Part 2

314 94 35
                                    

"Manusia tidak pernah puas, selalu merasa dirinya lebih tinggi dari mereka yang tidak punya apa-apa."

*
*
*
*
*

Siang ini, hujan jatuh membasahi bumi, membiarkan derasnya mengguyur beberapa tempat yang ada di bumi. Ketika hujan turun, ada sebagian manusia yang merasa kecewa, marah ataupun kesal karena aktivitasnya menjadi terhambat. Namun, ada sebagian manusia yang menganggap hujan merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada umat-Nya.

Bagi sebagian manusia, hujan dianggap sebagai salah satu bentuk pengungkapan rindu terbaik kepada mereka yang telah usai di bumi. Hujan adalah teman terbaik yang mengerti tentang segala kerinduan yang ada di hati manusia. Hujan merupakan teman yang mengerti tentang diri kita, karena hujan dengan senang hati menyamarkan air mata yang turun dengan derasnya air yang mengalir.

Saat hujan turun, banyak manusia yang menyuarakan isi hatinya. Menyuarakan isi hati yang sudah lama di pendam tanpa sanggup bercerita. Dengan bercerita pada hujan, tidak akan ada yang berani menghujat, berkomentar ataupun hal lainnya karena hujan hanya mampu menjadi pendengar.

Tapi, bukan kah itu yang dibutuhkan oleh manusia saat diselimuti masalah?

Terkadang, manusia hanya ingin didengar oleh lingkungan sekitar tanpa adanya komentar dari orang lain. Namun, hanya sedikit orang yang mau mendengar tanpa berkomentar. Maka dari itu, hujan menjadi teman bagi mereka yang hanya ingin didengar.

Seperti halnya dengan Rasen. Saat hujan turun membasahi bumi, Rasen selalu tersenyum hangat menatap langit yang kian mengabu. Memori indahnya saat kecil, ketika Ibu dan Ayah nya masih ada, terputar rapih di kepalanya.

Saat berumur 8 tahun, anak-anak seusia Rasen di hari libur memilih untuk berlibur ke pantai, luar negeri, luar kota ataupun kerumah saudara. Berbeda halnya dengan Rasen yang hidup sangat sederhana. Hiburannya saat itu hanyalah bermain hujan dengan keluarganya. Meskipun terkadang dilarang oleh orang tuanya, namun Rasen tetap kekeuh ingin bermain hujan, walaupun berakhir dengan badan yang mengigil serta kompresan air yang hinggap di keningnya.

Rasen menelungkupkan kepalanya di atas meja—menatap ke arah jendela kelas. Dirinya tersenyum saat membayangkan betapa bahagianya dulu saat bersama Ibu dan Ayahnya. Dulu, Rasen sangat menyukai hujan, karena hujan memberikan kebebasan tersendiri baginya. Namun saat ini, hujan turun dengan membasuh semua rasa sakit yang ada. Rasa sakit kehilangan orang yang di sayanginya. Rasa sakit karena harus hidup di bumi lebih lama, tanpa Ibu dan Ayah di dalamnya.

*Brukkk

Suara dorongan yang kencang datang dari arah pintu kelas X IPA 2. Rasen yang sedang menelungkupkan kepalanya di mejanya tersentak kaget dan langsung mengangkat kepalanya menatap kearah pintu. Namun, bukan hanya Rasen yang kaget, tetapi murid yang berada di kelas pun juga ikut kaget ketika melihat kedatangan kakak kelasnya itu.

"Lo yang namanya Rasen?" tanyanya sembari mengangkat kepala dengan angkuh.

Rasen hanya mengernyit tak paham dengan kedatangan perempuan itu. Perempuan yang dia temui di taman sekolah. Tapi tunggu, kenapa perempuan yang ada di hadapannya ini tau namanya? Pikirnya. Padahal, Rasen merupakan murid baru di sekolah ini, namun kenapa banyak sekali kakak kelas yang seolah tau namanya.

Merasa diabaikan, perempuan itu segera menyentak pundak Rasen dengan kencang. "Bisu lo, hah? Dasar cupu."

Sejak pagi, Rasen memikirkan berbagai jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalanya. Dimulai dari Alex yang mengatainya cupu, bisikan yang didengarnya saat di koridor sekolah dan sekarang perempuan di hadapannya juga mengatakan dirinya cupu.

Rasendra; i love you, but.. [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang