16 : Angin Lalu di Antara Gumpalan Awan

174 27 14
                                    

Udah berganti tahun aja nih :). Semoga MASA cepat tamat ya.

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^


••••Selamat Membaca!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Selamat Membaca!!!


Suara jarum jam yang berdetak mengisi kekosongan di sebuah kamar minimalis. Kamar bernuansa putih gading itu terlihat sederhana namun apik karena penghuninya yang selalu menjaga kebersihan. Terdapat lemari pakaian dua pintu di sudut ruangan. Beserta meja belajar dengan tumpukan buku yang terbuka di atasnya.

Di atas single bed terdapat seorang lelaki yang tampak terbaring letih, menutup kedua matanya dengan lengan kiri. Dua jam yang lalu Alam baru saja tertidur pulas tanpa sengaja setelah berniat untuk berbaring sebentar. Dia mencoba untuk menulis meski alur yang dibuat belum begitu matang. Syukurnya dia berhasil menyelesaikan dua bab dalam semalam.

Napas Alam terdengar bersamaan dengan dadanya yang naik turun beraturan. Sampai lima menit kemudian, kedua mata lelaki itu bergerak cepat di balik kelopaknya yang tertutup. Embusan napasnya berubah sedikit tak beraturan. Alam gelisah di dalam tidurnya yang sempat nyenyak.

Bulir-bulir peluh mulai muncul, membasahi dahi dan juga lehernya. Bunyi napas Alam berganti menjadi isakkan tanpa suara. Sampai akhirnya setitik air mengalir bebas dari sudut mata Alam yang tertutup. Meninggalkan beberapa titik jejak di atas sarung bantalnya.

Tubuh Alam tersentak kaget bersamaan dengan kedua matanya yang terbelalak lebar. Suara nada dering ponsel berhasil menarik nyawa Alam keluar dari alam mimpi. Entah apa yang lelaki itu mimpikan, yang pasti dia bangun dengan perasaan tidak keruan.

Menarik napas sedalam mungkin, Alam berusaha menetralkan detakan jantungnya yang berpacu cepat. Tangan lelaki itu terulur, meraih ponsel di dekat bantal yang terus berdering tak sabaran.

"Halo?" panggilnya dengan suara parau.

"GOOD MORNING BROTHAH!"

Alam spontan menyipitkan kedua mata saat suara lelaki di seberang sana menusuk gendang telinganya.

"Lo nggak lupa kan ini hari apa?"

Dahi Alam mengerut dalam. Berusaha mengorek memori setelah mendengar pertanyaan Markus barusan. Apa? Memangnya ini hari apa sampai-sampai Markus meneleponnya pagi-pagi begini?

"Minggu?" balas Alam dengan nada kebingungan.

"HOW DARE YOU FORGET ABOUT MY BORN DAY?!" Markus berteriak marah. Membuat ponsel di genggaman Alam sedikit bergetar.

Alam spontan menjauhkan ponselnya dari daun telinga. Sepasang bola matanya melebar setelah mengecek tanggal. "Damn," rutuknya pelan. Bagaimana bisa dia lupa dengan hari spesial sahabatnya?

MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang