Keringat mulai membasahi punggung lebar milik Jean. Hampir dua jam sudah laki-laki itu menghabiskan waktu di tempat gym. Meskipun terlihat fokus, sebenarnya pikirannya sedang berantakan memikirkan Aruna. Tangannya terkepal kuat memukul punchbag yang ada dihadapannya.
"Jadi hanya segini usahamu untuk Aruna." Suara Keenan membuat kening Jean semakin berkerut, kemudian beralih menoleh kearah laki-laki itu dengan tatapan tajam.
Keenan mengendikkan bahu lalu mengambil posisi duduk tidak jauh dari tempat Jean berdiri. "Istirahatlah sebentar." Ucapnya menyodorkan botol air minum.
"Apa kau kesini juga untuk menyerangku seperti adikmu itu?" Tanya Jean sinis tapi tetap mengambil botol minum tersebut dengan sedikit kasar.
"Kamu memang pantas untuk dipukul, bersyukurlah karena bukan aku yang ada disana sebelumnya." Keenan membalas, rahangnya mengeras ketika mengingat cerita Kainan dan Reina tentang apa yang telah terjadi pada Aruna. Jika saja ia tidak mengingat tujuannya datang menemui Jean, saat ini tangannya pasti sudah melayang mengenai wajah laki-laki itu.
"Aku tahu," ujar Jean menatap lurus ke depan lalu menghela nafas panjang. Hening tercipta diantara mereka.
"Sejak melihatmu untuk pertama kalinya, saat itu aku sudah tidak menyukaimu." Keenan memecah keheningan setelah beberapa menit berlalu.
"Kau menatapku tidak suka hari itu, padahal kau sendiri baru saja berkenalan dengan Aruna bukan?" Lanjut Keenan. Sementara Jean hanya diam ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Keenan.
"Lihatlah, kau bahkan tidak mengingat bagaimana caramu mengenal Aruna pertama kali. Benar-benar tidak berusaha keras. Apa kau sungguh mencintai adikku itu? Jika tidak berhentilah, jangan dekati dia lagi."
"Aku ingat." Potong Jean cepat. "Aku ingat tentang bagaimana pertemuan pertamaku dengan Aruna. Tapi tidak dengan pertemuanku denganmu."
"Kau tidak mengingatnya karena aku tidak penting. Terlebih lagi karena kau tidak menyukaiku, laki-laki yang terus berada di dekat Aruna?" Ucapan Keenan lagi-lagi membuat Jean terdiam. Namun kali ini ia diam karena menyetujui ucapan tersebut.
"Aku tahu kau kehilangan sebagian memorimu tentang Aruna. Tapi tidak tahu sudah sampai dimana kau berusaha untuk mengingatnya. Atau mungkin kau sama sekali tidak berusaha?"
Jean mendengus kesal saat mendengar tuduhan Keenan padanya, "pergilah jika kau datang hanya untuk menyudutkanku." Jean beranjak dari duduknya lalu melempar kembali botol air yang tadi diberikan Keenan. Emosinya mulai tersulut dengan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut laki-laki itu.
"Kau marah karena ucapanku semuanya benar bukan, Aksara."
"Aruna seharusnya tidak bersamamu sejak awal." Lanjutnya tidak berhenti, membuat Jean sontak menarik kerah baju Keenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Amerta
Romance"Kamu tahu, sejak kecil aku jatuh hati dengan laut. Laut seperti candu untukku. Tapi sejak kejadian itu, laut menjadi terlihat mengerikan dan penuh dengan misteri. Sehingga aku tidak lagi berani untuk menyelaminya terlalu dalam. Sama kayak kamu. Aku...