Part 3

229 86 27
                                    

Happy Reading!






Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid yang berada di sekolah berhamburan keluar kelas. Ada yang melanjutkan aktivitas di sekolah dan ada juga yang langsung menuju ke rumah.

Sore ini terasa sangat mendung, awan-awan yang tadinya cerah kian menggelap. Kepadatan lalu lintas pun mulai terlihat. Anak sekolah maupun para pekerja yang telah selesai melakukan aktivitasnya mulai memadati jalanan Ibu Kota.

Manusia lain di sore hari akan pulang setelah melakukan aktivitasnya, berbeda dengan Rasen. Setiap sore setelah selesai sekolah, Rasen langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap sore Rasen akan bekerja menjadi badut untuk menghibur anak-anak yang berada di taman baca. Tidak hanya menjadi badut, Rasen juga menyediakan beberapa alat melukis dan menggambar untuk anak-anak yang ingin belajar. Uang yang di dapat memang tidak banyak, sekitar 10.000 - 35.000. Namun, cukup untuk makan sehari-hari.

Lalu, setelah menjadi badut di sore hari, Rasen melanjutkan pekerjaan part-time nya menjadi seorang pelayan di Cafe Andromeda. Dirinya bekerja dari pukul 20.00 - 00.00 WIB. Namun, Rasen hanya bekerja 3 hari dalam seminggu, atau bisa lebih jika dibutuhkan tenaga extra jika Cafe sedang ramai.

Bahkan setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan pulang ke rumah, dirinya pun tidak bisa langsung istirahat. Rasen harus mengerjakan semua PR nya yang ada di sekolah, lalu setelah itu Rasen juga harus belajar agar beasiswanya tidak di cabut nantinya.

Tok
Tok
Tok

"Abang ..." Lirih Aluna yang berada di depan kamar Rasen.

Rasen yang mendengar lantas membuka pintu kamarnya. "Astaghfirullah, dek muka kamu pucet banget." Ucap Rasen sembari menuntun Aluna untuk duduk di ranjangnya.

Aluna tidak menjawab, namun tangannya terangkat menepuk-nepuk perutnya. "Ssshh, sakit kakk perut aku," ucapnya dengan suara yang lirih.

"Kamu belum makan, dek?"

Aluna mengangguk pelan. "Tadi aku udah masak, cuma udah habis di makan Zean dan Dean. Mereka tadi lahap banget makannya, jadi punyaku, aku kasih mereka."

"Yaallah dek, lain kali jangan gitu. Kalian semua udah punya jatah makannya masing-masing. Ingat, kamu punya gerd, pola makan kamu harus di jaga."

Aluna menundukkan kepalanya. "Maaf, bang."

Rasen beranjak dari duduknya dan mengambil kantong kresek yang berisikan nasi goreng yang sempat Rasen beli sebelum kembali ke rumah.

"Kamu makan punya abang aja, tadi abang sempat beli nasi goreng."

Aluna menggeleng, "Nanti abang gimana?"

"Abang belum lapar, Lun. Makanya dari tadi abang belum makan nasi gorengnya, karena masih kenyang. Nih, kamu makan ya." ucapnya sembari membuka satu bungkus nasi goreng.

Aluna pun segera memakan nasi goreng yang di beli oleh Rasen. Memakannya dengan lahap. Bayangkan saja, sejak siang Aluna belum makan karena tadi malam jatah makannya Aluna berikan kepada adik kembarnya.

Rasen mengelus rambut Luna dengan lembut. Rasen tersenyum kala melihat sang adik makan dengan lahap. Namun, tiba-tiba Rasen teringat akan sesuatu. "Kamu udah nggak pernah kambuh lagi, kan?"

"Nggak pernah kok, bang."

"Maaf ya, Lun. Abang belum bisa bawa kamu berobat. Tapi, abang lagi berusaha ngumpulin uang buat berobat kamu, sabar, ya."

Rasendra; i love you, but.. [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang