Zakka dan Refka sudah sampai menuju ke Istana Kesultanan Utara, tempat tinggal Sultan Ajahir VII, yang sekarang mungkin sudah berada didalam tanah. Refka melihat bangunan megah ini, hanya mendengus pelan. Ia merasa dejavu.
Zakka menyuruh Refka untuk tetap didepan gerbang, selagi ia pergi mengintai ke dalam Istana. Zakka juga mengatakan jika ada bahaya yang tanda, masing-masing dari mereka akan memberi sinyal. Refka mengangguk, dan menunggu Zakka didepan pintu istana, sambil berjaga-jaga.
Refka berdiri bersandar di dinding sebelah pintu, lalu tidak lama kemudian ia duduk dan menundukkan kepalanya. Ini kenapa Zakka lama sekali, ngintai atau berak itu? Ada dua jam lebih Refka menunggu Zakka. Refka merasakan ada suatu hal yang janggal.
Disaat Refka lagi asik-asiknya memikirkan teori terlambatnya Zakka, tiba-tiba ia dikejutkan dengan lemparan uang koin dari seseorang.
"Cih, miskin bet sampai harus ngemis-ngemis didepan gerbang." Ucapnya, lalu pergi meninggalkan Refka yang speechless dengan ucapan bocah biadap ngasih uang terus ngata-ngatain lagi. Dikarenakan tingkat tinggi iri hati dengki Refka yang sangat luas, seperti kebaikannya. Refka dengan senang hati mengambil batu yang ia dapat, terus dengan kekuatan penuh, melempar batu itu ke kepala bocah tadi.
Disaat seperti ini keberuntungan Refka memiliki bakat dalam hal memancing keributan. Lemparan batu itu dengan sangat tepat mengenai kepala bocah geblek itu, sekali headshot.
Untungnya lemparan batu itu tidak sampai membuat bocah goblok itu mati, hanya berdarah dikit gak ngaruh. Dengan cepat bocah santet ini menarik kerah jubah Refka, dan menatap marah.
"Maksudmu apa, njing! Main lempar aja, udh di kasih duit malah ngelunjak!" Marahnya, dan dibalas Refka dengan tamparan. "Yang mau duit siapa juga, asu. Aku bukan pengemis, babi." Refka balik membalas perkataan bocah edan ini.
Bocah jelek ini melototi Refka, dan mereka saling beradu pandangan. Yang kalah gantung diri. Untungnya pertarungan adu tatap-tatapan dihentikan oleh Zakka yang telah selesai mengintai dan mendapatkan informasi tambahan. Sebenarnya Zakka sudah sedari tadi selesai, tapi ia tadi nyasar dulu. Ketemu apel, khilaf, maling, dan goreng dulu didapur istana. Untungnya Zakka melakukan tanpa ketahuan sedikitpun. Beruntung bet jadi orang.
Zakka langsung menghentikan perkelahian ini, takutnya ada pertumpahan adu bacot, kalau tidak dihentikan dengan segera.
"Kalian! Hentikanlah, sudah sama-sama besar, masih saja kek anak-anak. Malu dengan kecebong sebelah, yang masih kecil harus banting tulang ayam." Ucap Zakka dengan skill ceramahnya. Tetapi bukannya berhenti, dua orang ini malah saling jambak-jambakan rambut.
"Woy, kunti! Sakit bangsat, lepasin gk!" Ucap bocah ff itu, memerintah Refka untuk melepaskan tarikan rambutnya.
"Heh! Matamu picek apa? Jelas-jelas rambutku pendek, kek masa hidupmu. Masih dikatain kunti? Asu tenan." Refka kesal dikatain kunti, padahal ia sering insecure dengan mbak kunti karena rambutnya panjang.
Pada akhirnya perkelahian ini berakhir seri, karena Zakka dengan senang hati hampir memenggal kepala mereka berdua.
Zakka menghela nafas, matanya melirik ke arah bocah kerupuk ireng ini. "Kamu... Anak ke-3 Sultan utara, kan?" Tanya Zakka, ia sempat melihat foto keluarga Sultan Utara. Sepertinya tersesatnya kali ini membuahkan hasil.
Bocah ireng ini dengan wajah sombongnya memamerkan diri, "yaps, 100 mines untuk anda. Aku adalah anak ke-3 penguasa Utara, Erlangga Zanabiah Ashraf. Hormatlah!" Perintahnya, dan dengan sukarela ditendang oleh Refka.
"Heh, asu. Erlangga ternyata. Kau lupa dengan temanmu sendiri, kacang lupa dengan dakinya. Fuck."
Erlangga yang terkena tendangan Refka, membuat menubruk dinding. "Anj, sakit." Keluhnya, ia kembali menatap Refka. Samar-samar ia mengingat berapa tahun yang lalu tentang seorang prajurit dari barat yang menolongnya untuk sembunyi, karena bolos pelajaran.
"Loh! Kak Varuna!" Serunya, dan langsung memeluk Refka dengan kencang. "Apa kabar, kak? Kuharap waras selalu." Ucapnya, dan dibalas oleh Refka, "sehat, dan akal pun sehat." Jawabnya.
Zakka yang melihat dua orang ini saling berpelukan layaknya teletubbies, membuatnya speechless. Tadi kelahi, sekarang damai. Maunya apasih.
Pada akhirnya, Zakka hanya bisa menjadi batu diantara dua geblek ini. Disisi lain, Yelena dan V yang saat ini sedang diskusi. Lebih tepatnya mereka sedang membicarakan tata cara pdkt kepada seseorang.
"Jadi gini.. Terus kamu dor, gitu nah. Ambil hatinya, dan kasih dia bunga." Ucap Yelena menjelaskan tata cara, dan dibalas anggukan serius oleh V.
Udah paling bener Cuma Zakka yang waras disini.
To be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Tidur | end Season 1 |
HumorIni bukan cerita horor, cuma cerita comedy biasa. Tidak ada yang spesial, selain abang tukang bakso yang suka menyamar menjadi intel. Heran kadang, tiap bahas politik atau nyinggung pemerintah, selalu tukang bakso yang kena. Kesian abang tukang baks...