01 : Benci Didominasi Cinta

1.4K 139 4
                                    

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^


••••Selamat Membaca!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Selamat Membaca!!!



Ini masih jam sepuluh pagi. Seingat Cinta, dia baru mandi sejam yang lalu setelah selesai membersihkan dapur dan halaman rumah. Tapi sekarang tubuhnya sudah berkeringat saja.

Sebenarnya berjalan kaki dengan jarak kurang lebih lima belas menit dari rumah tidak terlalu membuat Cinta lelah. Dia biasa melakukan ini untuk membeli bahan-bahan roti yang diminta oleh ibu. Mungkin bedanya hari ini cuaca sedikit lebih terik daripada kemarin-kemarin.

Toko kue Pak Ahmad adalah tempat andalannya. Karena hanya di tempat Pak Ahmad, Cinta bisa mendapat bahan-bahan dengan lengkap dan juga harga yang murah. Jadi dia tidak akan terkena omelan ibu karena pulang tidak membawa bahan sesuai pesanan, ataupun karena harga yang terlalu mahal.

Cinta masih berjalan lurus, di sebelah kiri jalanan. Sesekali melihat ke arah sekitarannya. Memperhatikan beberapa motor yang berlalu lalang dengan pengendara mengenakan almamater berwarna merah.

Oh, kalau tidak salah almameter merah yang dikenakan oleh mahasiswa tadi adalah pakaian yang berasal dari universitas paling terkenal di kotanya. Cinta ingat, dulu ketika duduk di kelas dua belas, semua teman-temannya berlomba-lomba untuk belajar agar bisa diterima di universitas tersebut.

Universitas itu juga yang selalu diceritakan dan didamba-dambakan oleh Wulan, adiknya. Ibu bahkan sudah menabung sejak Wulan masih kelas tiga SMP, agar adiknya itu bisa berkuliah di sana.

Omong-omong sebentar lagi Wulan akan mengikuti tes untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Dia sudah mendaftar sejak awal dan mendapatkan gelombang pertama. Yang membuat Cinta kesal adalah dia sama sekali tidak pernah melihat Wulan belajar, kecuali tunggu ditegur. Itu pun sambil mencercahi Cinta karena anak itu tidak terima ditegur olehnya.

Berbeda dengan Cinta. Dulu gadis itu sama sekali tidak pernah kepikiran untuk kuliah. Selain mengingat kondisi finansial keluarganya yang tidak memungkinkan untuk dirinya berkuliah, ibu juga tidak pernah membicarakan akan memasukkan Cinta ke universitas.

Padahal dulu Cinta masuk ke dalam kategori siswa eligible di sekolahnya. Banyak sekali guru yang menyayangkan kenapa Cinta tidak mendaftar untuk kuliah. Jika masalah tidak mampu membayar pun, mereka bilang akan membantu agar Cinta bisa mendapatkan beasiswa.

Tapi lagi-lagi kata ibu kuliah itu tidak terlalu penting. Cinta lebih baik membantu ibunya untuk mencari uang. Kata ibu jika uangnya sudah terkumpul banyak, Cinta juga yang akan mendapatkan untung.

Sebenarnya Cinta tidak ingin membicarakan ini. Uang yang dia dapat dari hasil membantu jualan roti dan kue sering kali terpakai. Entah karena memberi Wulan jajan, ataupun ibu yang meminjam untuk menutupi tabungan kuliah Wulan, yang sempat terpakai karena keadaan mendesak.

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang