17 : Afeksi yang Semu

171 24 10
                                    

Malam semuaa. Gimana kabarnya?
Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^


••••Selamat Membaca!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Selamat Membaca!!!


Hari ini benar-benar terasa melelahkan. Kegiatan mereka benar-benar baru selesai sekitar jam sembilan malam. Kaki Cinta penat setengah mati, tapi hatinya merasa senang. Karena dia tidak pernah merasakan bahagia seperti saat dikelilingi orang-orang yang menghargainya. Alam sangat beruntung memiliki teman layaknya Markus.

Seharusnya saat ini Cinta sudah berada di rumah, sesuai dengan ucapan Alam yang hendak langsung mengantarnya pulang setelah selesai. Tapi nyatanya gadis itu masih berada di luar, menikmati udara dingin malam setelah berpanas-panasan seharian. Mereka sempat singgah ke minimarket sebelum pada akhirnya Alam membawanya ke tempat pertama kali mereka bertemu. Jembatan itu lagi.

Cinta merasa deja vu saat diam-diam menatap Alam dari samping. Lelaki itu kembali menjadi patung. Hanya suara napas dan tegukan soda di tenggorokannya yang sesekali terdengar oleh Cinta persis seperti malami itu.

Sebenarnya Cinta bisa saja bertanya mengapa dia tidak langsung mengatarnya pulang saja. Kenapa mereka harus singgah? Sementara Cinta bisa menyadari raut wajah kelelahan dari lelaki itu. Tapi jika seperti ini kondisinya, insting Cinta mengatakan lebih baik dia diam dulu sampai Alam sendiri yang mengajaknya berbicara.

Cinta sendiri tidak merasa keberatan, meski harus pulang larut sekali pun. Selama lelaki yang berada di sampingnya adalah Alam Putra semesta, Cinta akan merasa aman. Alam sehebat itu membuat seseorang merasa nyaman dengan keberadaannya meski dilanda oleh keheningan.

Cinta menggigit ujung es krim cokelat yang dibelikan Alam untuknya. Kemudian dia menatap bekas gigitan itu. Sepertinya Alam bisa menyimpan rekaman memorinya dengan baik. Cinta kira percakapan mereka saat itu hanya akan menjadi angin lalu yang tidak begitu penting. Nyatanya pria itu ingat Cinta suka es krim.

"Lo udah ngantuk?" tanya Alam tanpa menatap ke arahnya.

Lega. Itu yang Cinta rasakan saat mendengar suara Alam kembali. Cinta yang sedang meletakkan kedua tangannya di atas pembatas jembatan hanya menggeleng jujur. "Lo nggak capek?" Gadis itu bertanya balik.

"Capek. Tapi gue masih belum mau pulang. Maaf ya gue suka bawa lo ke sini."

Cinta hanya tersenyum tipis. "Nggak masalah. Di sini lebih baik," ucap Cinta dengan nada memelan di akhir kalimat. Karena jika di rumah, gadis itu hanya merasa sepi.

"Omong-omong gue jadi nggak enak sama Markus. Coba aja gue tau satu hari sebelum dia ulang tahun, pasti gue masih ada waktu buat nyiapin kado," ucap Cinta yang agak kepikiran sampai sekarang karena tidak memberi Markus apa pun.

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang