30 : Sang Sayap Pelindungku Telah Terbang

204 23 23
                                    

Masih ada satu chapter lagi ternyata.

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^

••••Selamat Membaca!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Selamat Membaca!!!





Belajar dari kisahnya dengan Wulan, Cinta semakin memandang permasalahan apa pun dalam sudut pandang positif. Tidak peduli meski kelihatannya sangat tidak masuk akal, Cinta selalu percaya ujung dari setiap kehidupan adalah kebaikan. Sesuai kata pepatah. Apa yang kita tanam, itu lah yang kita tuai. Itu memang nyata adanya.

Seperti sekarang contohnya. Cinta berusaha untuk tidak lagi mengeluarkan air mata untuk bersedih melihat kondisi Alam. Dari pada terus berlarut, gadis itu memilih untuk memperbanyak doa kepada Tuhan.

Saat ini gadis itu sedang duduk di kursi, persis di sebelah kasur Alam. Lelaki itu dipindahkan ke ruang rawat inap setelah sempat dirawat di IGD. Cinta yang tahu benar dengan kondisi lelaki itu. Karena hanya Cinta yang berada di sana ketika dokter atau pun suster keluar-masuk memeriksa Alam.

Di hari-hari pertama, Alam masih bisa berkomunikasi dan makan meski pun tidak banyak. Tapi akhir-akhir ini, Alam agak kesulitan untuk melakukannya. Dokter pun belum ada memberikan penjelasan apa-apa kecuali mengingatkan Cinta untuk memberikan obat dengan dosis dan waktu yang tepat.

Dari fisiknya, kondisi Alam memburuk. Lelaki itu semakin ringkih sehingga membuat postur badannya yang biasa terlihat kokoh tidak lagi sama. Tulang pipinya terlihat lebih menonjol dengan cekungan di bawah mata yang entah sejak kapan semakin tampak. Perut Alam yang membengkak membuat Cinta tidak tega membayangkan bagaimana rasa sakitnya.

Sekarang lelaki itu tengah memejamkan matanya. Cinta tidak tahu Alam sedang tertidur atau tidak. Biasanya bisa jadi Alam terpejam hanya karena lelah, bukan sedang tidur.

Cinta menguap hingga air matanya menetes. Lantas gadis itu menaruh kepalanya di atas pinggiran kasur Alam sembari melipat kedua tangannya yang menjadi bantalan. Kedua mata gadis itu tampak sayu karena kurang tidur.

Bagaimana bisa dia tidur pulas, sementara orang terkasihnya sedang berjuang di kasur rumah sakit? Maka dari itu dia berusaha untuk terjaga. Agar jika sewaktu-waktu Alam butuh, Cinta bisa bertindak cepat.

"Al. Lo nggak mau cepetan sembuh? Lo nggak bosen tidur di sini terus?" Cinta bergumam. Sejujurnya dia separuh sadar separuh tidak karena mengantuk berat.

"Gue kangen ke perpus sama lo. Gue juga kangen ke Kafeceria buat minum Nana buatan lo. Kapan kita ke sana lagi?" Terdengar helaan napas samar yang keluar dari bibir gadis itu.

Kedua mata gadis itu mulai terasa panas. Tapi seperti janjinya, dia tidak ingin cengeng.

"Lo nggak mau makan seblak bareng gue lagi? Nanti lo dicariin, loh, sama Pak Amir. Gue kangen juga denger lo nyanyi bareng Ucup. Gue kangen ngeliat bintang di jembatan bareng lo." Cinta meneguk salivanya sebelum melanjutkan kalimat berikutnya. Tanpa sengaja, setitik air matanya menetes. "Gue kangen lo, Alam," gumamnya dengan suara bergetar.

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang