Chapter 29 | Kemenangan |

13 3 0
                                    

Refka, sambil mengendarai kudanya, membunuh semua yang ia anggap musuh. Dengan pedang panjangnya, membuat jangkauan serangannya semakin melebar. Refka terus membunuh para prajurit musuh, sambil menjaga dirinya untuk tetap tidak diketahui.

Disaat Refka sedang melakukan serangan, secara mengejutkan ada seorang prajurit yang berhasil menahan serangan Refka. Refka cukup terkejut, tetapi ia kembali tenang. Tidak mungkin ada yang bisa menahan serangannya, kecuali setidaknya prajurit itu memiliki potensi yang setidaknya cukup diakui.

Refka memberi tekanan pada pedangnya, dan membuat prajurit itu menjadi kesusahan. Prajurit itu mengelak pedang Refka, lalu menyerang Refka.

Refka menghindarinya, melompat dari kudanya. Refka berdecak kesal, padahal tadi ia sudah sangat nyaman dengan duduk diatas kuda.

Refka menyarung pedang panjangnya itu, lalu menggambil dua daggernya. Refka berniat untuk menyelesaikan ini dengan cepat. Setelah mengambil dua dagger itu, dengan kecepatan yang sangat tinggi, Refka menyerang prajurit itu. Ia sudah terlalu malas menanggapi sesuatu hal yang tidak ada gunanya. Refka tidak ingin waktunya terbuang.

Prajurit itu sangat terkejut, mencoba untuk bertahan dari serangan Refka. Tetapi pada akhirnya, ia berakhir harus mendapatkan luka disekujur tubuhnya. Karena menahan serangan Refka.

Refka melirik singkat ke arah prajurit tadi, yang sudah dipastikan prajurit itu tidak bisa melawannya lagi. Ia lanjut ke musuh selanjutnya.

Mari ke sisi Zakka yang sedang berada di samping Erlangga. Zakka melirik ke arah Erlangga, "aku akan menjagamu dari para musuh, selagi kau melawan saudara-saudaramu itu." Ucapnya, dan dibalas anggukan oleh Erlangga.

Erlangga maju ke depan, begitu pula dengan para saudaranya. Membuat jarak yang tidak begitu jauh, tetapi tidak begitu dekat.

Erlangga menatap datar, ia sudah sangat siap untuk hari dimana ia akan melawan para kakak-kakaknya itu. Erlangga mengeluarkan pedangnya, ini pertama kalinya Erlangga menggunakan pedang besi. Meskipun ia merupakan salah satu anak dari Sultan Utara, Erlangga tidak memiliki akses untuk bisa mendapatkan pedang ataupun alat untuk belajar bela diri. Seakan-akan mereka semua takut, suatu hari nanti Erlangga akan membalas perbuatan mereka. Bahkan pedang besi, dan baju zirah yang ia dapat sudah sangat rusak. Untungnya Zakka langsung meminta V untuk memperbaiki pedang dan baju zirah Erlangga.

Erlangga menarik nafas, dan membuang. Ia melirik ke arah para saudaranya yang sedang bersiap untuk saling bertarung. Meskipun sepertinya, mereka cukup mengabaikan Erlangga.

Tiga putra penguasa Utara ini saling menarik tali kuda mereka, bergerak maju, dan saling beradu kekuatan pedang mereka.

Selagi Erlangga bertarung dengan para saudaranya, disisi lain Zakka mengawasi pertarungan Erlangga dari jauh. Terkadang ia melihat ada prajurit yang ingin menyerang Erlangga dengan menggunakan panahnya, tetapi sebelum panah itu ditarik. Prajurit itu sudah kehilangan nyawanya sendiri, dengan kepalanya tertancap panahnya Zakka.

Zakka benar-benar mengawasi, sekaligus menunggu kabar lebih lanjut dari Yelena dan V. Seharusnya setelah mereka membasmi prajurit yang mereka bawa, dua orang ini akan pergi ke istana Kesultanan untuk melakukan tindakan pemberontakan. Zakka berniat, setelah Erlangga berhasil membunuh dua saudaranya itu, mereka akan langsung menuju ke istana, membunuh sisa-sisa anggota keluarga kesultanan, dan menobatkan Erlangga menjadi penguasa Utara yang baru.

Zakka berharap rencana ini akan sesuai dengan apa yang ia dipikirkan, tetapi firasatnya mengatakan akan ada hal berbahaya yang menimpanya nanti. Zakka menghela nafas, ia berharap tidak ada kejadian yang buruk menimpanya. Tetapi terkadang, firasatnya selalu benar.

Mari kita ke sisi Refka yang saat ini masih membunuh prajuit musuh, entah sudah berapa Refka pun tidak tahu. Seribu? Dua ribu? Entahlah, yang pasti punggungnya sakit karena harus lari sana-sini, lompat dari tubuh ke prajurit satu dan ke lainnya. Semua prajuit Utara ada yang lemah, ada yang kuat, tapi ada juga yang kekuatannya sedang, tetapi biasa saja. Tapi bikin ribet.

Contoh ada saatnya serangan Refka bisa ditahan, tetapi Refka langsung dengan cepat menyusun rencana diotaknya, dan membunuh prajuit ini. Tetapi ada juga yang setelah diserang habis-habisan oleh Refka, masih tetap bisa bertarung. Refka langsung memasang kertas mantra peledaknya ke tubuh prajurit itu, lalu menendangnya agar ledakan itu tidak mengenai dirinya.

Setelah serangkaian lika-liku Refka bertarung, dan membunuh prajurit pihak musuh. Ia juga membunuh pasukan prajuit yang dibawa Erlangga, ia tahu akan ada pengkhianatan nantinya jika tidak dibunuh sekarang.

Saat sedang sibuk menyerang prajurit musuh, tiba-tiba dari arah belakang ada sebuah panah yang berwarna putih menyerang dengan sangat cepat menuju Refka. Dikarenakan panah berwarna putih itu sangat cepat, meskipun Refka berhasil menghindari panah itu. Panah putih itu berhasil mengenai pipi sebelah kiri Refka, dan menyebabkan luka goresan panjang.

Refka berpikir, itu mungkin saja serangan dari prajurit musuh yang tidak sempat ia bunuh. Tetapi saat melihat luka di pipinya sembuh dengan sangat lambat, dan bahkan luka ini menyebabkan sakit yang sangat nyeri. Itu terasa ditusuk oleh jarum kecil, tetapi ditusuk berkali-kali.

Refka merasakan firasat menjadi sangat buruk. Ia harus secepatnya membunuh semua prajurit ini, dan kembali ke Zakka.

Sambil mengabaikan rasa sakit dipipi-nya, Refka kembali menyerang prajurit musuh, tetapi kali ini ia melakukannya dengan sangat cepat. Bahkan sebelum prajurit itu menarik pedangnya, Refka sudah lebih dulu membunuh prajurit itu.

Kembali ke pertarungan tiga anak penguasa Utara, sesuai dengan apa yang direncanakan. Erlangga berhasil mendominasi pertarungannya. Tetapi disisi lain, sebenarnya Erlangga tidak menyangka ia akan mendominasi pertarungan ini. Saran dari kak Varuna sangat manjur untuknya yang sangat minim tentang pertarungan melawan musuh.

Erlangga menyerang kakak pertamanya, dan serangannya ditahan oleh kakak pertamanya itu. Lalu kakak kedua Erlangga ikut juga menyerang. Erlangga yang melihat itu, pedangnya yang saat ini sedang ditahan, Erlangga langsung mengelakkan pedangnya dan menghindar dari serangan kakak keduanya. Akibatnya, kakak keduanya itu malah menyerang kakak pertamanya. Erlangga yang melihat kesempatan itu, ia dengan cepat menyerang dua saudaranya yang saat ini sedang lengah, dan menebas kepala kakak keduanya. Setelah menebas kepala kakak keduanya, Erlangga menggunakan tubuh kakak keduanya itu sebagai pijakan untuk melompat, dan berniat untuk membelah dua tubuh kakak pertamanya. Serangannya ditahan oleh kakak pertamanya, tetapi dengan perbedaan kekuatan, membuat pedang kakak pertamanya itu patah, dan Erlangga berhasil membelah dua tubuh kakak pertamanya itu.

Erlangga menarik nafas, nafasnya terengah-engah kerena terlalu berlebihan memakai kekuatan. Erlangga berdiri, mengayunkan pedangnya dengan menyamping untuk membersihkan darah. Dengan ini Erlangga berhasil menjadi pemenang dari pertarungan perebutan tahta penguasa Utara.

Zakka yang sedang mengawasi pertarungan Erlangga yang berhasil menang, ia tersenyum dengan sangat bangga. Terlepas dari firasatnya buruk. Ia menoleh, dan melihat Refka yang sudah selesai membunuh semua prajuit musuh. Tanpa ada satupun yang tersisa. Terlihat Refka cukup kelelahan karena menggunakan kekuatannya secara berlebihan. Itu aneh, setahunya dulu saat masih peperangan dulu. Refka bisa lebih dari ini.

Refka melambaikan tangannya, tanda bahwa ia sudah menyelesaikan tugasnya. Sesaat ingin berjalan menuju Zakka, tiba-tiba serangan panah putih itu muncul kembali. Dikarenakan Refka kelelahan, panah putih itu menusuk ke bahu Refka.

Refka langsung jatuh kesakitan, luka pada pipinya saja belum sembuh. Kali ini ia mendapatkan luka dibahu-nya. Refka teriak kesakitan, ini baru pertama kalinya ia mendapatkan luka yang begitu menyakitkan. Refka bertanya-tanya, serangan macam apa yang membuatnya seperti ini.

Zakka yang melihat Refka jatuh, dan teriak kesakitan. Ia langsung menuju ke Refka, sedangkan Erlangga yang melihat Kak Varuna terluka, ia ingin pergi menuju ke sana. Tetapi ia juga saat ini sedang mengalami luka, karena serangan dari para saudaranya.

Sial. Kenapa bisa seperti ini.

To be Continue 


Sebelum Tidur | end Season 1 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang