CHAPTER 31

1.5K 159 12
                                    

Keesokan harinya, kami berpamitan pulang kepada penduduk desa di wilayah Kreisen.

Anehnya, sejak penyihir itu sudah kubasmi, salju pun berhenti turun. Sayangnya langit masih mendung. Padahal aku pernah mengira bahwa penyihir itulah yang menyebabkan cuaca menjadi tidak menentu seperti ini, tetapi nyatanya campur tangannya hanyalah menurunkan salju. Langit mendung ini tetap menjadi urusan lain. Aku masih tidak mengerti apa tujuannya menurunkan salju.

"Kami sangat berterimakasih karena Tuan Muda dan teman-temannya bisa datang kesini. Saya juga merasa terhormat karena Putra Mahkota dan calon Putri Mahkota juga turut datang ke tempat yang sederhana ini." Dengan rasa penuh berterima kasih, kepala desa mengucapkannya. Seluruh penduduk berada di belakangnya turut serta mengantar kepergian kami.

"Ini bukan apa-apa. Maaf aku hanya bisa memberi bantuan kecil ini," Aku tersenyum getir. "Aku minta maaf karena datang terlambat. Beberapa nyawa yang tidak bisa kuselamatkan—"

"Tuan Muda, ini bukan kesalahan anda," Kepala desa menepuk bahuku dan tersenyum. "Jangan menyalahkan diri sendiri. Anda mau datang ke tempat ini dan mengurus masalah kami saja sudah menjadi sesuatu yang sangat kami hargai. Jarang ada seseorang yang seperti anda."

Aku hanya bisa tersenyum, tidak bisa membalas kalimat penghiburan dari kepala desa.

Setelah itu, kami pun kembali ke kediamanku.

Teman-temanku tampak lega karena sudah menyelesaikan misi pertama mereka juga. Azura dan Flin banyak berbincang yang sesekali ditimpali Alessandra, sementara Alessandro dan Julian terus bertengkar entah karena apa.

Aku menghentikan langkah kakiku, membiarkan teman-temanku berjalan lebih dulu. Aku mengangkat kepalaku, meratapi langit mendung, seakan awan-awan hitam yang bergulung itu tidak membiarkan cahaya matahari menyinari bumi, walau hanya setitik demi mendapat kehangatan.

Saat napasku berhembus, asap putih yang tipis keluar dari bibirku. Salju terus turun selama masih ada di desa yang terletak di wilayah Kreisen. Akhirnya misi pertamaku selesai. Tapi aku tahu perjalananku masih panjang.

Untuk pertama kalinya ... aku merindukan matahari.

╚══•●•══╝

Misi pertama berjalan sukses.

Ayah dan kakak tampak senang melihat ini. Sebenarnya masih ada beberapa desa lagi yang memiliki masalah dan aku berniat membantu, tapi mereka menolak. Mereka bilang, aku cukup lakukan sesuai dengan misiku saja. Nanti jika mereka kewalahan lagi, mereka akan memanggilku lagi.

Julian juga meminta izin supaya dia bisa memberiku misi untuk membantunya, tetapi aku menolak. Aku tahu dia hanya ingin menghabiskan waktu denganku. Aku menghargai usahanya yang masih meminta izin dariku apakah dia diperbolehkan untuk memberiku misi. Padahal dia seorang Putra Mahkota, dimana dia seharusnya bisa saja melakukan apapun yang dia mau tanpa pertimbangan perasaan seseorang.

Kali ini dia bahkan memikirkan perasaanku.

Baik, aku cukup tersentuh dengan tingkahnya itu. Dia tidak seenaknya memperlakukanku.

Keesokan harinya, aku kembali ke kuil bersama teman-temanku dengan pikiran macam-macam, terutama tingkah Gremory yang seakan menghindariku. Aku bahkan menyuruh pelayan di malam sebelumnya untuk memanggil Gremory ke kamarku, tapi tetap dia tidak mau menemuiku sama sekali. Sekedar melepasku pun dia tidak ada. Ini aneh. Benar-benar sangat aneh. Anak itu biasanya selalu menempel padaku.

Begitu aku sampai kuil dan istirahat sebentar, sorenya aku menemui Pendeta Agung di ruangannya untuk memberikan laporan akhir sekalian menanyakan keberadaan Rhea.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang