CHAPTER 33

1.5K 167 9
                                    

Malamnya, aku menemui Alessandra di tepi lapangan kuil bersama Alessandro yang juga ingin ikut.

Aku menangkap sosok perempuan tinggi itu sedang bersandar di bawah pohon. Angin malam menghembuskan rambut panjangnya yang lembut. Jika orang lain melihatnya, mereka tidak akan bisa menebak isi hatinya. Tapi aku bisa menebaknya dengan mudah.

Mendengar langkah kakiku yang mendekat, Alessandra segera menoleh. "Eri—" Seketika ia menghentikan panggilannya begitu melihat siapa yang datang. Meskipun wajahnya datar, sorot matanya mengatakan semuanya. Ia tampak kecewa mengapa aku ikut membawa Alessandro. "Kenapa kau membawanya?" tanyanya terus terang.

Benar, 'kan dia akan menanyakan itu.

"Dia juga ikut belajar," Aku menunjuk Alessandro di belakangku dengan ibu jariku. "Kalian bisa belajar bersama."

"Ck. Asalkan dia bisa berbuat baik, terutama padamu." Alessandra membuang mukanya kesal sambil menyilangkan tangannya. Wajahnya tetap menunjukkan penolakan akan keberadaan Alessandro.

Alessandro menghela napas. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Sandra, aku sudah lama memutuskan bahwa aku akan berubah. Aku tidak akan bersikap menyebalkan lagi dan menerima Erios sepenuhnya, itulah mengapa aku juga mau belajar padanya. Itu artinya aku sudah percaya dengan Erios," Wajahnya yang biasanya datar, kini menunjukkan rasa tekad yang besar. "Awalnya aku memang tidak suka dengannya karena dia menyebalkan. Bagaimana bisa kau yang sudah bertahun-tahun membencinya malah berakhir ingin mengekor dengannya? Aku tidak percaya itu! Tapi sekarang, aku berubah pikiran!"

Hooo ... Aku mengangkat sebelah alisku. Anak ini boleh juga.

"Jadi ..." Alessandro menunduk. "Tolong terima aku."

Suasana sunyi senyap setelah pengakuan itu.

Aku tertegun. Wah, seorang Alessandro sampai rela menurunkan harga dirinya demi mengucapkan kalimat-kalimat ini? Ada suatu perasaan familiar yang kurasakan. Begitu halus dan samar, tapi aku pernah merasakannya di suatu masa yang tidak kuketahui ...

Aku menggelengkan kepalaku. Mencoba fokus. Pertama-tama mari kita urusi hubungan mereka berdua ini.

"Alessandra," Aku menepuk lengan Alessandra. "Aku menerimanya. Jadi kau juga harus menerimanya." Melihat keraguan di mata gadis itu, aku tersenyum. "Kau juga mulailah membuka hatimu dengan Alessandro. Mau sampai kapan kalian seperti ini? Jika ada kesalahpahaman yang terjadi di antara kalian, mulai hari ini cobalah untuk selesaikan. Aku juga akan membantu jika kau mau. Percayalah, Alessandro akan menjadi orang pertama yang mendukungmu apapun yang terjadi. Dia berbeda dengan kedua orang tuamu."

Alessandra terdiam. Dia tampak sedang memikirkan kata-kataku dan mempertimbangkannya. Setelah dia berdiam diri selama beberapa saat, barulah dia membuka mulutnya, "Akan kucoba."

Alessandro terlihat lega, sama denganku.

"Baguslah. Aku tidak mau ada pertikaian lagi. Kalian semua harus saling berhubungan baik. Ini juga termasuk dalam pembelajaran pengontrolan emosi," Aku tersenyum sambil menepuk tanganku sekali. "Nah, sekarang ayo kita mulai pembelajarannya mulai dari awal."

Si kembar Meinham sama-sama mengangguk.

Aku mulai melakukan ajaran pertama. "Karena kita berasal dari Sihir Kegelapan, kita butuh energi Kegelapan tanpa penerangan sedikit pun. Tapi kita sedang berada di luar dan aku tidak mau terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan jika kita melakukannya di ruangan tertutup. Jadi satu-satunya tempat yang bagus untuk mengumpulkan energi kegelapan adalah," Aku menunjuk pohon besar di sudut lapangan. "Cobalah bermeditasi di bawah pohon itu."

Pencahayaan di sudut lapangan sangat minim. Suasana di sekitar sana lumayan sepi dan remang-remang. Itu akan menjadi tempat yang cocok untuk mereka berkonsentrasi. Aku hanya cukup memantau perkembangan mereka. Berbeda dengan Sihir Cahaya yang jika bermeditasi semakin lama, maka akan semakin mendapatkan kedamaian. Sihir Kegelapannya kebalikannya. Semakin lama kau bermeditasi, maka kau akan mengalami banyak gangguan.

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang