•••••
“How about Katrina, Ge?” Bagai seorang reporter yang perlu banyak informasi dari sang informan sebelum membuat berita untuk diterbitkan, sedari tiga puluh menit yang lalu Raskal tiada henti menghujani Geovan dengan pertanyaan seputar percintaannya; yang memang rumit.
Semua rasanya sudah Geovan jelaskan secara rinci pada kawannya yang berambut putih ini, dari awal bagaimana ia bisa dekat dengan Jonathan dan perkembangan hubungan mereka hingga sejauh ini, lalu tentang Katrina yang memang sudah tak lagi hiasi hatinya.
Bagi Geovan, sosok Katrina merupakan bunga hati yang ia simpan dalam kekaguman akan sosoknya yang luar biasa; cantik, berkepribadian baik, ramah pada siapa saja, dan multi talenta. Siapa yang tidak kagum jika melihat gadis, yang nyaris dekati kata sempurna seperti Katrina?
Rasa terpendam buah dari kagum yang setahun Geovan simpan pada gadis itu nyatanya tidak bertahan, mendekati sosok Katrina bukan hal mudah apalagi dengan distraksi Jonathan yang datang secara perlahan dan sengaja merebut penuh atensinya. Jonathan, sosok misterius penuh tanya, juga kata-kata sejuta makna datangkan degup hati untuk telusuri lebih jauh untuk memahami sosoknya. Cukup klise namun, sepenuhnya berhasil buat Geovan lupakan rasa kagumnya terhadap Katrina, dan menumbuhkan rasa yang disebut cinta kepada sosok Jonathan yang tidak mudah ditebak.
Bukan hal mudah untuk sampai di tahap ini, bagaimana beribu kebingungan menyerang Geovan buatnya susah untuk memantapkan hati. Memang kisah ini belum sepenuhnya ia bagi pada Raskal, sang sahabat, yang selalu tau seluk beluk hidupnya sejak dulu.
“I’m losing my spark to her. Kayak gue udah nemu tujuan sebenarnya dari apa yang dicari, sesuai kata hati.” Jawab Geovan dengan santai.
Kedua remaja itu duduk di depan rumah Geovan, tepatnya pada teras dengan dua bangku bambu rajut yang biasa digunakan Papa Geovan untuk menikmati kopi di pagi atau sore hari. Pandangan mereka lurus pada halaman depan rumah Geovan, saling berbagi cerita seperti rutinitas yang sudah lama ditinggalkan.
“Hati lo sekarang, semuanya buat Jonathan?” Sekali lagi Raskal dengan sejuta pertanyaan pada sang informan.
Geovan memberikan atensinya pada sosok sang sahabat yang masih pandang kedepan, ada kegelisahan dan sesuatu yang selalu ditutupi setiap kali pertanyaan diajukan. Geovan memang bukan ahli membaca ekspresi apalagi pakar pembaca gerak tubuh, hanya saja mereka telah bersama lebih dari tujuh belas tahun. Sedikit tidaknya lelaki dengan rambut kecoklatan itu memahami bagaimana sang sahabat bertindak, bersikap dan menyembunyikan perasaannya.
Satu fakta kecil perlu diketahui bahwa, kedua sejoli yang sudah bersahabat sejak masih dalam kandungan itu ialah, tentang keduanya yang sama-sama tidak vokal dalam utarakan isi hati. Geovan susah memahami diri sendiri, sulit ungkapkan apa yang ia rasakan dan inginkan, begitu juga dengan Raskal. Keduanya memiliki pola berpikir yang sama hanya saja dengan kemasan perilaku sangat kontras. Raskal merupakan sosok dengan sifat keras, serta sosok yang meletup-letup untuk keluarkan emosi saat sedang tutupi sesuatu. Maka Geovan kebalikannya, ia lebih santai dan menelan emosinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jo - Jeongvin
FanfictionSetelah memendam rasa selama setahun pada kakak kelasnya, Geovan akhirnya berani untuk mengambil langkah mendekati sang pujaan hati. Sayangnya, tak semudah yang Geovan banyangkan. Keberadaan Jonathan mantan pacar sang pujaan hati, membuat tekad Geo...