Ch. 5 - Kesal

232 37 0
                                        

Malam semakin larut, jam menunjukkan pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut, jam menunjukkan pukul 22.00 tepat. Keluarga kecil Rajendra sangat menikmati waktu bersama dengan Aruna. Berbagi cerita dan juga canda tawa. Bahagia terpancar dari wajah keempat insan beda usia itu.

"Asaaaa...." Jean menyandarkan dirinya pada Aruna yang sedang bermain Scrabble bersama Papa.

Dirinya merasa jenuh sebab diabaikan oleh kekasihnya. Kebetulan Mama juga sedang berada di toilet. Jadi tidak ada yang bisa ia ajak berbicara. Scrabble itu permainan papan mengelola huruf menjadi kosakata. Permainan favorit Papa dan Jendra. Sekarang ketika Aruna bertemu Papa, barulah Jean tahu jika Scrabble juga permainan kesukaan Aruna.

"Scrabble berhasil menyingkirkanku." Ucap Jean lagi sambil mengulurkan tangan keatas, pasrah dengan keadaan dirinya sendiri. Namun tidak ada satu orangpun yang memperdulikannya.

Tiba-tiba muncul ide mesum dalam pikirannya. Sambil tersenyum sumringah dirinya mengubah posisi menjadi duduk berdampingan dengan Aruna. Lalu dengan perlahan tangannya terulur ke bawah meja tempat papan Scrabble diletakkan. Agar Papa tidak melihat aktivitasnya.

Dengan nakalnya ia meletakkan tangan tepat diatas paha Aruna. Mengusapnya pelan. Aruna yang menyadari hal itu melirik tajam ke arah Jean. Tapi bukan Jean namanya jika ia mempan dengan tatapan tajam Aruna. Ia malah membalas tatapan itu sambil tersenyum manis, memberikan eye smile andalannya.

Karena merasa jika arah tangan Jean mulai tidak menentu. Ia takut jika Jean menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya disentuh. Jadi dengan cepat Aruna menahan tangan Jean. Ia mencubit punggung tangan Jean.

Refleks Jean menarik tangan dan meringis kesakitan, sebab cubitan Aruna terasa sangat sakit. Lalu bergeser memunggungi Aruna. Papa yang melihat tingkah anaknya hanya menggelengkan kepala namun tidak ingin ambil pusing.

"Yes! Aruna menang," Aruna bersorak senang setelah berusaha keras untuk melawan Papa dalam permainan ini.

"Baru kali ini Papa kalah main Scrabble, sama anak perempuan lagi ya pa," Mama tersenyum menggoda Papa yang hanya dibalas tawa oleh Papa.

"Kapan-kapan kita main lagi, Papa pastiin Papa bakal menang. Papa sengaja saja karena Aruna baru pertama kali main sama Papa," Papa menjelaskan panjang lebar, denial dengan kekalahan pertamanya.

Jean yang masih membelakangi Aruna melirik sedikit ke arah papan permainan. Ia ingin bersorak ikut merayakan kemenangan Aruna dan kekalahan Papa pertama kalinya sepanjang sejarah permainan Scrabble di keluarga Rajendra. Namun, rasa gengsi laki-laki itu lebih tinggi. Ia masih dalam mode ngambek pada Aruna yang tadi mengabaikannya. Ditambah lagi punggung tangannya memerah karena cubitan.

Aruna menyadari tingkah Jean. Hanya saja ia masih merasa kesal karena Jean hampir saja melewati batas dalam menyentuhnya. Se-sayang apapun Aruna pada Jean, ia masih perempuan dengan akal sehat. Prinsipnya masih ia pegang kuat, meskipun image dinginnya berhasil jatuh di hadapan Jean.

Aksa AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang