••••
Mobil yang dikendarai Raskal membelah malam, entah mengapa, hari ini mobil itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Perdebatan kecil atau tawa yang selalu menemani mereka kini sirna, tergantikan oleh dingin dan sesuatu yang Raskal ciptakan sendiri untuk membatasi dirinya dengan Geovan. Ada yang hilang, hangat dan binar pada tajam iris Raskal memudar.
“Berantem lagi sama nyokap?” Tanya Geovan memecah keheningan, masih menoleh dan fokus pada jalanan. Ia tidak nyaman, terlebih dirinya dan Raskal tidak pernah berada dalam situasi secanggung ini sebelumnya. Geovan tahu, hanya satu hal yang bisa buat Raskal sediam sekarang. Ibu lelaki itu.
“Dikit.”
“Kenapa lagi?”
Helaan napas berat Raskal mengisi sunyi sebelum menjawab. “Mom always told me to leave Indonesia,”
Masih permasalahan yang sama. Geovan tahu sejak awal masuk SMA, Ibu Raskal selalu mendesak anaknya agar cepat-cepat pergi dari Indonesia dan melanjutkan hidup di China bersama keluarga besarnya. Alasannya cukup sederhana, Ibu Raskal tidak ingin sang anak terbius pergaulan kurang bagus dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih berkualitas. Hanya saja Raskal tidak pernah mau. Tolaknya selalu keras, selalu berdebat soal dirinya yang tidak mau pergi dari Indonesia dengan sang Ibu.
“Bukan cuma itu sih, memang lagi banyak masalah juga belakangan.” Ucap Raskal singkat, saat keterdiaman kembali menjadi teman dalam mobil.
Keduanya tenggelam dalam alunan suara kendaraan dan klakson dari orang-orang yang ingin cepat pulang. Menikmati bagaimana gelap dan kerlipan malam mengisi setiap sudut kota di bawah terangnya cahaya bulan purnama.
“Itu sebabnya lo cuek banget sama gue belakangan?” Tembak Geovan cepat buat Raskal semakin diam. “Cerita ege. Kayak sama siapa aja!”
“I think you're busy with your boyfriend. Gak enak ganggu.” Ada penekanan dari kata-kata itu, seperti memberi sindiran dan sesuatu yang coba ditahan. Hal itu cukup mengusik Geovan.
“Walaupun gue punya pacar, bukan berarti udah gak peduli sama lo lagi bego!” Geovan mendengus. “I will there for you, anytime you need me. Jangan menghindari gue.”
Raskal terdiam cukup lama, matanya tajam menatap jalanan tapi Geovan tahu pikiran lelaki itu tidak pada tempatnya. Sudah dikatakan bukan? Geovan mengenal Raskal cukup lama, bersama lelaki itu hampir separuh hidupnya, tidak mungkin ia tidak paham apa yang Raskal pendam.
“Ada yang mau lo ceritain, Kal?”
“Banyak, tapi bukan sekarang.”
Alis Geovan bertaut. “Maksudnya?”
Jeda cukup lama. Raskal nampak ragu dan Geovan tak mengerti soal apa. Lelaki dengan rambut putih dan rahang tirus itu sejak tadi selalu menghindari tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jo - Jeongvin
FanfictionSetelah memendam rasa selama setahun pada kakak kelasnya, Geovan akhirnya berani untuk mengambil langkah mendekati sang pujaan hati. Sayangnya, tak semudah yang Geovan banyangkan. Keberadaan Jonathan mantan pacar sang pujaan hati, membuat tekad Geo...