Aku memutus konservator listrik dibawah kursi Objek Angin dengan mencopot kabel sedat optiknya, lalu membebaskan kedua kakinya, dan kedua tangannya. Aku berada di jarak yang dekat, melampaui batas garis waspada, dan tetap terlihat percaya diri meskipun aku takut Objek Angin segera akan mencabik-cabik dagingku sebagaimana ia menghacurkan dua truk fuso.
Rambutnya acak-acakkan karena disetrum listrik, serta-merta terlihat rapuh pada ujung-ujungnya yang kering. Aku menyodorkan tangan, menawarkannya bantuan untuk berdiri. Objek Angin mendaratkan fokus pengelihatan pada tanganku. Pemuda itu beralih memandangi telapak tangannya yang dipenuhi luka dari ratusan kilovolt listrik dengan suhu berpuluh ribu derajat selsius. Objek Angin membandingkan tangannya dan tanganku, seolah mencari perbedaan diantara keduanya.
Aku menempelkan telapak tangannya pada telapak tanganku. Jari-jarinya lebih tinggi dari jari-jariku, miliknya juga lebih lebar dan keras. Permukaan kulitnya kasar, seperti ada jaringan parut akibat luka sekunder dari pecutan listrik dan segala eksperimen lain yang diperbuat Sai selama ia menjabat sebagai pimpinan proyek.
Aku ingin memperlihatkan padanya; tanganku dan tangannya itu sama.
"Ayo ke unit kesehatan." Ajakku. Aku menyudahi sentuhan itu. Aku menampahnya di pundak. Iya, dia berat. Dia jauh lebih besar dari bobot tubuhku.
Aku sebetulnya kasihan karena ia tidak mengenakan sendal. Lantai tegel di lorong begitu dingin.
Aku membimbingnya ke unit kesehatan yang selorong dengan asrama para kepala proyek. Disana, kutemukan dokter jaga dengan name tag bertajuk Gopal sebagai kepala divisi pelayanan medik. Orang itu mengenakan jersey bola warna hijau, dan celana kedodoran yang out of tren. Ada satu lagi figur di dekatnya; aku tidak tahu siapa namanya. Penampilannya mirip Kaizo, apalagi gaya rambut dan sorot matanya. Pria ini berkacamata, pakaiannya modis, dan tampaknya bekerja sebagai agen lepas.
"Permisi." Mengetuk daun pintu ruang unit kesehatan yang menganga terbuka.
"Iya? Eh, sebentar. Itu ... OBJEK ANGIN? OBJEK ANGIN KABUR! SELAMATKAN DIRI, FANG!" Gopal heboh, dan lawan bicaranya ikut-ikutan panik.
"Dia tidak lari! Aku memang membawanya kesini." Jelasku.
Gopal dan Fang menepi ke sudut terjauh, seakan mewaspadai Objek Angin akan membabibuta di ruang ini.
Kucoba mengerti keadaan Gopal dan Fang, karena dengar-dengar, ada satu Objek yang sering kabur—Si Petir, tentu saja—dan suka sekali mencelakai kru SCP Foundation.
"Tolong, bantu aku mengobati Objek Angin." Aku memohon.
Gopal menggeleng, masih melawan gemetar di tubuhnya, "Maaf. Aku menolak."
Aku menghela napas. Aku menjatuhkan Objek Angin di pinggiran lorong, lalu aku masuk ke ruang unit kesehatan sendirian. Aku mendekat pada meja instrumen bedah. Aku menyabet wadah medis, lalu mencapit kasa dari tromol. Aku juga merampok obat merah, lalu kembali meraih Objek Angin yang terkulai lemas di lantai, dan pergi ke unit asramaku.
Di kamarku, Objek Angin akan aman.
Aku menidurkannya di kasur, menaikkan kakinya satu persatu.
Aku memegangi punggungku sembari menegakkannya di kursi. "Kamu berat, tahu."
Aku menyentuh bagian tangan Objek Angin, mengelusnya mempergunakan tisu basah, menyingkirkan lapisan korneum di sekujur tubuhnya akibat dari setruman tadi. Epitel-epitel dari kulitnya melepuh bahkan gosong, aku mengelapnya dengan handuk yang dibasahi air keran dari wastafel. Regenerasi Objek Angin ada jauh diatas rata-rata manusia biasa, seolah lipid yang mengikat sel-sel tubuhnya dapat memulihkan kerusakan kulit. Tapi ia masih dapat merasakan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy x Reader | SCP Foundation
Fanfiction|Boboiboy x Reader| Aku seorang ilmuwan paleontologi yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja sebagai petugas sipil di pusat sains Asia Pasifik. Tiba-tiba, ada surel email yang masuk ke inbox laptopku, menawarkan aku pekerjaan di SCP Found...