Jean mungkin sudah melayangkan tinjunya di wajah Mahen. Telinganya memerah karena menahan amarah. Terlebih saat Mahen melegang pergi begitu saja setelah menepuk bahunya seperti tadi.
"Cih, sok keren." Cibirnya menatap tak suka.
Jean masih berdiri mematung di tempat yang sama, hingga mobil yang membawa Aruna itu benar-benar menghilang dari pandangannya.
Setelahnya Jean mengacak rambutnya frustasi. Mendatangi Aruna tepat setelah gadis itu memutuskan hubungan secara sepihak dengannya sebenarnya bukan menjadi pilihan yang benar. Pasalnya, memori tentang Aruna belum sepenuhnya kembali. Ia hanya bermodalkan tekad untuk datang kesini. Ditambah dengan kalung dan cincin pertunangan mereka.
Tidak ingin membuang waktu hanya berdiri sia-sia, Jean memutuskan untuk mengikuti kemana Aruna dan Mahen pergi.
✧✧✧
"Terima kasih karena sudah menghubungiku lebih dulu untuk membantu, Aruna." Suara Mahen memecah lamunan Aruna.
"Yakin, kamu baik-baik saja?" Lanjutnya yang sambil melihat ke arah Aruna melalui pantulan kaca spion.
"Aku yang memutuskannya, jadi apa menurutmu aku tidak baik-baik saja?" Aruna malah bertanya balik.
Sejujurnya dilema itu masih tersisa dalam hatinya. Sekuat apapun ia menolak, Aruna jelas masih mengharapkan Jean. Tapi sekali lagi, Aruna tidak ingin merusak apa yang sedang terjadi sekarang. Karena dia hanyalah bagian dari masa lalu Jean.