CHAPTER 14

3.1K 391 42
                                    

Tes tambahan pun sebentar lagi akan dimulai.

Ketika kami memasuki kuil, kami bisa melihat betapa ramainya halaman kuil dipenuhi kereta kuda yang memiliki lambang dari berbagai keluarga. Melihat kami datang, seorang pendeta mengarahkan kami ke tempat yang ternyata sudah menjadi arena pertunjukkan bakat nanti.

"Pantas saja kalian diberi waktu tiga hari. Ternyata mereka sedang mengubah tempat ini ..." gumam Azura yang terpukau sambil menggandeng lengan Alessandra.

"Tapi aku lebih takjub karena mereka bisa menyelesaikan pembangunan arena ini dalam waktu tiga hari ..." lanjut Flin.

"Dengan bantuan sihir, apapun bisa terjadi." Timpal Alessandra.

Sangat masuk akal.

Bentuk arena ini seperti bagian dalam Colosseum di Roma. Semakin tinggi, area bangku penonton akan semakin melebar. Area penonton dibagi menjadi tiga. Bagian kanan diperuntukkan kalangan rakyat biasa. Bagian kiri akan diisi oleh keluarga bangsawan. Berbeda dengan area rakyat biasa yang terbuka dan tersinari langsung oleh cahaya matahari, area bangsawan memiliki pelindung di bagian atasnya sehingga tak akan terpapar cahaya matahari.

Lalu ada bangku utama tepat berada di hadapanku. Aku mengerutkan kening melihat bendera dengan lambang kepala singa bermahkota yang sedang meraung. Tepat di bagian bawahnya, terdapat sebuah gerbang kecil yang memperlihatkan lorong gelap.

"Tunggu, jangan bilang tamu penting yang akan datang adalah keluarga kerajaan?" tanya Azura yang terkejut.

... berarti Julian akan datang?

Ah, pantas saja anak itu bilang kami akan berjumpa lagi. Ternyata ini maksudnya ...

"Ini kejadian yang langka. Sangat jarang terjadi ada tamu dari kerajaan yang akan datang untuk menonton tes ini dan mereka yang akan menentukan kelulusan para peserta." ujar Flin.

Alessandra melirikku.

Aku memelototinya. "Apa yang kau lihat?!"

"Para peserta!" Tiba-tiba seorang pendeta berseru. "Harap berkumpul! Silakan ambil nomor urut untuk penampilan!"

"Sepertinya sebentar lagi akan dimulai," Azura memegang pergelangan tangan Flin. "Kami akan menonton kalian dari bangku penonton! Sampai jumpa!"

"Tu-Tunggu!"

Mereka berdua sudah pergi menjauh menuju bangku penonton.

"Ada berapa peserta pendeta pertahanan?" tanyaku.

Alessandra mengangkat bahu.

"Lima puluh." Alessandro yang menjawab.

Hm ... kupikir-pikir, aku tidak pernah sekalipun berkomunikasi dengan benar pada orang ini. Alessandro juga terlihat acuh tak acuh dan tidak peduli pada apapun, kecuali jika itu menyangkut kakaknya. Azura juga sepertinya mau ia ajak bicara karena Azura adalah teman kakaknya. Aku tak akan ambil pusing untuk masalah ini, yang terpenting dia tidak membuat masalah padaku.

Kami menghampiri pendeta yang bertubuh tinggi kurus itu dan mengambil gulungan kertas dari sebuah kotak.

Aku membuka gulungan kertas milikku. " ... sial. Aku lima puluh. Itu artinya aku peserta terakhir, 'kan?"

"Aku empat." Alessandra menyebutkan nomor urutnya.

"Lima." Alessandro juga.

"KELUARGA KERAJAAN TELAH TIBA!"

Hah?!

Kami semua menoleh mendengar seruan lain yang dikumandangkan. Para pendeta menyambut kedatangan kereta kuda berwarna putih yang memiliki ukiran dan ornamen yang terlihat elegan. Kereta kuda lainnya sangat terbanting jika dibandingkan dengan kereta kuda itu. Tanpa perlu memasang lambang kerajaan, orang buta pun akan tahu kalau kereta kuda itu berasal dari kerajaan.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang