CHAPTER 22

2.2K 264 6
                                    

"Jadi, begitulah. Pendeta Agung Rennaisance memberiku misi dimana misinya berada di wilayah kediamanku sendiri. Ada yang mau ikut denganku?" Aku mengakhiri ceritaku kepada teman-temanku saat kami sedang makan malam di ruang makan.

Seketika semua orang di sekitarku mengangkat tangan, kecuali Alessandro.

"Pendeta Pengabdian juga boleh, 'kan?" tanya Flin.

"Boleh, yang penting pendeta." sahutku.

Aku memandangi temanku satu per satu, mencoba mempertimbangkan hal yang akan menjadi keputusanku. Apakah semuanya harus kubawa saja? Tapi, haruskah seramai ini?

"Erios, apakah aku boleh ikut?"

Ukh, makhluk satu ini lagi-lagi menempel padaku. Aku memasang tampang jijik dan menoleh ke belakang. "Menyingkirlah, Rhea."

Rhea hanya tertawa kecil.

Sejak pertemuan malam itu, Rhea selalu mengambil kesempatan untuk menempel padaku dan menggodaku. Tingkahnya sangat menyebalkan. Sesekali Alessandro melotot padanya dan dibalas dengan pelototan yang sama oleh Rhea. Aku sampai bisa merasakan percikan listrik di antara tatapan kedua orang itu.

"Rhea sekarang sangat akrab dengan Erios. Apa yang terjadi di antara kalian berdua?" Flin memandangi kami dengan tatapan bertanya.

"Jangan sampai tergoda oleh perempuan itu, Erios!" Azura menggigit sapu tangannya. Ada apa dengannya?

Rhea tertawa misterius. Jari telunjuknya merayap turun di pipiku. "Kami berdua bertemu di malam yang sangat intim dan membicarakan sesuatu yang menggoda di antara kami berdua. Sayangnya ada pengganggu," Dia memelototi Alessandro lagi dan kembali merayuku, "Ayolah, kau yakin tidak ingin membawaku?" Rhea kini menusuk-nusuk pipiku dengan jari telunjuknya. "Aku sangat berguna untukmu."

" ... aku akan membawa semuanya, kecuali Rhea." Aku langsung mengambil keputusan, membuat Azura dan Flin bersorak senang, kecuali Rhea yang tersentak kaget. "Aku ingin membawa kalian karena ini bisa menjadi pengalaman pertama sekaligus mengembangkan kekuatan tersembunyi kalian. Ini bukan perjalanan yang menyenangkan, jadi jangan anggap ini untuk bersenang-senang."

Mereka semua mengangguk.

Rhea mengarahkan tatapannya pada Alessandro. Senyum jahil terpasang di wajahnya. "Hei, Erios. Kau yakin ingin membawa si tukang ikut campur? Aku saja masih kesal jika mengingat malam itu."

"Kau pikir aku tidak? Sayangnya dia sangat berguna," Aku meminum air putihku, lalu memandang Alessandro yang terlihat jengkel karena ucapan Rhea. "Alessandro, permintaanku kali ini adalah jangan pernah ikut campur lagi dalam urusanku apapun itu, kecuali jika aku sendiri yang memintamu."

Alessandro menghela napas berat.

"Dia melakukan kesalahan?" tanya Alessandra.

Aku mengangguk. "Malam itu, saat aku bertemu dengan Rhea secara pribadi, dia menguping pembicaraanku dan ikut campur dalam pembicaraan itu. Aku tidak tahu apa motifnya, jadi tolong tegur dia, Alessandra. Kau lebih punya hak karena dia adalah kembaranmu."

"Kenapa kau baru mengatakan ini sekarang, Erios?" Alessandra memijat keningnya. "Alessandro, jangan membuatku malu. Sudah cukup dengan kesalahanku yang pernah kuperbuat pada Erios dulu dan sekarang kau menambahnya lagi. Dimana tata kramamu? Harusnya kau tahu bahwa menguping pembicaraan seseorang itu tidak sopan. Aku saja sedang belajar untuk merubah diriku—"

"Alessandra, hentikan. Maksudku jangan tegur dia disini," Aku menyela. "Lakukan di tempat yang lebih pribadi. Sejujurnya aku tidak masalah jika ada seseorang yang menguping karena terkadang aku juga melakukan itu demi kepentingan pribadiku, tetapi setidaknya jangan ikut ke dalam pembicaraan tersebut. Itu saja."

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang