Ch. 49 - Berjalan di Sampingmu adalah Pilihanku

167 20 1
                                    

Masih pada ruangan yang sunyi, namun dengan latar berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih pada ruangan yang sunyi, namun dengan latar berbeda. Terlihat seorang laki-laki bertubuh besar tengah berjalan bolak-balik arah. Tampak dari raut wajahnya jika ia sedang gusar, memikirkan sesuatu. Sementara itu, laki-laki yang satunya lagi terlihat jauh lebih tenang bersama dengan buku tebal yang ia baca.

"Kau tidak lelah? Sudah setengah jam kau berjalan mengitari ruangan ini." Ujar Cielo pada Jean, tanpa mengalihkan pandang dari bukunya.

Jean menggelengkan kepala, menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Cielo. Kembali melanjutkan aktivitas yang sama.

Dengan pergerakan santai, Cielo meletakkan pembatas pada lembar buku yang ia baca. Seolah tidak terpengaruh oleh suasana gugup yang menyelimuti ruangan. "Tenanglah, kau sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. Aruna pasti akan menyukainya." Beri tahu Cielo.

Mendengarnya membuat Jean menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menghilangkan rasa cemasnya. "Tapi bagaimana jika tidak? Kurasa aku salah memilih waktu, apa sebaiknya aku tunda saja?" Suaranya terdengar tidak yakin.

Alis Cielo bertaut ketika mendengar kalimat Jean. "Apa kau ingin kehilangan dia lagi? Kau tidak lupa kan, jika semesta punya andil. Memiliki banyak waktu dan cara untuk melakukan segala hal yang di kehendakinya."

"Aku tahu itu, hanya saja kurasa jangan sekarang. Bagaimana jika aku menundanya hingga besok?" Jean justru kembali menanyakan hal yang membuat Cielo kini melipat tangan di depan dada.

"Aksara Rajendra, ingatlah. Hari ini adalah tentang perasaanmu, bukan tentang skenario sempurna yang telah kau siapkan. Apa yang kau rasakan untuk Aruna, sudah cukup. Tak ada yang lebih berarti daripada itu." Jelas Cielo, secara tidak langsung mencoba untuk menenangkan sepupunya.

Hari ini Jean berencana untuk melamar Aruna setelah sebelumnya sempat menunda. Tetu saja karena alasan waktu yang tidak tepat, ditambah persiapan yang belum matang. Lain halnya dengan sekarang, ia telah mempersiapkan segalanya. Skenario yang sempurna, seperti kata Cielo.

Laki-laki itu mengajak Aruna dan Albie mengunjungi Merville. Sekaligus berencana akan melamar gadisnya disana. Pantai Merville, yang selama ini menjadi saksi bisu dari kisah mereka. Tempat semuanya dimulai.

Ucapan Cielo barusan membuat kepercayaan diri Jean sedikit naik, namun masih terlihat gusar. "Tapi, ini benar-benar penting Diell."

"Karena itulah kenapa kau harus tetap tenang, Aksara." Jawab Cielo cepat dengan nada yang lebih serius. "Aruna mencintaimu, bukan karena cincin atau tempat kau akan melamarnya nanti. Tetapi dia mencintaimu untuk siapa dirimu, untuk Jean."

Kening Jean berkerut, kembali menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Merasa tenang meski tidak sepenuhnya. Membayangkan wajah Aruna, senyum manis dan khas milik gadisnya, tawanya, hingga mata berbinar gadis itu ketika mereka menghabiskan waktu bersama.

Aksa AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang