CHAPTER 30

2.2K 233 17
                                    

Saat malam tiba, aku, Julian, dan Alessandro pergi ke hutan gelap yang berada di tepi wilayah. Sisanya berjaga di wilayah, waspada jika ada sesuatu yang akan menyerang. Flin dan Azura tidak bisa bertarung, jadi aku memilih Alessandra yang menjaga mereka.

Ketika kami sampai di depan hutan, Julian berjalan lebih dulu. Namun tiba-tiba dia berhenti berjalan. "Dipasang dinding pelindung dari energi Sihir Kegelapan."

Aku mengangguk mengerti. Aku mendekati Julian dan menempelkan telapak tanganku pada dinding yang transparan. Sesudah itu aku menghisap energinya. Ini dinding yang sangat lemah. Bahkan bisa dihancurkan jika Alessandro mencambuk dinding ini dengan rantai emas listriknya. Tapi kekuatan itu membutuhkan energi yang banyak, sayang jika Alessandro menghabiskannya hanya untuk ini.

Begitu dinding ini hancur, kami bertiga pun memasuki hutan. Ketika kakiku menginjak tanah di hutan ini, aku tidak melihat setetes salju pun yang turun dan kondisi tanah masih biasa saja. Sangat berbeda dengan keadaan di desa. Aku yakin, kadar toleransiku pada tiap keanehan yang muncul akan semakin tinggi, jadi aku tidak akan terkejut lagi. Julian membuat segumpal cahaya terang dari telapak tangannya untuk menerangi hutan gelap ini seperti senter.

Kami berjalan dengan tenang, mencoba merasakan hawa keberadaan orang lain di sekitar kami. Tapi hutan ini sungguh sepi seakan tak ada tanda kehidupan di dalamnya, berbeda dengan Hutan Kreisen yang sunyi, tapi masih bisa dirasakan berbagai tatapan dari segala arah. Hutan yang seperti ini justru lebih berbahaya.

Setelah kami terus berjalan, kami menangkap seseorang yang berdiri tak jauh dari kami. Dia memunggungi kami dengan kedua tangan di belakangnya, seakan dia memang menunggu kedatangan kami bertiga. Hanya dengan melihat orang itu saja, aku merasa ada sesuatu yang panas di dadaku. Tapi aku harus menahan diri. Aku hanya bisa bilang, dia brengsek. Aku sudah bersumpah di dalam hatiku, aku akan membuatnya menghadapi kematian yang sama dengan sepasang suami-istri yang tidak bersalah itu.

Aku menghela napas, mencoba menetralkan perasaanku. Aku menggerakkan tanganku, memberi kode pada Julian dan Alessandro untuk mengikutiku sambil mendekati kakek itu, tetapi tetap menjaga jarak dariku. Begitu aku telah berada di belakang si kakek, aku menepuk bahunya dan menyapanya dengan nada yang ramah, "Kakek, sedang apa malam-malam berada di tengah hutan begini? Berbahaya buat kakek."

Sang kakek menoleh padaku dan tersenyum ala seorang pria bijak yang baik hati. "Hohoho Tuan Muda, sepertinya saya salah rumah. Akhir-akhir ini saya sedikit pikun, mengingat usia saya semakin bertambah." balasnya seraya membalikkan tubuhnya yang sedikit membungkuk ke arahku.

Aku membalas senyumnya. "Maka itu, saya akan mengantar anda ke rumah anda. Hutan ini sudah menjadi area yang berbahaya."

"Eh? Berbahaya kenapa?" Si kakek memiringkan kepalanya bingung.

Aku memajukan wajahku pada kakek itu dan tersenyum manis. "Karena hutan ini dihuni oleh orang sepertimu!" Dalam sekejap, aku merenggut wajahnya ketika kakek itu berusaha mengelak ke belakang, namun sayang aku berhasil menyobek kulit wajah buatannya. Dia mengambil lompatan mundur ke belakang seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Itu kulit palsu?!" seru Julian, sementara Alessandro sudah mengeluarkan pisau kecil dari balik jubahnya dan bersikap waspada.

Aku mengangguk. "Ya. Kakek inilah yang sejak awal menyebar wabah—ah, tidak. Dia bahkan sebenarnya bukan kakek-kakek," Aku tersenyum sinis dan membuang kulit buatan itu ke sembarang arah. "Hebat sekali. Aku sampai terkecoh. Kau sampai ikut sakit segala. Kau pikir aku tidak menyadari tanganmu yang bahkan tidak ada keriputnya saat kau memegang tanganku tadi pagi?"

"Huh, inilah yang dinamakan penyamaran totalitas," Orang itu perlahan membuka kedua tangannya, memperlihatkan wajah seorang pemuda tampan dengan rambut hitam panjang yang dikuncir. Bibirnya membentuk sebuah seringai kecil. "Seperti yang diharapkan dari Tuan Muda. Hanya dalam hitungan dua hari anda sudah bisa menemukan saya."

[BOOK 1] The Villain Wants To Repent (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang