Chapter 41

631 83 1
                                    

Ketika terbangun di pagi hari yang Jisoo lihat pertama kali adalah langit-langit kamar bernuansa putih dan bau obat-obatan khas Rumah Sakit.

Kedua mata itu ia kedip beberapa kali untuk menormalkan penglihatannya. Menarik nafas dalam-dalam mengingat kembali apa yang menimpa nya tadi malam. Jika saja para Polisi itu tidak di hentikan oleh ketua mereka mungkin  saat ini dia sudah berada di alam lain sekarang.

"Hiks hiks hahaha."entah Jisoo harus bersyukur atau sedih mendapat penderitaan tiada ujung. yang jelas Jisoo tidak tau harus hidup seperti apa lagi jika sudah berstatus sebagai seorang tahanan.

"Inilah hidup ku sekarang. Tidak bisa membalas dendam ataupun kembali bersama dengan ketiga saudari ku. Eomma, Appa, Jisoo minta maaf karena Jisoo hanya bisa sampai disini. Jisoo menyerah hiks hiks."air mata itu menjadi saksi betapa sakitnya menjadi seorang Han Jisoo yang memiliki beban tanggung jawab sebagai kakak sulung dan ambisinya untuk balas dendam.

"Anda sudah terbangun rupanya."ujar seorang Pengaca memasuki ruang perawatan Jisoo.

Melihat kedatangan pria asing menemuinya membuat gadis berbibir hati itu menghapus jejak air mata nya dengan kasar. Menatap datar pria tidak di kenalnya ini.

"Siapa kau?"bukannya menjawab Jisoo malah balik bertanya.

Pria bermarga Ahn ini tersenyum tipis mengeluarkan sesuatu dari saku jas yang ia kenakan.

"Perkenalkan nama saya adalah Ahn Bohyun, saya disini akan membantu semua masalah anda termasuk mengeluarkan anda dari dalam Penjara."Jisoo tertawa menganggap bahwa apa yang Bohyun katakan adalah bualan semata.

"Hahaha kau pikir masalah ku ini hanya permainan anak kecil sehingga begitu mudah kau ucapkan seperti tadi? Masalah ku ini banyak, dan kau yang hanya orang asing berniat membantu ku? Lelucon mu itu BASI!! Keluar dari ruangan ku sekarang juga."dengan sekali bentakan tak menggoyahkan hati Bohyun untuk membantu Jisoo.

"Saya tau mungkin anda tidak akan mudah mempercayai saya begitu saja. tapi, mungkin dengan ini anda bisa berubah pikiran."balas Bohyun mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

Tut Tut Tut

"Nde? Apa dia sudah bangun?"

"Sudah Tuan, dan seperti dugaan anda jika Nona Jisoo tidak akan langsung percaya kepada saya jadi tolong bicara lah dengan nya."

"Arraseo, berikan ponsel nya kepada ponakan ku."

"Tolong terima ini. Anda akan tau siapa yang mengutus saya."ucap Bohyun menyerahkan ponsel nya kepada Jisoo.

Awalnya ragu untuk menerima ponsel itu tapi Jisoo sangat ingin tahu siapa orang yang telah mengirim Pengacara Ahn ini untuk nya.

"Yeo-yeoboseo?"tanya Jisoo tak langsung mendapat jawaban dari lawan bicara nya.

"Yeo-yeoboseo YAAAAK kau--"

"Nak, ini Paman Sam. Adik dari ibu mu Aeri."

Deg

"A-apa?"kaget Jisoo karena setau dia ibunya itu anak tunggal tak pernah sekalipun ia dengar sang ibu bercerita tentang orang yang mengaku sebagai Paman nya ini.

                                    °°°°

Memasuki daerah pemakaman umum yang berada di pinggir kota. Membawa dua buket bunga mawar putih dan tulip kuning kesukaan Donghae dan Aeri.

"Nini aku senang sekali karena kita dapat bersama seperti dulu. Bergandengan tangan dan jalan beriringan seperti ini rasanya tidak ada lagi yang ku inginkan asalkan kalian tetap bersama ku."ucap Lisa mengundang senyum kedua kakaknya.

"Nini juga senang bisa bersama dengan Lili dan Rosie lagi. Semoga kita akan selalu seperti ini eoh?"

"Nde , semoga saja."jawab Lisa.

Sedari tadi Rose banyak diam ketika Jennie dan Lisa saling bicara. Menggapai pertanyaan pun hanya dengan gerakan tubuh seperti mengangguk, menggeleng dan tersenyum tipis tanpa sepatah katapun.

Hari ini seharusnya dia senang karena akan mengunjungi makam kedua orang tua mereka tapi entah kenapa sejak ia bangun tidur rasanya enggan untuk keluar rumah.

Terlebih mimpi semalam sangat  mengerikan. dimana  dalam mimpi itu ia melihat sendiri bagaimana Lisa tertabrak sebuah mobil dengan darah yang terus mengucur tiada henti dari kepala nya.

Rose takut apa yang ada di dalam mimpi nya benar-benar menjadi kenyataan.

"Rosie?"panggil Jennie membuat gadis blonde itu tersadar dari lamunannya.

"Nde?"

"Rosie kenapa? Sedari tadi Eonnie lihat Rosie hanya diam saja, apa Rosie tidak senang jika kita berkunjung ke makan Appa dan Eomma?"dengan cepat Rose menggeleng tidak mau membuat kakaknya itu salah paham terhadap nya.

"Tidak ! Bukan begitu Eonnie. Aku senang tentu saja, hanya saja aku masih terfikir kan soal mimpi ku se'malam."

"Memang apa yang ada di dalam mimpi Rosie sampai murung seperti ini hm?"dengan lembut dan penuh perhatian Jennie bertanya agar adiknya itu mau terbuka terhadap nya.

"A-aku.. aku melihat kau kecelakaan Lisa-ya."jawab Rose memandang Lisa dengan bercucuran air mata.

Deg

Jennie memandang Lisa begitu pula sebaliknya. Sadar jika Rose dalam keadaan tidak baik-baik saja karena mimpi buruk yang ia alami membuat keduanya langsung mengubah topik pembicaraan.

"Sudah, jangan di pikirkan lagi Chaeyoung-ah karena semua itu hanya bunga tidur. Lagipula aku masih baik-baik saja kan sampai saat ini?"ucap Lisa menghapus air mata itu karena ia tidak suka melihat saudara nya menangis.

"Ta-tapi.."tidak membiarkan Rose menyelesaikan kalimatnya Lisa menarik tangan nya pelan menuju makan kedua orang tua mereka di susul oleh Jennie di belakang mereka.

"Aku harap semua itu hanya bunga tidur Rosie saja bukan pertanda buruk untuk kami semua."batin Jennie menatap sendu punggung kedua adik yang berjalan di depan nya.

                            Bersambung



Anak Jalanan ( END )✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang