Jean melenguh, meregangkan otot badannya. Tidurnya semalam benar-benar terasa sangat nyenyak. Membuat tubuhnya pagi ini jauh lebih segar dibanding pagi-pagi sebelumnya. Ia melirik ke samping, mencari keberadaan Aruna. Tapi tidak ada. Gadis itu sudah bangun lebih dulu dibandingnya.
Kemudian Jean tersenyum mengingat apa yang telah terjadi semalam. Ia memegang kepalanya sendiri. Lalu beralih turun ke bibirnya.
"Bahkan manisnya masih terasa." Ujarnya sambil tertawa kecil.
Jean bangkit dari tidurnya. Ia berjalan keluar kamar. Ekor matanya menangkap Aruna yang tengah duduk sambil membaca buku.
"Makanlah Jean, setelah itu pulanglah." Ucap Aruna yang menyadari keberadaan Jean.
"Sangat dingin," Jean duduk di kursi meja makan yang letaknya tak jauh dari posisi Aruna duduk.
"Ponselmu berdering sejak pagi, kurasa penting." Lanjut Aruna tanpa melihat ke arah Jean.
Pagi tadi sebenarnya tidak sengaja Aruna melihat nama seseorang yang terus menghubungi Jean. Dan orang itu adalah Arne. Hal itu membuat Aruna sadar jika sekarang ia perlu untuk menjaga batasannya dengan Jean meskipun tidak ingin.
"Hei cokelat panas ini sangat enak, apa kau membuatnya sendiri?" Jean mengabaikan ucapan Aruna. Ia malah menikmati sarapan sederhana yang telah disiapkan Aruna untuknya.
"Aku menyukainya," Lanjutnya menghabiskan sarapan beserta cokelat panasnya itu.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Jean mengambil posisi duduk di samping Aruna. Tidak melakukan apa-apa, hanya duduk memandangi Aruna. Menikmati air muka tenang dari gadis itu yang membuatnya merasa damai.
"Jadi Mahen benar kekasihmu?" Tanya Jean tiba-tiba. Aruna yang mendengarnya sempat berhenti membaca, namun matanya masih menatap lurus ke arah buku.
"Jika benar, bukankah sekarang kau sudah termasuk bermain dibelakangnya?" Ujar Jean.
"Aku menciummu, kau menikmatinya. Bahkan kita tidur bersama." Perkataan Jean berhasil membuat Aruna merasa panas. Wajahnya sedikit memerah karena otaknya langsung memutar kejadian semalam. Dimana ia benar-benar hanyut dalam permainan Jean.
"Naughty girl." Bisik Jean membuat tubuh Aruna meremang.
"Enough!" Aruna menutup bukunya kasar. Ia menatap tajam Jean.
"Bisakah kau berhenti membicarakan hal mesum? Aku bukan kekasihmu." Ujar Aruna kesal.
"So, wanna be mine?" Tanya Jean dengan entengnya.
"You're a player." Aruna memicingkan matanya, tidak percaya Jean akan semudah itu memberi tawaran sementara ia memiliki Arne disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Amerta
Romance"Kamu tahu, sejak kecil aku jatuh hati dengan laut. Laut seperti candu untukku. Tapi sejak kejadian itu, laut menjadi terlihat mengerikan dan penuh dengan misteri. Sehingga aku tidak lagi berani untuk menyelaminya terlalu dalam. Sama kayak kamu. Aku...