27. 👻

11.5K 742 6
                                    

Gandy terisak pelan di depan ruangan operasi menatap tangan yang penuh dengan darah Juwita, dada cowok itu sesak, wajah pucat Juwita terngiang di pikirannya, tubuh Gandy bergetar melihat para suster yang ada di dalam ruangan operasi sudah berapa k...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gandy terisak pelan di depan ruangan operasi menatap tangan yang penuh dengan darah Juwita, dada cowok itu sesak, wajah pucat Juwita terngiang di pikirannya, tubuh Gandy bergetar melihat para suster yang ada di dalam ruangan operasi sudah berapa kali keluar mengambil stok darah, cowok itu bahkan belum mengabari kedua orang tua Juwita, Gandy terlalu takut sekarang memikirkan kemungkinan terburuk yang akan menimpa gadis di dalam sana, perasaan bersalah menyeruak di dalam hati cowok itu.

Di bangunan tua itu tidak kalah kacau, tubuh Nathan tiba-tiba terhempas menjauh mengenai dinding mengakibatkan goresan tepat di leher Kayla, Daffa berlari membuka ikatan gadis itu mengeluarkan sapu tangan menahan pendarahan di leher Kayla, Daffa meringis melihat tatapan gadis itu yang telihat kosong ke depan terlalu kaget dengan kejahatan Nathan.

"Lepasin gue anjing, gue tidak salah, yang salah itu Gandy karena dia gue sampai begini", berontak Nathan mencoba melepas cengkraman dua polisi, Kayla tiba-tiba berdiri dengan tatapan kosong mendekati Nathan, wajah gadis itu terlihat datar tidak menghiraukan darah yang menetes dari goresan di leher gadis itu.

PLAAAKKKK

Tamparan keras terdengar, para polisi sampai meringis, "lo gila Nat, kehidupan gue hancur karena lo, Nat, lo hanya kurang bersyukur dengan apa yang lo punya, lo lebih unggul di bandingkan Gandy hanya saja lo memilih fokus dengan kemampuan Gandy, gue mohon terima hukuman atas apa yang lo lakukan pada gue, bukan hanya gue tapi mama, anak kita,Vivi dan Nita, berubah jadi Nathan yang kami kenal dulu, bukan Nathan yang sekarang".

Bughhh

Tubuh Kayla jatuh pingsan, Daffa mendekat mengangkat tubuh gadis itu membawa keluar dari bangunan tua, Nathan terdiam pasrah di seret para polisi, tertegun dengan apa yang Kayla katakan tadi, lebih tepatnya Laila yang merasuki tubuh Kayla, di rumah Laila para polisi sudah berhasil, di sana ada dua karung berisi tulang belulang di tanam tepat di bawah tehel lebar yang beda sendiri.

Azri dan Barra yang menerima kabar bergegas menuju rumah sakit benar-benar tidak menyangka dengan apa yang Nathan lakukan, cowok yang menjadi panutan mereka malah melakukan hal sekeji itu.

"GANDY"

Cowok itu menoleh linglung menatap Azri dan Barra mendekat panik melihat tubuh cowok itu penuh darah, "kalian tahu dari mana ?", tanya Gandy dengan suara serak, "Daffa, dia menuju ke sini dengan Kayla untuk mendapatkan perawatan", balas Barra.

"Gan"

"Nathan___", suara Gandy tercekat, hatinya tiba-tiba sakit mengingat wajah Nathan cowok yang paling dekat dengan dia dari dulu bahkan sebelum bertemu dengan yang lain

Azri menepuk pundak cowok itu, paham apa yang Gandy rasakan, ketiganya kembali terdiam menatap pintu ruangan operasi beberapa menit Daffa dan Kayla datang dengan perban di leher gadis itu, wajah Kayla benar-benar sembab menangis bahkan sampai sekarang air mata gadis itu sesekali masih keluar.

Ruangan operasi terbuka, kompak mereka mendekat dengan wajah cemas, dokter meringis melihat Gandy yang belum membersihkan tubuhnya, "alhamdulillah operasi berjalan lancar hanya saja teman kalian dalam keadaan kritis sekarang, kalau bisa hubungi keluarga pasien untuk datang ke sini, saya belum bisa memastikan kapan teman kalian akan sadar, banyak berdoa untuk teman kalian", ujar dokter.

Kayla kembali terisak menatap Juwita yang di bawa keluar untuk di pindahkan, Gandy meringis memegang dada yang terasa benar-benar sakit sekarang, Daffa menghubungi keluarga Juwita memberi kabar tentang kondisi anak mereka.


Dialam bawah sadar Juwita.

"Hahahaaaa"

Tawa bahagia terdengar membuat Juwita membuka mata tersenyum lembut mencari sumber suara, taman yang begitu indah menyejukan hati gadis itu, alis terangkat tinggi melihat tidak jauh darinya, seorang perempuan cantik mengenakan dress putih tengah bermain dengan seorang anak kecil yang terlihat begitu tampan, mirip dengan Nathan.

"Laila"

Juwita menoleh menatap seorang wanita mendekati Laila mencium pipi anak kecil itu penuh kasih sayang, senyuman lebar terlukis indah di wajah Juwita sekarang tidak ada lagi raut kesakitan di wajah Laila dan juga tante Rianti yang ada wajah kebahagiaan.

Juwita terkejut melihat ketiganya menoleh kompak.

"Makasih Juwita, semoga lo bisa bahagia dengan dia", ujar Laila menggenggam tangan mungil anak kecil itu.

"Makasih nak, tante nitip pesan untuk Nathan", ujar tante Rianti mendekat membisikan sesuatu pada Juwita.

Gadis itu menganggukan kepala menatap nanar, perlahan ketiga sosok itu menghilang dari pandangan Juwita, kembali tersentak dengan kemunculan Vivi dan Nita yang terlihat tersenyum melambaikan tangan sebelum menghilang.

"Selamat jalan", gumam Juwita lirih.

Juwita yang masih terbaring di brangkas rumah sakit mengeluarkan cairan bening tepat di sela-sela mata, gadis itu menangis bahagia sekarang, tidak menyadari tangisan pilu dari Yuni dan Rahul menangisi kondisi anak mereka

•••

Ghost Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang