11. Proses perlahan

273 39 4
                                    




“Kamu yang menariknya untuk menyebrang lewat jembatan bergoyang, maka kamu juga yang harus menuntunnya dengan keyakinan agar sampai tujuan,”
— Dear Jo, 2023.

••••


“Gimana perkembangan hubungan kamu sama Geovan?” Pertanyaan yang sangat Jonathan wanti-wanti akan keluar dari mulut sahabatnya. Bukannya tidak mau membahas, hanya saja Jonathan juga masih bingung bagaimana kelanjutannya.

“Gatau, Kat.” Ia menjawab sekenanya.

Katrina terkejut mendengar jawaban itu. “Lho kok gak tau?”

Selepas kejadian di parkiran hari itu saat Jonathan pertama kali ungkapkan perasaannya pada Geovan. Sang adik kelas yang sejak lama ia perhatikan seolah menghindarinya, Jonathan tak masalah dengan itu. Wajar menurutnya, hanya saja menghindarnya Geovan menjadi tanda tanya besar untuk Jonathan.

Benarkah Jonathan memiliki kesempatan?

Atau semua hanya akan menjadi akhir tanpa adanya awal?

“Dia minta aku buat nunggu, aku pikir ada kesempatan tapi sekarang dia malah menghindar, Kat.” Lesu, tidak seperti Jonathan yang Katrina kenal.

“Memang dia bilang apa waktu itu, Jo?”

“Dia cuma bilang bingung, dan butuh waktu, Kat.”

Katrina mulai paham, gadis dengan rambut panjang yang anggun itu mengelus pelan lengan lelaki yang telah jadi sahabatnya selama belasan tahun tersebut. Ini kali pertama Jonathan jatuh cinta, wajar dia tidak paham dengan situasi yang terjadi.

“Dia gak masalah kan kalau sama cowok? I mean—”

“Enggak,” Jonathan paham maksud Katrina, ia langsung memotong perkataan gadis itu. “He say that's not a problem, makanya aku kaya di kasih harapan.”

Katrina kembali mengangguk pelan. “Artinya disini kamu yang harus berjuang sedikit lagi, Jonathan.”

“Geovan nggak nolak kamu, dia beri kamu kesempatan. Dia menghindar di fase ini wajar, dia masih fase peralihan masih bingung sama seksualitasnya sendiri.” Katrina genggam erat kedua tangan besar sang sahabat.

“Ibaratnya kamu sekarang lagi narik dia untuk menyebrang di jembatan bergoyang, dia terjebak dalam kebingungan tentang dirinya sendiri, bisa atau engga untuk melewati jembatan itu dengan selamat sampai tujuan.”

“Dalam kebingungan itu kamu harus tanggung jawab untuk ulurin tangan, bantu yakinin dia untuk menyebrang dengan selamat sampai tujuan. Kuncinya keyakinan dan seberapa teguh kamu bantu dia untuk lewati jembatan itu, Jonathan.”

“Kalau kamu biarin dia terjebak di jembatan itu selamanya, hubungan kalian gak akan pernah berkembang.”

Kepala Jonathan yang sejak tadi menunduk, kini perlahan terangkat menatap sahabat cantiknya yang tersenyum begitu lembut. Sejak dulu Katrina adalah tempatnya untuk mencurahkan kebingungan, gadis dengan rambut panjang itu sangat dewasa dan bijaksana untuk memberi saran yang dapat menenangkan hati Jonathan.

Dear Jo - JeongvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang