Part 12

105 39 8
                                    

Hari ini terlihat begitu melelahkan, adanya kuis harian yang diadakan secara mendadak serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru yang sangat banyak dan susah membuat otak Nesya terasa pusing 7 keliling.

Nesya merebahkan tubuhnya di ranjang setelah selesai mengganti pakaian. Diambilnya sebuah headphone dan menempelkannya di kedua telinganya. Tak lupa, dirinya menyetel lagu-lagu kesukaannya.

Gadis itu memejamkan matanya, menikmati alunan musik yang terputar indah di indera pendengarannya. Bayangan akan dirinya yang mulai dekat dengan cowok yang pernah jadi korbannya, terputar di kepalanya.

Yup, semenjak hari di mana Nesya meminta maaf, hubungan keduanya semakin dekat jika di luar sekolah. Jika berada di lingkungan sekolah, Rasen selalu berpesan padanya untuk tidak menghampirinya agar Nesya tidak terkena imbasnya. Meskipun, di lubuk hati Nesya ingin sekali menghampiri dan membantu cowok itu ketika sedang ditindas oleh siswa-siswi di sekolah.

"Rasen lagi apa ya sekarang?" Gumamnya bertanya-tanya.

Lalu, sedetik kemudian ...

"Aishhh .... Kenapa jadi mikirin dia sih? Sadar, Nesya, sadar." Ujarnya sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tuh cowok pake pelet kali ya? Soalnya mukanya muncul terus di kepala gue, batin Nesya menjerit.

"Nggak bisa nih kayak gini terus, gue harus temuin dia buat minta pertanggung jawaban," gumamnya yang langsung melihat jam yanh ada di ponsel. "Waktu itu, di jam segini dia lagi ada di taman kanak-kanak, oke mending gue kesana aja langsung." Lanjutnya yang langsung mengambil jaket pink kebanggaannya dan kunci mobil.


*****

"Ini kita ngapain ke taman kanak-kanak sih Dir?" Tanya cowok berjaket merah.

"Tau nih, mana jalannya ngendep-ngendep kayak mau maling," sambung cowok dengan rambut fringe crop.

Dirga mendengus sebal, "Bisa nggak usah berisik? Udah ikutin aja gue!"

Dirga, dan kedua temannya—Biru dan Reno saat ini berada di taman kanak-kanak. Mereka bertiga berjalan dengan mengendap-ngendap, layaknya seorang maling yang takut ketauan. Entahlah apa tujuan mereka datang ke sana, yang pasti, akan berbuat ulah.

Dirga menepuk pundak kedua temannya. "Lo liat tuh, si miskin lagi jadi badut." Ucapnya sembari menunjuk ke arah cowok dengan seragam badut Doraemon. "Nah, kita harus buat pelajaran sama dia," lanjutnya sembari menatap tajam badut itu.

Reno melongo, "Emang beneran dia?"

"Iya, bisa aja salah, Dir. Di foto kemaren tuh sih Rasen pake seragam badut Mickey Mouse bukan Doraemon," sahut Biru yang merasa tidak yakin bahwa badut itu merupakan targetnya saat ini.

Dirga berdecak, "Nggak mungkin salah gue, itu pasti dia. Menurut info yang gue dapat, yang jadi badut di taman ini cuma si miskin doang."

"Terus kita harus ngapain dia?" Tanya Biru.

"Nggak mungkin kan kita pukulin dia di tempat publik kayak gini? Yang ada kita yang kena gebuk sama warga," timpal Reno.

"Culik aja."

Reno dan Biru saling tatap, sebenarnya ada masalah apa temannya ini dengan Rasen? Pikir mereka berdua.

Reno menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menatap heran ke arah temannya itu. "Sebenarnya ada masalah apa sih lo sama tuh cowok? Kan bisa lakuinnya di sekolah, nggak akan kenapa-kenapa juga kitanya."

Rasendra; i love you, but.. [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang