27 : Kilas Balik

133 16 6
                                    

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^

••••Selamat Membaca!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Selamat Membaca!!!




Jam berbentuk prisma yang mengantung manis pada dinding menunjukkan pukul 06.55. Suara dentingan alat memasak di dapur terdengar semakin berisik. Seorang wanita dengan apron yang melilit di perutnya terlihat begitu sibuk. Rambutnya yang dikuncir kuda terlihat sedikit berantakan dan berkeringat di bagian poni.

Aneh rasanya. Padahal wanita itu sudah menyiapkan bahan lebih cepat. Tapi ujung-ujungnya dia tetap saja terlambat menyiapkan makan malam. Selain terlambat membuat sarapan, mama paling takut jika dia terlambat membuat makan malam. Alasannya bukan karena dirinya yang memiliki penyakit mag akut. Tapi karena dia takut anak semata wayangnya tidak menerima asupan gizi tepat waktu. Percuma jika makanannya sehat, tapi pola makannya tidak teratur. Akan berakhir seperti dirinya yang terkena mag.

Setelah mencicipi masakan yang baru saja selesai, mama mengangguk kecil tanda rasanya sudah pas. Kemudian dia menghidangkannya di atas meja menggunakan mangkuk berukuran sedang. Ayam madu, makanan kesukaan anaknya. Ditambah tumisan sayur sebagai pelengkap. Tak lupa buah pisang yang sudah dipotong-potong di atas piring kecil.

Beberapa detik setelah mama menaruh nasi di atas piring, sosok putranya datang dari arah utara.

"Lapaaaar ...." keluh Alam yang kala itu masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Mama tersenyum melihat Alam yang masih menggunakan sarung selepas salat Magrib. Hanya saja sarung itu kini sudah terlepas dan disampirkannya di bahu. Anaknya itu baru saja kembali dari masjid.

"Makan dulu sini. Nasinya udah Mama siapin," titah mama sembari menarikkan kursi untuk Alam.

Dengan senang Alam menuruti perintah mamanya. Matanya sudah berbinar saja menatap makanan favoritnya terhidang di atas meja. Kepulan asap dengan aroma semerbak itu menguar ke dalam indra penciumannya. Membuat Alam meneguk ludah meski belum mencicipinya langsung.

"Woah ... makasih Ma," ucapnya yang langsung duduk di kursi. Tidak lupa dia mengecup singkat pipi sang mama.

Mama sedikit menjauh ketika anak lelakinya tiba-tiba menyosor. "Jangan cium-cium, Mama bau asap."

Alam mengernyitkan dahi karena sedikit kontra. "Mama lebay, ah. Wajar, lah, bau asap. Kan habis masak."

Sekalipun bau amis sekalipun, Alam akan terus mencium mamanya sampai wanita itu marah. Lelaki itu tertawa sendiri membayangkannya. Mamanya sedikit langka. Di saat teman-teman lelaki seumurannya malu menunjukkan kasih sayang kepada ibunya, mama malah gengsi menerima itu dari Alam.

"Ngetawain apa, deh?" tanya mama tampaknya sedikit tersinggung.

Alam menggeleng sembari tersenyum tengil. Mengabaikan mama kemudian dengan khidmat menyantap ayam madu terlezat di dunia itu.

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang