Part 11

121 49 40
                                    

Rasen mendudukan dirinya di bangku teras rumahnya dengan memegang tas dan beberapa potongan yang telah terpisah dari tas itu. Menatap lamat-lamat tas itu, ada rasa sakit yang menjalajar diseluruh tubuhnya—terutama hatinya. Terpaksa, dirinya harus menggunakan tas lain besok dan menyimpan tas yang penuh dengan kenangan itu.

Pak, ini hadiah terakhir dari bapak, tapi Rasen nggak bisa menjaganya dengan baik.

Pak, apa salah Rasen kalau kita hidup serba kekurangan?

Apa salah Rasen juga karena mendapatkan beasiswa di sekolah favorite?

Kenapa mereka begitu jahat, pak? Ingin rasanya Rasen membalas semua perbuatannya, tapi nggak bisa. Rasen selalu ingat pesan bapak untuk tidak membalas perbuatan jahat.

Tapi, Rasen juga takut, pak. Takut kalau adik-adik mendapatkan hal yang sama—bahkan lebih parah dari yang aku alami. Dean dan Zean juga sudah merasakan pahitnya dihina oleh mereka yang memiliki segalanya. Sakit hati Rasen, pak, ketika adikku mengadu akan hal itu.

Pak, seandainya bapak masih ada, Rasen ingin sekali memeluk dan menumpahkan segala beban dihati.

Bu, hati Rasen nyeri saat Aluna bilang ingin kerja—membantu Rasen mencari uang. Hati Rasen sakit saat melihat penyakit Aluna kambuh, tapi nggak bisa beli obat karena nggak ada uang.

Pak, bu, Rasen merasa gagal menjadi seorang kakak untuk Dean, Zean, dan juga Aluna. Rasen nggak bisa memenuhi kebutuhan Aluna layaknya teman sebayanya. Rasen juga nggak bisa membelikan barang-barang yang diingankan kedua adik kembar Rasen.

Pak, bu, Rasen tau, terkadang Zean juga ingin memiliki teman bermain selain Dean. Tapi, Zean menutupi hal itu, dibandingkan dirinya memaksa bermain tapi hanya dijadikan bahan ledekan teman-temannya. Rasen juga tau, seberapa terlukanya Zean—meski Zean tidak pernah mengatakannya. Zean menyimpan lukanya sendiri, Rasen gagal, pak, bu.

Maaf, Rasen gagal menjadi abang yang baik untuk mereka.

Berbagai untaian kata terucap dalam hati Rasen. Rasanya benar-benar menyesakkan hatinya, kala mengingat berbagai kenangan buruk ia dan adik-adiknya yang mendapatkan perlakuan tidak baik.

Padahal, bukan salah dirinya jika ia terlahir dalam kondisi ekonomi yang susah.

Tas itu sudah rusak, sulit untuk diperbaiki.

Begitupun dengan mentalnya yang sudah dirusak oleh setan yang menjelma menjadi manusia. Manusia-manusia biadab yang hanya mementingkan kesenangan dan egoisnya, tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Tring

Sebuah notifikasi muncul dari ponsel miliknya, menampilkan sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.

Rasen mengernyit kala mendapatkan pesan seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasen mengernyit kala mendapatkan pesan seperti itu. Siapa yang mengiriminya pesan di tengah malam seperti ini? Batinnya bertanya-tanya.

Rasendra; i love you, but.. [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang