09. Memastikan Posisi

309 37 8
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Seolah semesta memang menginginkan mereka untuk selalu bertemu, seperti itu pula suatu kebetulan selalu membuat Jonathan datang ketika Geovan coba dekati Katrina.

Hujan mengguyur kota sejak pagi hingga sore hari, bahkan ketika bel pulang berbunyi hujan masih tak kunjung berhenti. Para siswa terkendala untuk pulang karena jarak dari gedung kelas menuju parkiran cukup jauh, bisa buat basah kuyup jika nekat terobos hujan hingga parkiran.

Geovan yang kebetulan hari ini membawa mobil tentu saja sudah antisipasi dengan payung yang tersedia di tas andaikan hujan masih belum berhenti hingga sore, jadi dia bisa berjalan menuju parkiran tanpa khawatir akan basah.

Benar saja perkiraannya, hujan masih deras. Geovan bernafas lega dapat pulang dengan tenang tanpa takut basah. Lelaki dengan rambut kecoklatan itu merogoh payung lipat di tasnya bersiap menerobos rintikan hujan, namun ketika payung berhasil ia buka netra bulat itu menangkap sosok Katrina di depan teras lobi sekolah.

Gadis cantik yang rambut panjangnya diurai itu nampak sibuk dengan ponsel, wajahnya cemas dengan pandangan mata yang tidak tentu arah. Intuisi membawa lengkah Geovan dekati gadis itu, dengan senyum yang mengembang di wajah tampannya.

“Hai kak!” Sapa Geovan, membuat Katrina menoleh dengan senyuman singkat.

“Hai Geo, lo baru selesai kelasnya?”

Geovan memberi anggukan, “Baru aja, mapel sejarah emang suka ngaret. Kakak belum pulang karena gak bawa payung?”

“Iya haha, bodoh banget gue. Padahal ada payung di mobil tapi lupa diambil. Mana mama udah telepon dari tadi minta jemput, ya kali gue terobos hujan.” keluh gadis itu sambil tersenggut. Geovan lihat itu sambil menahan senyuman—di kondisi seperti ini Katrina bahkan tetap terlihat cantik, buat hatinya hangat meski udara sedang dingin.

Bermodalkan jiwa kepekaan yang tinggi, Geovan kembali berlagak seolah pahlawan di depan sang pujaan hati—ini adalah kesempatan untuk mencuri perhatian pikirnya.

“Kakak kalau buru-buru, mau pake payung gue dulu nggak?” Geovan menyerahkan gagang payung itu pada sang gadis, dengan wajah penuh wibawa.

Netra legam Katrina melirik payung itu, jujur saja dia sangat perlu. “Boleh deh Ge, aduh maaf benget gue jadi ngerepotin gini.”

“Gapapa kak, santai aja.”

Payung itu beralih tangan pada Katrina. “Pinjem dulu ya, Ge. Maaf ngerepotin lo jadinya.” Ia bersiap membelah hujan menuju parkiran, namun tiba-tiba terhenti ketika mengingat sesuatu.

“Oh iya Ge, kalau lo mau pulang tunggu dulu ya. Tadi gue telepon Jonathan buat pinjem payung, katanya dia bawa. Dia udah keluar kelas kok, nanti lo bareng dia aja supaya gak basah ya!” katanya sambil tersenyum, lalu berlalu pergi sebelum Geovan sempat menjawab ataupun mengatakan sesuatu.

Dear Jo - JeongvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang