CHAPTER 13

2.9K 407 20
                                    

Tes tulis pun berhasil kulewati dengan lancar.

Sudah kuduga, tesnya ternyata teramat sangat mudah. Rata-rata soalnya hanya seputar pengetahuan umum terkait kuil ini, keseimbangan antara sihir kegelapan dan sihir cahaya, dan kisah tentang bagaimana Storgi bisa menjadi dewa. Ini adalah ilmu yang amat sangat dasar, tetapi aku masih bisa melihat anak-anak lainnya yang keluar dengan wajah pucat.

Lalu untuk hasilnya akan diumumkan nanti sore jam 4. Untuk sekarang, aku ingin makan dulu di sebuah restoran sederhana yang berada di sekitar kuil supaya bisa segera kesana untuk melihat hasilnya.

Begitu sampai di sebuah restoran, awalnya aku hanya ingin makan bersama Flin, tetapi entah mengapa si kembar Meinham dan Azura malah bergabung bersama kami. Hal itu membuatku sebal.

"Kenapa? Tidak boleh?" tanya Alessandra tenang begitu aku protes.

"Ya, tidak bol—"

"Tentu saja boleh, Nona Alessandra!" sela Flin semangat.

Aku memelototi Flin.

"Memangnya kenapa, Tuan Muda? Ini kesempatan yang bagus untuk berbaikan." Flin mengacungkan jempolnya.

Azura mengangguk cepat. "Tenang saja, Tuan Muda Erios. Kami tidak akan mengganggu."

Aku hanya menghela napas pasrah. Aku mengamati mereka berempat yang tahu-tahu sudah mengobrol satu sama lain. Ternyata mereka satu frekuensi. Apalagi Azura dan Flin. Tidak diduga ternyata mereka sangat nyambung dan sedari tadi membahas jawaban soal dengan semangat. Padahal dulu mereka berdua bermusuhan tanpa aku ketahui penyebabnya.

Apakah di waktu ini ... semuanya berubah dan tidak seperti dulu lagi?

"Jujur saja, aku tidak bisa menjawab bagian soal tentang kisah Storgi," Azura menghela napas lesu. "Aku tidak pernah mengulik soal itu."

"Tenang saja, Nona Azura. Saya yakin, anda pasti akan tetap lulus." hibur Flin. "Soal tentang Storgi hanya ada sedikit."

" ... jangan bilang, kau bisa menjawab semuanya?"

"Hehe."

"Aku justru baru tahu kalau ternyata manusia bisa menjadi dewa atau dewi," timpalku yang entah mengapa membuat tatapan semua orang beralih padaku. "Kupikir itu dari keturunan langsung."

"Ada yang iya dan ada yang tidak," balas Flin. "Jika kita adalah seorang keturunan dari seorang dewa atau dewi, maka kita akan menjadi salah satu dari tiga pilihan ini: menjadi dewa dewi, iblis, dan malaikat. Semua tergantung penyelesaian tugas, kemurnian, dan perilaku semasa hidup. Manusia juga seperti itu.

"Kalau dewa atau dewi itu berasal dari manusia, proses untuk menjadi dewa adalah dengan menjadi pendeta atau kriminal paling murni, lalu diangkat menjadi malaikat atau iblis, kemudian barulah menjadi dewa. Itu pun sangat langka terjadi. Satu banding satu juta. Hanya orang-orang terpilih yang mampu menjadi dewa."

"Hooo ..." Azura terpukau mendengar penjelasan Flin. "Sangat masuk akal. Bahkan di zaman sekarang sepertinya hampir tidak ada lagi yang seperti itu."

"Benar sekali," timpal Flin. "Rasanya seperti dongeng, tapi itu benar-benar terjadi. Sepertinya di zaman kita sekarang, kejadian langka terbesar adalah saat pemberkatan Putra Mahkota. Para malaikat benar-benar hadir disana, namun hanya menampakkan wujudnya dengan cahaya."

"Uhuk! Uhuk!"

"E-Eh? Tuan Muda? Ada apa?" Flin buru-buru memberiku minum karena aku langsung tersedak begitu mereka mengungkit Julian.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Terima kasih, Flin." Aku meminum air mineralku, kembali menyimak penjelasan Flin yang masih berlanjut.

"Pemberkatan Putra Mahkota memang pasti akan selalu ada di tiap generasi, tapi sampai hadirnya para malaikat adalah kejadian yang teramat langka. Sepertinya baru Putra Mahkota Julian yang dihadiri malaikat." tambah Flin.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang