10. Kesempatan terakhir

302 37 12
                                    

"Netra legam berkilau itu membuat ku terjebak dalam labirin panjang yang membingungkan. Jika salah memilih jalan, maka akan terjebak disana selamanya dalam kebingungan."
— Dear Jo, 2023

••••

Benar sekali, lebih baik tidak tahu daripada mencari tahu apa yang seharusnya tidak kamu ketahui. Prinsip yang Geovan lupakan, karena jujur saja melanggar prinsip itu membuatnya berada di ujung jurang dan siap jatuh kapan saja saat ia salah bergerak.

Gue sukanya sama lo, Geo, bukan Katrina

Rasanya kepala Geovan dipukul dengan batu berat yang membuatnya pusing tidak karuan, apalagi senyum hanyut yang tampan dan netra hitam legam itu masih menatapnya penuh keraguan.

“K-kenapa gue?” Geovan kehabisan kata sebagai responnya, “Maksudnya, kenapa lo suka sama gue?”

Sudah nyebur, sekalian saja basah. Pikir Geovan. Kini ia hanya perlu penjelasan, sejelas-jelasnya dari sosok tinggi yang berdiri di depannya. Geovan yakin, lelaki itu juga sama kehabisan kata sepertinya, hanya saja dia bisa menyembunyikannya dalam ketenangan dari gerak-geriknya.

“Memang suka sama orang perlu alasan?” Jonathan balik bertanya, tetap terlihat santai seperti ia biasanya. Meski siapapun akan bisa melihat kegugupan dan keraguan dari gerak tubuhnya.

“Pasti, semua pasti ada asalan bang, apalagi soal jatuh hati.”

Langkah demi langkah yang ia lakukan membawanya semakin ke tepian jurang, tapi Geovan tidak dapat berpikir jernih saat ini, karena yang ia mau hanya kepastian. Untuk apa kepastian? Geovan sendiri tidak paham, yang pasti hatinya menginginkan itu.

Jonathan semakin merasa dipojokkan, dituntut berbagai jawaban yang bahkan ia pun tidak tahu. Rangkaian kata di kepala seolah sirna, namun mungkin inilah jalannya. Jadi dengan segala keberanian yang hampir dilebur keraguan, lelaki yang lebih tua pegang pundak yang lebih muda. Dapatkan semua fokus, seolah hanya ada mereka berdua saat ini.

“Kalau gue bilang, gue suka sama lo sejak dua tahun lalu, lo percaya?”

Geovan terkejut, “Dua tahun?”

“Iya, dua tahun, waktu lo pertama kali masuk sekolah.” Jonathan dengan segala rasa yang ia tutupi, perlahan mulai terbuka. “Cinta pandangan pertama? Dari pertama kali gue lihat lo baris di lapangan, dari awal pembagian kelas, cuma satu dari sekian banyak siswa baru yang bisa ambil perhatian gue cuma lo, Geovan.”

Degup jantung yang semakin tidak beraturan ditutupi oleh suara hujan yang semakin deras, manik kecoklatan Geovan tenggelam dalam labirin tak berujung di pelupuk legam Jonathan. Rasanya ada banyak yang masih lelaki itu tutupi, enggan diutarakan dengan segara entah apa alasannya. Namun, satu yang Geovan tau, bahwa perasaannya selama ini tidak salah.

Jonathan yang ada di setiap jalannya mendekati Katrina, hanya mencari celah agar bisa lebih dekat dengannya. Semua tatapan, dan perkataan penuh makna di perjalanan pulang malam itu semua untuk dirinya. Segala perhatian yang Jonathan berikan memang semata-mata untuk Geovan.

Perasaan ini tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar juga. Geovan hanya dilanda rasa bingung yang tak berujung. Kisah cinta masa SMA yang dibayangkan indah membawanya pada pengalaman yang tidak tertebak.

“Gue takut, tapi gue juga gak bisa bohong soal perasaan gue. Dua tahun, cuma merhatiin lo dari jauh, gak tau nama lo siapa, gak tau gimana caranya supaya dekat dengan lo sekedar untuk jadi teman. Rasanya waktu itu semua mustahil.”

Tangan besar Jonathan meraih tangannya, digenggam dengan erat dan hangat kurangi sedikit tekanan udara yang merendah karena derasnya hujan yang terus bertambah. “Gue selalu punya kesempatan tapi takut melangkah, mungkin tahun ini bakal jadi kesempatan terakhir untuk bisa lebih dekat sama lo sebelum gue lulus, Geo.”

Dear Jo - JeongvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang