Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa
Thank you^^
•
•
•
•Sunyi dan hampa. Dua kata itu yang menggambarkan suasana kamar Cinta siang ini. Jika kebanyakan orang seumurnya sedang sibuk berkutat dengan tugas perkuliahan, berbeda dengan dia yang tidak ada kegiatan selain membantu ibu atau melakukan hobinya.
Tirai jendela Cinta bergerak seirama dengan semilir angin yang masuk ke dalam kamar. Gadis itu berbaring di atas ranjang dengan posisi tengkurap menghadap ke arah jendela. Sesekali dia menyelipkan anak rambutnya yang tertiup angin ke belakang telinga.
Kamar yang sunyi itu hanya diisi oleh suara napas Cinta yang beraturan, juga suara goresan pensilnya di atas kertas sketsa. Gadis itu tengah fokus menggambar sesuatu. Buku-buku jarinya bahkan menghitam karena membuat efek bayangan pada sketsa yang dia gambar.
Proses menggambarnya yang memakan waktu nyaris tiga jam itu sudah tujuh puluh persen. Tak butuh sampai satu jam, pasti gambarannya sudah selesai. Tapi suara ibu yang berteriak, memanggil dari lantai bawah memecahkan fokus gadis itu. Lantas dia dengan segera melepaskan pensilnya, kemudian menutup buku sketsa tersebut.
"Cinta!"
"Iya, Bu! Sebentar!"
"Cinta! Sini dulu!"
Cinta terburu-buru menuruni anak tangga. Bahkan gadis itu tak ingat lagi untuk menutup pintu kamarnya. Suara ibu yang memanggil terdengar semakin tidak sabaran.
"Ya, Bu?" Cinta mendapati ibunya yang sedang berada di dapur.
Wanita paruh baya itu sepertinya baru saja selesai memasak. Terlihat dari beberapa hidangan dengan kepulan asap yang menguap, tersusun rapi di atas meja. Cinta bahkan juga melihat satu piring berisikan nasi, sayur, dan juga ikan serta tempe goreng sebagai lauk. Seperti sudah tersentuh, namun belum habis.
"Kamu lagi nggak ngapa-ngapain, kan?" tanya ibu.
Cinta sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Biasanya ibu akan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu jika sudah bertanya seperti itu. Cinta ingin menjawab dia sedang sibuk menggambar, tapi pasti ibu tidak akan peduli. Jadi dia lebih memilih untuk berdusta.
"Iya. Kenapa, Bu?"
"Tolong kamu beli ayam goreng di tempatnya Bu Nita. Jangan yang di sebelahnya, ayamnya nggak enak."
"Oke ...."
Ibu kemudian menyodorkan tiga lembar gumpalan uang berwarna ungu ke arah Cinta. Tangan gadis itu bisa merasakan sedikit basah pada uang kertas yang ia terima. "Aku beli berapa potong?"
"Tiga aja. Uang Ibu cuma ada tiga puluh ribu. Seratus ribu yang di dalam dompet buat beli keperluan bahan kue. Kamu beli yang paha dua, sisanya terserah aja mau yang mana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa
FanfictionSatu judul berisikan kisah cinta yang tidak pernah mati menjadi legenda. Meski kini telah habis ditelan masa. ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~• ©JiHanraaa2023 Published on 110723 Jangan lupa follow sebelum membaca ( .◜◡◝ )