CHAPTER 37

967 118 21
                                    

Dimana aku?

Ketika aku membuka mata, sejauh mata memandang hanya kegelapan yang ingin menjangkauku. Sembari merintih dan memegang kepalaku yang sedikit pusing, aku mengubah posisiku menjadi duduk. Sejenak aku berusaha memperhatikan sekelilingku. Aku merasa tidak asing dengan kegelapan ini. Tanganku yang lain meraba ranjang yang empuk, padahal seingatku harusnya aku berada di penginapan Desa Hailey yang hanya memiliki ranjang yang sederhana dan tidak memiliki kualitas sebaik ini.

Aku menelan ludah. Sebenarnya aku ada dimana? Siapa yang membawaku kesini? Apa yang terjadi dengan semuanya? Terakhir yang aku lihat ... orang bertopeng dengan rambut panjang yang menolongku itu. Bagaimana keadaan yang lainnya?

Pertama-tama, aku harus tenang supaya bisa berpikir lebih matang. Aku mengedarkan pandanganku. Mataku sedikit menyipit. Ruangan ini terlalu gelap. Akhirnya aku memutuskan untuk turun dari ranjang dan menghampiri jendela yang terbuka, satu-satunya petunjuk yang ada di tempat ini.

Langit gelap yang disebabkan oleh mendung, disusul oleh petir yang menggelegar. Awan hitam bergulung-gulung menyelimuti langit. Angin dingin berhembus kencang. Jika dilihat dari sini, posisiku berada di puncak kastil yang aku tidak tahu milik siapa.

Tetapi anehnya, aku merasa akrab—

"Benar. Kau merasa tidak asing dengan semua ini, bukan?"

Aku tersentak mendengar sebuah suara berat nan lembut yang entah muncul dari mana. Refleks aku memalingkan wajahku ke sumber suara. Dimana? Siapa orang itu? Sedetik kemudian, aku mendengar suara langkah kaki yang tenang sedang mendekatiku. Seakan terancam oleh keberadaan sosok yang tidak kukenal itu, otomatis aku melangkah menjauh dari jendela.

Aneh.

Kenapa aku harus merasa terancam?

"Akhirnya kau bangun juga. Aku sudah menunggumu untuk berbicara denganmu." Sosok pria yang dibayangi kegelapan kini berhenti beberapa langkah di depanku. Bahkan dari sini saja aku tahu tubuhnya tegap dan jauh lebih tinggi dariku.

Keringat dingin menetes di pelipisku. Aku memandang sengit pada pria di hadapanku ini. Aku mencoba untuk tidak terlihat takut, namun ... aura kegelapannya begitu pekat dan menekan—bahkan sejauh aku hidup, ini pertama kalinya aku merasakan ada orang yang memiliki energi kegelapan yang lebih besar dariku. Aku merasa tercekik. Dadaku merasa sesak. Satu kesimpulan yang aku dapatkan: orang ini terlalu kuat dan aku bisa mati jika melawannya.

Pria itu memiringkan kepalanya. " ... takut?"

Deg.

Apa-apaan ini? Apakah dia bisa membaca pikiran? Menyebalkan, ini mengerikan. "Untuk apa aku takut padamu?" balasku.

Aku merasa pria itu tersenyum. Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya padaku, lalu memegang leherku dengan sedikit tekanan tanpa banyak kata. Tangannya yang hangat lebih besar dari leherku. Ibu jarinya mengusap leherku dengan lembut, bagaikan seorang pemangsa yang sedang mengukur seberapa lemah mangsanya. Usapan itu memberi sensasi geli yang mengalir ke sekujur tubuhku.

Mataku terbelalak terkejut. Harusnya aku menepisnya, tetapi tubuhku terasa membeku. Aku tidak bisa bergerak. Bagaimana caranya supaya aku bisa melawan? Orang ini ... apa dia akan membunuhku? Perasaan didominasi oleh pria di depanku ini membuatku tidak nyaman. Hebat. Hanya kehadirannya saja telah menciptakan rasa takut yang amat sangat.

"Baguslah jika kau tidak takut," Pria itu mendekatkan wajahnya. Sial, aku tidak bisa melihat wajahnya karena gelap! Aku ingin tahu siapa bajingan ini! Jika aku tahu pelaku yang memakai sihir hitam memanipulasi mimpi seseorang seperti yang sedang bajingan ini lakukan padaku, aku bersumpah akan menghajarnya selama dua hari dua malam. "Itu artinya, kita bisa berbicara lebih lama." lanjutnya seraya menarik leherku, membuat tubuhku menempel dengan tubuhnya.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang