CHAPTER 38

808 101 9
                                    

Malam ini waktunya kami bergerak.

Saat ini, kami berada di depan penginapan, bersiap untuk menuntaskan misi kami di desa ini. Aku menatap denah Desa Hailey untuk mempelajarinya sejenak, lalu mengangkat kepalaku, menatap satu per satu teman-temanku. Sekarang waktu sudah menunjukkan jam 12 malam. Para warga sedang tertidur lelap sehingga memudahkan kami untuk mencari darah tumbal yang diceritakan oleh Rhea tadi pagi.

"Karena disini ada lima titik, kita berpencar sekarang," ujarku. "Kita semua bergerak sendiri-sendiri supaya lebih cepat. Aku akan ke utara, tepat di depan rumah dokter pengobatan. Alessandro ke timur laut, di belakang kandang kuda milik seorang warga bernama Derrick. Kemudian Rhea, kau pergi ke tenggara dimana kau menemukan botol darah untuk pertama kalinya, Flin dan Gerald ke arah barat daya, di tengah perkebunan milik pak tua Hansen. Kau harus jaga dia, Flin. Kemudian kau ..." Aku memandang si lelaki bertopeng dan tidak melanjutkan kalimatku, bingung harus memanggilnya apa.

Si pria bertopeng menghela napas, paham kebingunganku. "Black. Sementara ini, panggil aku Black."

Aku mengangguk mengerti. "Baik, Black. Kau pergi ke arah barat laut. Disana ada sebuah sungai kecil yang hampir kering. Letaknya ada di tepiannya. Kau pasti bisa mendeteksinya dengan mudah."

"Tentu. Aku akan mencarinya."

"Bagus. Setelah kita semua sudah menggali, kita berkumpul di titik tengah, yaitu alun-alun desa tempat Ash bermain biolanya. Aku tidak tahu kapan mereka akan memulai ritual yang akan meruntuhkan desa ini, tetapi sebelum itu terjadi, aku akan membatalkannya."

"Huh? Jadi mereka melakukan ritual yang akan meruntuhkan desa ini?" Flin tercengang mendengar penjelasannya. "Kau tahu mantra ini?"

"Tentu saja aku tahu. Sangat tahu. Ini adalah ritual pemanggil iblis. Aku bermaksud untuk membatalkan ritual ini dengan menggunakan darahku," Aku menunjuk Black dengan ibu jariku. "Kurasa dia juga tahu. Ini salah satu mantra Sihir Kegelapan."

"Ya. Aku tahu." Black mengangguk setuju.

Flin langsung lemas.

"Flin, kemampuanmu itu lebih ke arah komunikasi, deteksi, dan pikiran, bukan?"

Flin tersentak kecil atas pertanyaanku, lalu segera mengangguk cepat. "Y-Ya! Benar!"

"Apa ada mantra yang bisa menghubungkan kami semua sehingga membentuk komunikasi jarak jauh? Ini untuk berjaga-jaga daripada terjadi sesuatu yang tidak-tidak saat sedang menggali. Kita tidak tahu jalan pikiran para penyihir itu." ucapku.

Flin berpikir sejenak, sebelum akhirnya dia menjentikkan jarinya karena telah menemukan sihir yang cocok. "Oh! Ada! Aku memiliki mantra agar kita semua bisa berkomunikasi dalam pikiran kita meskipun jarak kita berjauhan."

Apakah mungkin semacam telepati? Boleh juga. Kemampuan Flin sudah berkembang sejauh ini. Yang aku lihat selama ini dia hanya mempertajam kemampuan membaca pikirannya. Tetapi aku tidak menyangka dia juga bisa membentuk jenis telepatinya sendiri. Kurasa dia akan jauh lebih kuat daripada Flin yang di kehidupanku sebelumnya. "Apa ada batas jarak tertentu?"

Flin menggeleng. "Tenang saja. Tidak ada."

Aku memiringkan kepalaku, membaca ekspresinya yang terlihat bangga akan kemampuannya sendiri. "Apa mantra ini memiliki konsekuensi untuk tubuhmu?"

Barulah ekspresi Flin menegang. "Ah, itu ... jangan khawatir. Kalau hanya segini aku masih bisa." Wah, dia berbohong.

"Ada apa?" Alessandro bertanya padaku.

"Energi Flin akan cepat terkuras jika kita terus berbicara dengan benang telepatinya. Ini termasuk mantra Sihir Cahaya tingkat tinggi dimana pemiliknya harus memiliki tampungan energi yang besar. Kemampuan ini sangat berguna saat perang. Hanya itu yang aku tahu." jelasku.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang