Juwita termenung masih menatap kedepan dengan pandangan kosong, Gandy meringis semakin merasa bersalah mendekati Juwita yang duduk di sofa, "maaf", lirih Gandy menunduk membuat gadis itu tersadar, Rahul dan Yuni hanya diam membiarkan, Juwita tersenyum tipis mengusap rambut Gandy, "makasih sudah membiayai rumah sakit, sampaikan terima kasih juga dengan orang tua lo yang sudah membiayai terapi gue selama ini", ujarnya tersenyum namun sialnya air mata itu tetap keluar tanpa di minta.
Gandy menegakan tubuh mengusap pipi Juwita menghapus air mata itu, "maki gue Ta, pukul gue, hukum gue sekarang, karena gue lo selama ini hidup dalam penderitaan ketidak tahuan atas apa yang terjadi sampai lo harus berdiam di rumah, maaf juga gue terlalu pengecut untuk mendatangi lo setelah keluar dari rumah sakit, bukan hanya karena gue tidak tahu alamat rumah lo tapi karena gue terlalu takut bertemu sama lo, sampai akhirnya gue melihat lo di sekolah untuk pertama kali setelah kejadian itu", ujarnya.
Juwita menggelengkan kepala, "mama sama ayah sudah memaafkan, jadi berhenti menyalahkan diri sendiri, pulang ke rumah, berhenti menyakiti diri lo sendiri, cukup selama ini lo hidup dalam penderitaan rasa bersalah, gue masih di sini, bisa selamat, tidak ada yang perlu di sesali lagi", ujarnya.
Yuni dan Rahul saling pandang menatap haru kearah anak semata wayangnya yang punya jiwa luar biasa, Gandy termenung menatap lekat manik mata Juwita, terharu melihat kesunggukan di mata itu, tidak ada rasa benci yang ada hanya tatapan tulus kearahnya, "jadi itu alasan lo ke sekolah menggunakan bus, lo takut menggunakan kendaraan sendiri ?", tanya Juwita.
Gandy menganggukan kepala, "gue terlalu takut melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, sampai akhirnya gue memilih menggunakan bus kesekolah, menggunakan grab kemana pun gue pergi", ujarnya jujur, Juwita meringis, memikirkan penderitaan cowok itu selama ini.
"Kenapa motor kamu waktu itu remnya tidak berfungsi juga menurut polisi kerusahkan pada motor kamu sebelum di gunakan begitu fatal ? polisi juga mengatakan harusnya motor kamu itu tidak bisa lagi di gunakan", tanya Rahul mengingat sesuatu.
Gandy menoleh menggelengkan kepala, "saya juga tidak tahu om sebelumnya kami mengadakan acara dengan teman-teman saya, motor saya masih bagus dan sama sekali tidak mengalami kerusakan, tapi setelah pulang dari tempat berkumpul barulah motor itu mengalami kerusakan, kecepatannya juga terlihat aneh tanpa di gas motor itu tetap melaju dengan kecepatan di atas rata-rata", jelasnya.
Semuanya diam merasa janggal mendengar penjelasan cowok itu, "sudah lah, semuanya sudah berlalu, kita makan dulu, Gandy kamu makan di sini ya, kalau bisa nanti kamu pulang ke rumah jangan tinggal di apartemen lagi, berhenti menyakiti diri kamu sendiri, juga membuat orang tua kamu cemas, Juwita sudah memaafkan kamu dan mengingat kejadian itu", ujar Yuni begitu lembut.
Gandy menganggukan kepala melirik kearah Juwita yang terlihat masih melamun, cowok itu meringis, rasa bersalah masih ada di dalam hati cowok itu.
***
"Nathaaaaannnnn oooo Nathaaaannn", teriakan Kayla menggelegar mendengus perlahan membuka pintu kamar yang tidak terkunci gadis itu menyelonong masuk kedalam, terpukau begitu saja baru kali ini melihat langsung kamar sepupunya itu, Kayla berjalan mendekati meja belajar tertegun menatap foto yang terbingkai indah, di sana foto Nathan, Gandy, Azri, Barra, juga Daffa namun bukan itu yang menjadi fokus Kayla tapi ada Laila di tengah-tengah kelima cowok itu saling merangkul menggunakan seragam SMP yang sama.
"Ngapain lo ?", tanya Nathan mengagetkan Kayla.
"Mama nyuruh gue bawa makanan ke rumah, orang tua lo belum pulang ?", tanyanya tidak membahas soal foto di sana.
"Hm, lusa baru pulang", ujarnya membuat Kayla berbinar, "minta oleh-oleh ya yang banyak, gue mau bagi sama Juwita", ujarnya senang, Nathan menyeritkan dahi menatap wajah sepupunya itu.
"Tumben lo bisa dekat dengan orang lain, biasanya semua menghindar, apa Juwita belum tahu keluarga lo siapa sampai gadis itu tetap bertahan jadi teman lo ? Gue dengar Laila dulu menghindar setelah tahu bokap lo di tuduh korupsi", ujarnya, Kayla terdiam tertohok apa itu alasan Laila menghindarinya waktu itu ?, apa Juwita juga sama dengan Laila ?
Nathan meringis menyadari perkataannya yang sudah keterlaluan mendekati gadis itu mengusap rambutnya lembut.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Class
HorrorJuwita Liliana, gadis berparas cantik, cerdas, kemampuan aneh yang dia miliki mengharuskan dia homeschooling, namun setelah satu tahun terakhir akhirnya gadis itu kini berani mengambil keputusan kembali bersekolah di tempat umum, tepat kelas dua sem...