04. Eye to eye

331 29 10
                                    


~•~

Hari semakin larut dan malam mulai menyelimuti kota yang kian sepi. Pengunjung cafe perlahan mulai berkurang, namun yang tetap bertahan masih terhipnotis akan suara magis Jonathan. Bagaimana apiknya lelaki itu menyanyikan bait demi bait lagu, ditemani petikan gitar dari tangannya. Seluruh pengunjung terpaku pada lelaki itu, tidak terkecuali Geovan.

Awalnya ia ingin pulang, tapi ada sesuatu yang menahannya untuk tetap tinggal dan memperhatikan lelaki yang sedang bernyanyi itu. Pesonanya, pergerakannya, berat suaranya. Sial, bisa-bisanya Geovan ikut terpesona. Bahkan hingga lagu terakhir pun, kedua manik mata kecoklatan Geovan tak kunjung beralih dari sosok Jonathan.

Tepuk tangan meriah mengakhiri penampilam Jonathan diikuti senyuman manis lelaki itu. Geovan juga memberikan apresiasi atas penampilan itu, menurutnya semua yang Jonathan tampilkan malam ini cukup sepurna.

Hingga kedua manik mata mereka kembali bertemu untuk sekian detik. Geovan memang tidak paham tentang arti tatapan mata, namun ia yakin lewat pandangan seseorang dapat bicara banyak hal. Layaknya Jonathan sekarang, menatapnya seolah banyak sekali yang ingin lelaki itu sampaikan.

"Keren nggak menurut lo penampilan Jonathan malam ini, Ge?"

Geovan menoleh kearah Katrina dan menggangguk, "Keren banget, udah cocok jadi penyanyi beneran."

"Untuk sampai di titik ini aja perlu bertahun-tahun persiapannya, Ge. Walaupun muka Jonathan galak-galak gitu, aslinya dia cupu. Banyak hal yang mau di coba, tapi pikirannya takut gagal mulu." Jelas Katrina di sebelahnya.

Ada sedikit rasa cemburu, ketika dengan hapal Katrina menjelaskan bagaimana sikap Jonathan seolah keduanya sudah sangat lama bersama. Ah sial, kata orang benar. Jangan menyukai wanita yang belum selesai dengan masa lalunya atau hari-hari mu akan di isi oleh cerita dia tentang mantannya. Tapi apa berhak Geovan cemburu sedangkan dirinya saja bukan siapa-siapa Katrina?

"Sehafal itu ya lo sama Jonathan, kak." helaan nafas terdengar dari bibir Geovan, di ikuti tawa yang hambar. "Ohh iya lupa, dia kan mantan lo."

Katrina menatapnya bingung. "Mantan?"

Tanpa di sangka, respon Katrina malah tertawa terbahak-bahak disebelahnya. Hal itu membuat Geovan mengangkat sebelah alisnya bingung. Apakah ada yang lucu dari pernyataannya barusan?

"Kenapa, Kak?"

"Lo kemakan gosip," jawab Katrina di sela tawanya, gadis itu bahkan menitihkan air mata saking kerasnya ia tertawa.

"Maksudnya?"

"Gue sama Jo ga pernah pacaran, Geo. Itu mah gosip anak-anak sekolahan doang, perkara kita deket banget!"

Siapa yang tidak terkejut mendengar fakta itu dari seorang Katrina? Geovan bahkan hampir menganga karenanya.

Hey! Bayangkan. Pasangan yang dielu-elukan seluruh sekolah karena paras dan keserasiannya, ternyata bahkan tidak pernah berhubungan sebagai kekasih?

Ingin sekali Geovan tidak mempercayai fakta itu, tapi Katrina sendiri malah tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Masa sih, Kak? Satu sekolah aja taunya lo berdua pacaran,"

"Let me explain," Katrina menarik nafas untuk meredakan tawanya. "Gue sama Jo, itu cuma temen. Kita udah kenal dari kecil, udah kaya saudara. Awalnya rumor kalau kita pacaran itu berasal dari jokes temen kelas, ehh tapi ternyata nyebar satu sekolah. Aslinya kita beneran nggak pernah pacaran, gue sama Jonathan itu cuma sahabat."

Katrina menggeleng, "Lagian Ge, gue sama Jonathan terlalu mustahil untuk pacaran. Kita itu berbeda, dan Jonathan punya satu orang yang dia suka selama dua tahun terakhir."

Dear Jo - JeongvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang