73 || Karena Postingan Jeffry

117 10 3
                                    


"Abang yakin benar di sini alamatnya?" tanya Jessica, menatap sekeliling dari dalam mobil.

"Dari alamat yang dikirim sama teteh sih, benar di sini, Mih. Seharusnya itu rumahnya." Seungwoo menunjuk rumah berpagar putih yang berjarak sekitar satu meter dari posisi mobilnya saat ini.

"Mamih mau abang masuk aja biar bisa memastikan itu rumahnya Hangyul apa bukan?"

Seungwoo baru akan meraih gagang pintu mobil di sampingnya sebelum Jessica lebih dulu menahannya. "Ya jangan dong! Kan kita kesini nggak bilang-bilang, Abang. Nanti kasihan, adek bisa malu di depan orang tuanya Hangyul kalau kita jemput dia sampai bawa sekeluarga."

Seungwoo terkikik melihat kepanikan ibunya. "Ya kan tinggal bilang aja, Mih, kalau kita mampir kesini karena lokasi pemotretan Mamih ada di dekat sini," ucap Seungwoo memberikan alasan yang masuk akal.

Memang benar mereka hanya mampir untuk memantau keadaan karena Jessica takut suaminya bersikap aneh-aneh hanya karena terpancing emosi dengan postingan Chaeyeon dan Hangyul pelukan tadi pagi.

Jessica menggeleng tidak setuju. "Enggak, enggak. Udah, kita tunggu di sini aja. Paling sebentar lagi papih sama teteh juga sampai."

Dan benar saja, pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang baru saja dibicarakan benar-benar muncul.

Mobil milik Donghae terparkir tepat di depan rumah orang tua Hangyul.

Donghae turun dari mobil dengan pakaian yang sama persis seperti foto yang dikirim oleh Yena dua jam lalu.

Jessica lalu bergerak panik saat Donghae mengalihkan pandangan ke arah di mana mobil Seungwoo berada. "Eh eh, Abang sembunyi! Sembunyi, Bang!" serunya, sembari sebelah tangan menenggelamkan kepala Seungwoo agar tidak terlihat oleh ayahnya sendiri.

Seungwoo menghela napas berat melihat tingkah laku ibunya, meskipun terkesan aneh, Seungwoo tetap menurutinya. "Mih, kita udah kayak mata-mata aja pakai sembunyi segala," komentar Seungwoo, sambil memutar bola mata jengah.

"Ya kan mamih nggak bilang papih kamu kalau kita juga ikut nyusulin kesini, makanya papih jangan sampai tahu. Nanti mamih bisa kena marah papih tahu!" timpal Jessica, dengan ekspresi wajah kesal.

Di lain sisi ...

Yena sedang berusaha menurunkan beberapa kantong berisi makanan yang dibeli oleh papihnya dari restoran tadi. Katanya tidak enak kalau bertamu dengan tangan kosong, jadinya semua jenis makanan diborong sama Donghae.

Harap wajar, maklum Bapak Donghae uangnya banyak. Jadi hanya sebatas makanan itu masalah kecil.

"Teteh ngapain? Sini biar papih yang bawa, jangan teteh!" Donghae mengambil alih beberapa kantong yang sudah berada di tangan Yena, membuat sang empunya melempar protes.

"Ya ampun, Pih. Itu bawaan dalam mobil juga masih banyak, jadi untuk ini biar teteh aja yang bawa," balas Yena tidak melepaskan bawaan di tangannya begitu saja.

Donghae menaikkan sebelah alisnya, kemudian kembali berkata, "Hey, no no! Teteh lupa sama prinsip papih? Bagi papih, wanita itu harus selalu dimuliakan, jadi nggak ada ya namanya, wanita bawa barang begini. Enggak kalau masih ada papih."

Mendecak kesal, Yena terpaksa melepaskan bawaan di tangannya. "Ya memuliakan boleh, tapi enggak segitunya juga kali, Pih. Kan itu cuma makanan, enggak berat juga."

"Treat woman like a princess, remember? Jadi kalau teteh lagi jalan sama papih, harus ikuti prinsip papih."

Sebenarnya Yena ingin sekali mendebat papihnya, tetapi dia tidak akan menang kalau melawan Donghae. Papihnya itu kalau sudah memiliki prinsip, tidak ada siapapun yang bisa membantah, termasuk mamihnya sendiri.

Mamihnya aja nggak bisa, nah apalagi Yena? Bisa apa dia? Bisanya ya cuma nurut.

"Teteh tutup bagasinya ya!" Donghae sedikit meninggikan nada suaranya karena posisinya sudah mendekati gerbang rumah orang tua Hangyul.




***




"Yeri, tunggu!" Yohan berusaha keras menyusul Yeri yang berjalan cepat keluar dari fakultas bisnis.

Rencananya siang ini mereka mau mabar di basecamp, alias rumahnya Mark yang tidak berpenghuni, karena kedua orang tuanya pulang hanya setahun sekali, sementara Mark juga anak tunggal. Paling di rumahnya cuma ada bibi sama tukang kebun.

Jadi, wajar kalau Mark sering membawa teman-temannya ke rumah sampai dijadikan basecamp anak line 99.

Yeri terkejut melihat Yohan yang saat ini berdiri tepat di depannya dengan posisi membungkuk. Napasnya tersengal-sengal habis berlari. "Lo ngapain di sini, Yo?"

Setelah berhasil mengatur napas, Yohan baru menjawab pertanyaan Yeri. "Gue anterin lo, ya? Lo mau kemana? Pulang?"

"Gue mau ..." Yeri terpaksa menghentikan perkataannya karena Yohan tiba-tiba saja mengeluarkan jaket dari tasnya, kemudian memberikannya kepada Yeri.

"Nih pakai! Mataharinya lagi terik, kan lo paling nggak suka kalau tangan atau kaki lo jadi belang kayak Zebra, hitam putih."

Yeri melongo melihat perlakuan Yohan terhadapnya saat ini. Pria itu seperti sengaja memaksanya mengikuti semua keinginannya tanpa bertanya dulu.

"Nggak perlu, Yo. Gue bisa pergi sendiri. Lagipula, kalau lo anterin gue, Hyewon ke basecamp sama siapa? Mending lo balik dan mabar sama anak-anak," ucap Yeri, mengembalikan jaket di tangannya kepada pemiliknya.

"Hyewon ke basecamp sama Sihyeon. Nanti habis nganterin lo, gue bisa balik buat nganterin Hyewon pulang. Dan juga, gue nggak akan tenang kalau biarin lo pulang sendirian. Jadi, please Yer, jangan nolak tawaran gue ya?" Yohan berbicara menggunakan wajah memelas, jadi Yeri tidak tega jika harus menolaknya.

Akhirnya, dia memilih untuk menerima tawaran Yohan.




***




Kedatangan Donghae dan Yena di rumah orang tua angkat Hangyul disambut dengan hangat. Terlebih Donghae ternyata memiliki hubungan kerjasama dengan Lee Jong-suk, ayah angkat Hangyul.

"Waktu saya tahu kalau ternyata Chaeyeon itu putri bungsunya Bang Donghae, saya kaget. Nggak nyangka kalau yang selama ini Abang ceritain itu Chaeyeon," ucap Jong-suk memulai pembicaraan.

Saat ini mereka sedang berada di ruang tamu, Jong-suk, Donghae, Yena dan juga Wooseok yang datang terlebih dahulu, menunggu Chaeyeon yang masih mengemasi barangnya di kamar untuk pulang.

"Saya juga sama. Nggak sangka kalau putra yang kamu maksud itu Hangyul. Dunia memang sesempit itu ya?"

Suasana menjadi agak canggung karena Donghae pernah secara tidak sengaja menceritakan kekhawatirannya kepada Jong-suk tentang putri bungsunya yang sudah memiliki pacar. Kalau tahu Hangyul adalah putra angkat yang dimaksud oleh Jong-suk, tidak mungkin dia bercerita seperti itu sebelumnya.

"Papih?"

Pembicaraan keduanya terhenti saat Chaeyeon hadir di tengah-tengah mereka dengan menenteng koper di tangan kanannya.

"Halo, Princess-nya Papih!" Donghae segera bangkit dari posisinya, menghampiri Chaeyeon kemudian memeluknya. Sudah rindu dia, tidak bertemu putri bungsu kesayangannya hampir tiga hari.

"Kok Papih sama teteh ikut kesini? Adek pikir cuma Aa' doang yang jemput." Chaeyeon masih dalam mode terkaget-kaget melihat ketiga anggota keluarganya datang ke Tangerang untuk menjemputnya.

"Biasalah, Dek. Mungkin Papih panik ngelihat postingan Twitter-nya Bang Jeff tadi pagi, makanya sampai culik teteh juga kesini, katanya sih ngajak jalan berdua, tapi jauh banget sampai ke Tangerang." Yena tidak sadar dengan tatapan tajam yang dilempar oleh papihnya sampai Wooseok menyenggol lengan Yena dengan sengaja.

"Kenapa sih A' nyenggol-nyenggol?" tanya Yena dengan ekspresi kesal. Lah, belum peka juga dia.

Lalu Wooseok memberi kode pada Yena untuk mengalihkan pandangan pada Donghae yang mengeluarkan ekspresi seperti singa kelaparan. Siap untuk menerka mangsanya.

Baru menyadari kode dari Wooseok, Yena buru-buru meralat perkataannya. "Hmm ... Itu maksud teteh tuh, Papih -"

"Wah, saya jadi nggak enak kalau begini. Jadi, Om Donghae jauh-jauh datang kesini karena postingan saya ya? Tapi tenang, Om, kemarin kita pergi ramai-ramai kok. Dan sejauh yang saya pantau, kemarin mereka hanya pelukan sebentar, enggak lama dan nggak melakukan skinship lebih dari itu. Jadi, aman, Om."

"Jeff!" Rose turun tangan untuk menegur Jeffry karena menurutnya itu tidak sopan.

"Maaf, ya Om, sikap Jeffry barusan sangat tidak sopan," ucap Rose, sedikit menundukkan kepala untuk meminta maaf. Sementara Jeffry yang berdiri di sebelahnya masih memasang wajah polos tidak berdosa.

Sebenarnya Jeffry sendiri bingung, di mana letak kesalahannya? 

Sebenarnya Jeffry sendiri bingung, di mana letak kesalahannya? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAMILY SERIES || Keluarga LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang