110 || Yohan, Pria Gentleman.

73 13 0
                                    


"Selama ini gue nggak pernah percaya rumor yang beredar tentang lo sama Yeri, sebelum melihat adegan barusan dengan mata kepala gue sendiri," sarkas seseorang.

"Mark?" Yohan menyebut nama pria yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Dia datang hanya sendiri, tidak bersama Jihoon ataupun Lucas. Padahal biasanya mereka selalu bersama sampai mendapat julukan trio kwek-kwek kampus.


Sementara Hangyul dan Yohan yang selalu berdua juga mendapat julukan homosapiens.

Mark berjalan mendekati Yohan dan juga Yeri, lalu tanpa aba-aba melayangkan sebuah pukulan di wajah Yohan sampai Yeri kelepasan berteriak, "MARK, ASTAGA!"

"LO APA-APAAN SIH?!" Yeri berdiri tepat di depan Yohan untuk menghalangi Mark bertindak lebih jauh lagi. Sementara Yohan hanya mengusap sudut bibirnya yang terluka, berusaha keras menahan diri agar tidak terpancing emosi.

Hangyul dan Woojin yang mendengar teriakan Yeri pun segera menghampiri mereka. "Ada apa nih?" tanya Hangyul. Jarak keduanya tadi cukup jauh, sehingga tidak terlihat jelas apa yang dilakukan oleh Mark sebelumnya.

"Tanya tuh sama temen lo! Kenapa dia tiba-tiba mukul Yohan, belajar jadi preman apa?!" sentak Yeri, menunjuk Mark dengan ekspresi wajah berapi-api.

Yeri lalu membalik badan menghadap Yohan dan bertanya untuk memastikan keadaannya. "Yo, lo nggak papa? Sudut bibir lo luka. Sebentar, biar gue cariin obat di —"

Sebelum Yeri sempat beranjak, Yohan lebih dulu mencekal tangan Yeri. "Nggak perlu, gue nggak papa kok. Ini cuma luka kecil."

"Tapi, itu kalau nggak diobati bisa —" Sekali lagi perkataan Yeri terhenti karena gelengan kepala Yohan.

Setelah itu, Yohan melangkah untuk pergi dari tempat itu. Namun Mark tidak dengan mudah membiarkannya. "Mau kemana lo pecundang?! Masalah lo sama gue belum selesai!" ujarnya.

Hangyul menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Mark agar tidak mendekati Yohan. Dia tidak ingin teman-temannya bertengkar hanya karena masalah perempuan.

"Percuma gue ngomong sama orang yang lagi emosi. Dan sorry, gue punya urusan yang lebih penting daripada harus bertengkar sama teman sendiri," balas Yohan.

Mark mendengkus saat mendengar Yohan menyebut dirinya sebagai teman. "Maksudnya teman makan teman?" tanyanya diselingi nada menghina di akhir.

Yohan mendesah pelan. Semakin lama perkataan Mark benar-benar melewati batas. "Jangan bilang, ini masalah postingan Yeri beberapa hari lalu? Memang apa salahnya kalau gue jalan berdua sama dia? Dia bukan pacar lo 'kan?"

"Yohan." Hangyul sengaja memberi peringatan karena perkataan Yohan sebelumnya justru memperkeruh masalah.

"Ck. Lo lihat sendiri 'kan sekarang, dia ngaku kalau lagi deketin Yeri!" Mark semakin terpancing emosi.

Hangyul menggelengkan kepala heran melihat cara Yohan menghadapi Mark.

Padahal biasanya Yohan selalu menjadi penengah kalau geng gaspol lagi bertengkar, dia juga yang paling tenang dan santai di antara teman lainnya selain Jihoon. Keduanya sama sekali tidak pernah mengedepankan emosi.

"Lo tuh kenapa sih, Mark? Memang ada yang salah kalau gue dekat sama Yohan? Kita semua berteman, 'kan? Jadi, apa salahnya kalau dekat?" tanya Yeri, dia sendiri merasa tidak terima jika Mark mengatur hidupnya, dengan siapa dia boleh dekat atau tidak.

"Ya, tapi gue tetap nggak suka!" sentak Mark, berteriak di depan Yeri.

"Memang apa hak lo ngatur-ngatur hidup gue?! Ingat, Mark! Hubungan kita sudah lama berakhir sejak lulus SMA. Sekarang kita cuma teman, jadi lo nggak berhak ngatur gue mau dekat atau berteman sama siapapun!" tegas Yeri.

FAMILY SERIES || Keluarga LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang