Juwita Liliana, gadis berparas cantik, cerdas, kemampuan aneh yang dia miliki mengharuskan dia homeschooling, namun setelah satu tahun terakhir akhirnya gadis itu kini berani mengambil keputusan kembali bersekolah di tempat umum, tepat kelas dua sem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juwita menguap menutup buku menatap jam dinding menunjukan pukul 10.12 malam, gadis itu naik ke atas tempat tidur berbaring, terlalu capek gadis itu langsung terlelap.
Mimpi Juwita.
"Tolonggg"
Juwita menoleh merasa familiar dengan tempat gadis itu, Juwita membelalak menyadari jika dia tengah berada di halaman rumah Laila, gadis itu mengedarkan pandangan mencari sumber suara meminta pertolongan, mata Juwita terpaku pada sosok di dalam kamar tepat di lantai dua menatap dari jendela.
"Tolong nak, keluarkan tante dari sini, tante tersiksa", mohon sosok itu.
"Auuuhhhh", jerit Juwita terhempas jauh dari pintu, gadis itu meringis kembali mencoba namun tubuhnya kembali terhempas sampai mengenai pagar rumah, Juwita meringis menatap nanar kearah tante Rianti yang hanya bisa menangis pilu di dalam sana.
"Nak datanglah, temukan tante", lirihnya memohon.
Juwita menyeritkan dahi menatap lengannya yang membiru terkena pagar, gadis itu kembali berdiri, mengelilingi rumah, mencoba mendekati pintu dapur tepat di belakang rumah.
Ceklek
Pintu terbuka perlahan, Juwita membelalak, menutup mulut tidak percaya genangan darah begitu banyak, bau amis begitu terasa, suara tangisan terdengar lebih jelas, Juwita melangkah mencoba masuk kedalam.
Brakkk
Bughh
"Auuhhh"
Juwita kembali terhempas keluar dari rumah, pintu dapur tertutup tiba-tiba menimbulkan suara berdentum begitu keras.
Brakkkk
"Tolong nak, temukan tante, di sini tante tersiksa nak, tubuh tante sakit hik".
"Tente, tahan Juwita akan berusaha mengeluarkan tante dari sana", ujar Juwita kembali berdiri hendak mendekati pintu namun cahaya putih tiba-tiba muncul membuat Juwita menutup mata menggunakan telapak tangan.
"Huuuhhhh", Juwita terbangun dengar keringat dingin membasahi tubuh, meringis membelalak melihat lengannya yang membiru, "kenapa mimpi itu terasa begitu nyata ? Gue harus ke rumah tante Rianti besok pulang sekolah mencari tahu", gumamnya meraih gelas berisi air meneguk sampai habis.
Besoknya Juwita berangkat begitu pagi ke sekolah bahkan Gandy belum ada di bus saat gadis itu sudah berangkat, Gandy merasa Juwita menghindarinya setelah tahu kenyataan yang ada, sampai di sekolah Juwita masuk kedalam kelas, sosok Laila berdiri di belakang kelas masih sama dengan penampakan sebelumnya
Juwita menghembuskan nafas duduk di bangku, kelas masih terlihat sepi hanya beberapa murid yang baru datang, Juwita meletakan tas di dalam laci tersentak menyadari sesuatu di dalam laci, gadis itu menunduk menatap menyeritkan dahi melihat ponsel di sana, penasaran Juwita mengambil menyalakan betrei ponsel masih ada 75%, mata Juwita membelalak setelah membuka kunci yang ternyata tidak mempunyai sandi menatap wallpaper di sana foto Vivi.
"Ta"
Juwita tersentak menatap linglung kearah Kayla yang tiba-tiba duduk di kursi, "Ta,ini kan ponsel Vivi", ujarnya mengidik ngeri ketakutan, "kenapa bisa ada sama lo ?", tanyanya berbisik agar tidak ada satu pun yang mendengar kecuali mereka berdua.
"Gue nemu di dalam laci, gue tidak tahu kenapa bisa ada di dalam", ujarnya sama bingungnya dengan Kayla, "jangan-jangan Vivi gentaya ___", ujarnya tidak sanggup melanjutkan merapat kearah Juwita merinding.
"Pagi anak-anak"
Keduanya tersentak kompak menoleh kedepan menatap pak Ilham masuk dengan senyuman ramah seperti biasa, Juwita menoleh kearah pintu di sana Vivi muncul dengan kondisi berlumuran darah, Juwita sekuat tenaga menekan rasa takut, Kayla benar Vivi telah gentayangan ?.
Setelah jam istirahat tiba Juwita dan Kayla keluar dari kelas menuju kantin sampai di sana keduanya terhenti di ambang pintu melihat kegaduhan di kantin tepat di tengah terlihat Daffa berkelahi dengan Barra.
"Gue bilang berhenti", tekan Nathan yang sama sekali tidak di hiraukan kedua cowok itu.
Gandy hanya diam tidak peduli sama sekali tatapan cowok itu tertuju pada Juwita yang terlihat bingung campur pemasaran dengan apa yang terjadi di kantin, "Nat pisahin, lo ketua osis kan sahabat Barra, Az, lo juga", celetuk salah satu cowok merasa terganggu.
Nathan dan Azri menghembuskan nafas menarik kedua cowok itu berpisah, "lepasin gue Nat, cowok brengsek seperti dia harus di kasi pelajaran", ujar Barra memberontak, "ccuuuiiihhh lepasin gue", ujar Daffa melepaskan pegangan Azri menatap tajam kearah mereka bergantian beberapa saat seringai muncul di wajah cowok itu.
"Bukannya gue benar ya, Laila pelacur itu pindah sekolah karena telah di gilir manusia biadap seperti kalian", ujar Daffa menggelegar di kantin, bisikan mulai terdengar, Juwita dan Kayla menutup mulut.
Sreek
Bughhh
Bughhh
Semua terperanjat melihat Gandy tiba-tiba menarik kerah baju Daffa memberi bogeman keras di wajah cowok itu, terlihat jelas kilatan amarah dari cowok itu, "gue terima lo ngatain gue brengsek, tapi gue tidak terima jika lo menghina Laila", ujarnya menendang perut Daffa sampai menubruk meja kantin.
Tentu Gandy menjadi buah bibir, cowok yang terkenal tidak pedulian turun tangan, Juwita tertegun menatap cowok itu, hatinya terasa di remas.