Brisbane, Australia - 4 tahun yang lalu.
Derap langkah kaki Aruna berjalan menyusuri setiap bagian di perpustakaan kampus. Matanya tidak lepas dari deretan buku-buku yang terlihat rapi pada tempatnya, mencari satu buku yang hampir setengah jam belum juga ketemu. Dirinya yang merupakan mahasiswa baru, masih belum terbiasa dengan perpustakaan pusat kampus yang terbilang cukup besar dan memiliki banyak buku.
"Ah ketemu," ujar Aruna sambil sedikit menghela napas.
Lantas tanpa pikir panjang ia lalu duduk dan membaca buku tersebut. Hanyut dalam apa yang ia baca, hingga tak terasa waktu telah berlalu. Satu persatu mahasiswa mulai meninggalkan perpustakaan.
Sore mulai berganti malam, perpustakaan benar-benar kosong. Dan Aruna masih berada pada posisi yang sama seperti sebelumnya. Hingga tiba-tiba perpustakaan menjadi gelap. Lampu-lampu padam tanda telah tutup. Aruna refleks menutup buku dan menerjapkan mata, berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan.
"Halo?" ucap Aruna setengah berbisik, ingin memastikan apa dirinya benar-benar sendiri dalam gelapnya tempat yang luas ini.
Namun nihil, tak ada jawaban sama sekali. Hanya deru nafasnya seorang yang dapat ia dengar. Aruna meraba saku celananya, mencari handphone. Berniat ingin menyalakan flash tapi ponselnya mati. Kehabisan daya.
Panik. Ia merasa sedikit panik sebab dalam keadaan terang-pun ia belum menghafal setiap sudut perpusatakaan, apalagi dalam kondisi gelap gulita seperti sekarang. Ia berdiri, berniat mencari jalan melalui jendela yang mungkin untuk dibuka.
"Careless girl," suara berat seseorang mengejutkan Aruna, sontak ia berbalik untuk melihatnya.
Terlihat Jean berada tidak jauh dari belakang Aruna, ia menyunggingkan senyum tipis seperti hendak menertawakan ekspresi terkejut Aruna saat ini.
"Aksara Rajendra," ucapnya santai sambil berjalan mendekati Aruna dan menyodorkan tangan memperkenalkan diri.
"Ashana Aruna," balas Aruna tanpa menghiraukan uluran tangan Jean.
Jean menatap Aruna secara terang-terangan, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rambut hitam sebahu yang tergerai, kulit putih bersih ditambah dengan aksesoris kacamata hitam bulat yang tidak terlalu tebal menghiasi wajah gadis di hadapannya. Cantik dalam kesederhanaan, sebab pakaian yang dikenakan Aruna saat ini hanyalah celana hitam panjang dengan kaus putih polos.
Jean hanya tersenyum lalu menarik tangan Aruna dan mengikis jarak diantara mereka. Aruna sedikit tersentak, namun berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu. Reaksi gadis dihadapannya membuat Jean terkekeh. Tak berniat apa-apa lantas ia membawa Aruna untuk menjauh dari kursi, pergi mencari jalan keluar.
Hampir 10 menit lamanya mereka belum juga menemukan jalan. Selama itu juga Aruna terdiam mematung ketika Jean masih terus menggenggamnya.
"Sepertinya kita terjebak disini sampai pagi," Jean berkata sambil menoleh kearah gadis yang masih ia genggam tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Amerta
Romance"Kamu tahu, sejak kecil aku jatuh hati dengan laut. Laut seperti candu untukku. Tapi sejak kejadian itu, laut menjadi terlihat mengerikan dan penuh dengan misteri. Sehingga aku tidak lagi berani untuk menyelaminya terlalu dalam. Sama kayak kamu. Aku...