Setelah akhirnya Zakka menenangkan dirinya, dan berhasil menerima fakta Varuna adalah seorang wanita. Diluar perkiraan BMKG, Zakka memperlakukan Varuna seperti layaknya seorang wanita. Itu cukup mengejutkan Varuna, yang hidupnya selama ini diperlakukan sebagai seorang pria. Entah kenapa, dirinya tidak menyesal menerima ajakan Zakka.
Saat ini mereka berdua sedang berjalan menuju sel penjaranya Varuna, cukup disayangkan sel penjaranya lumayan mewah. Zakka menghela nafas kecewa, sungguh sangat memperlakukan seorang wanita. Varuna bangga akan hal itu.
"Setelah aku memukul sedikit, aku mendapatkan fasilitas yang cukup nyaman," ucapnya, berjalan masuk dan mengambil barang-barang yang diperlukan.
Zakka melihat-lihat sekitar ruangan, "yahh, melihat sifatmu itu. Bisa dipastikan di hari pertama kau sudah menghajar mereka." Saat melihat-lihat sekitar, Zakka menemukan sesuatu hal yang menarik. Ia dengan cepat mengambil dan mengantonginya ke dalam saku. Curiga sebenarnya Zakka bukan seorang saint, melainkan maling.
Setelah selesai mempersiapkan barang apa saja yang akan dibawa. Mereka berdua berjalan dengan santai menuju pintu keluar penjara, meskipun banyak aksi protes dari para tahanan dan juga petugas penjara. Zakka menyadari satu hal. Varuna sedari tadi menggesekkan kakinya, dan terkadang berhenti untuk menyentuh dinding. Seperti sedang merecanakan sesuatu.
Mereka akhirnya keluar dengan sangat lancar, sangat berbeda saat Zakka mencoba masuk secara resmi ke dalam penjara ini. Harus mengurus surat-surat izin, inikah yang disebut dengan kekuatan kekerasan? Zakka melirik ke arah Varuna yang terus bergumam tentang suatu mantra, Zakka tidak terlalu tahu banyak tentang mantra karena itu sangat terlarang untuk agamanya.
Saat mereka sudah cukup jauh dari tempat penjara, Varuna berhenti dan menatap Zakka. "Apakah sudah lebih dari 5 kilometer?" Tanyanya, dan Zakka menjawab, "kupikir sudah."
Zakka menatap Varuna, "ada apa?"
Varuna tersenyum, "apa kau suka pertunjukan kembang api?"
Zakka menaikkan alisnya, dan seketika ia baru menyadari. "Tunggu! Jangan bilang-"
Varuna menjentikkan jarinya, dan dari arah belakang mereka berdua. Terjadi ledakkan luar biasa di tempat penjara tadi. Zakka yang melihat itu langsung tidak bisa berkata-kata, 'tahu gitu tadi aku lebih banyak ambil apelnya.' Sungguh tidak berakhlak.
"Dengan begini, orang-orang akan mengira aku telah mati. Tetapi bisa saja mereka akan mengejar kembali." Ucapnya, Varuna menatap Zakka, "bagaimana pertunjukan kembang apinya? Kupikir ledakan itu cukup memuaskan."
Zakka diam tidak menjawab, tetapi didalam hatinya sudah bilang, 'sinting'.
Mereka berdua memandangi ledakan itu, yang sudah dipastikan tidak ada yang selamat. Zakka baru kepikiran akan suatu hal, "jadi kau membuat skenario untuk mengelabuhi mereka, seakan-akan kau mati. Kupikir si kaisar b2 itu tidak akan percaya kematianmu."
Varuna menganggukkan kepalanya, "karena itulah aku sudah menyiapkan pengganti, dan sekarang aku membutuhkan sebuah nama baru. Memanggil nama Varuna sama saja mengudang bencana."
"kalau begitu namamu siapa sekarang?"
Varuna menatap ke atas langit, tetapi tidak jadi karena matanya terbakar duluan akan sinar matahari. "Refka... Panggil dengan nama itu sekarang."
Zakka mengangguk. "Baiklah, Refka. Sekarang mari kita pergi ke tempat rekan baru kita."
Refka memiringkan kepalanya, "loh, sudah ada anggota lain?"
Zakka menggelengkan kepalanya, "belum."
"Lah, terus."
"Calon."
Refka speechless, inikah yang disebut dengan wacana. Zakka mengeluarkan kompas dari balik sakunya. Melihat arah tujuan yang akan mereka datangi, "Kita akan pergi ke wilayah Rouhedt."
Refka mengerutkan alisnya, "Rouhedt? Bukankah tempat itu sekarang menjadi lokasinya naga laut berada?" Tunggu dulu, Refka merasakan feeling yang tidak enak.
"Jangan bilang rekan baru yang kau katakan adalah naga laut itu?"
Zakka menggelengkan kepalanya, dan membuat Refka sedikit lega. "Bukan naga, tapi pemilik naga laut. Penguasaan lautan."
Okey sekarang, entah kenapa untuk kali ini Refka merasa keputusannya salah.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Tidur | end Season 1 |
UmorismoIni bukan cerita horor, cuma cerita comedy biasa. Tidak ada yang spesial, selain abang tukang bakso yang suka menyamar menjadi intel. Heran kadang, tiap bahas politik atau nyinggung pemerintah, selalu tukang bakso yang kena. Kesian abang tukang baks...