13. Hari spesial & belas kasihan

382 36 2
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••


Sangat jarang bagi seorang Jonathan untuk memaknai suatu hari yang ia lewati sebagai hari spesial, karena setelah kepergian ibunya beberapa tahun silam dunia Jonathan serasa ikut runtuh tanpa kebahagiaan. Namun kini rasanya dia hidup untuk kedua kali setelah bertemu Geovan, si adik kelas yang mencuri perhatiannya bahkan sejak awal mereka bertemu tanpa tahu nama.

Sosok pemuda berwajah tampan dan manis disaat bersamaan, pemilik senyum yang begitu cerah seperti mentari pagi. Figurnya tinggi, dengan rambut kecoklatan dan mata besar seperti anak anjing yang lucu dan menggemaskan. Semua tentang Geovan adalah hal menarik untuk Jonathan, sampai detik ini. Sampai detik dimana mereka tau perasaan masing-masing dan menjalani tahap untuk mencocokan diri sebelum melanjutkan ke sebuah komitmen yang serius.

Hari-hari terasa lebih spesial, apalagi saat melihat wajah kemerahan Geovan ketika ia tersipu akan sikap Jonathan yang begitu manis. Rasanya setelah dunianya hancur kala Ibu meninggal dan ayah menikah lagi, Jonathan memiliki dunia baru untuk ditinggali. Dunia manis khas remaja yang ia dapatkan dalam Geovan, yang semoga saja akan mulus jalannya menuju kebahagiaan.

“Makasih, Bang.” Ucapan terimakasih kembali terdengar, ketika mereka sudah sampai di depan kediaman Geovan. Langit mulai kekuningan, dengan suasana temaram pertanda hari akan menjemput malam.

“Makasih makasih mulu sih dari tadi, gue gak ngapa-ngapain padahal.” Ada jenaka yang ia selipkan di setiap kata, tau kalau itu kapan saja dapat datangkan rona merah dari pipi Geovan.

Keduanya banyak bersama hari ini, mulai dari berangkat sekolah bersama, latihan dance, dan diakhiri pulang bersama sebelum berpisah tuk berjumpa di hari selanjutnya.

Ada rasa enggan untuk mengakhiri semua yang di jalani hari ini, degup asing dan getaran datangkan kupu-kupu di perut itu rasanya tak ingin disudahi.

Baik Geovan maupun Jonathan tak beranjak dari tempatnya, nikmati sisa hari untuk ciptakan momen berdua. Hanya beradu tatap, menyelami manik masing-masing yang menyimpan sejuta rasa.

Geovan paham, lelaki di depannya bukan tipe yang gamblang akan semua yang dirasakan. Jadi dirinya akan selalu jadi yang menginisiasi untuk memulai semua percakapan tentang hati.

“Makasih buat semua hari ini kak, makasih udah jemput, makasih udah banyak merhatiin gue, makasih juga udah nganter pulang.”

Secara sadar yang lebih muda ganti kebiasaan memanggil yang lebih tua ‘abang’ dengan kata ganti ‘kak’ sederhana namun buat hati Jonathan berdesir tidak biasa. Terasa manis dan spesial, buat senyum yang begitu tinggi terangkat menghiasi pipi.

My pleasure, Geo.”

Sekali lagi Geovan jadi yang menginisiasi untuk memulai, sembari ia ingin memastikan satu hal dalam hati. “Sebelum pulang, boleh gue minta sesuatu, Kak?”

Dear Jo - JeongvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang