21. 👻

11.3K 732 2
                                    

Tepat pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul 06.35 malam terlihat Juwita keluar dari kamar menggunakan jaket pamit pada Rahul dan Yuni, setelah itu gadis itu keluar rumah berlari kecil menuju taman dekat rumah, wajahnya terlihat pucat begitu cemas, sampai di taman Juwita mengatur nafas menatap punggung Gandy yang tengah duduk di kursi panjang dengan pakaian terlihat basah, Juwita melepas jaket untung gadis itu menggunakan baju kaos panjang yang cukup tebal.

"Lo gila Gan",ujar Juwita menutupi tubuh Gandy dengan jaket miliknya, cowok itu menatap nanar kearah Juwita berdiri lemas menubruk tubuh gadis itu memeluk begitu erat tidak peduli dengan tubuhnya yang masih basah.

"Ta"

"Gan, lo kenapa ?", tanyanya lembut mengusap punggung cowok itu.

Gandy mengigit bibir bawah meringis pelan, "hati gue sakit Ta, sangat, orang yang membuat gue trauma, tidur tidak pernah nyenyak karena kejadian itu selalu muncul di dalam mimpi adalah orang terdekat gue sendiri", lirihnya penuh kesakitan, Juwita melepas pelukan menatap lembut kearah cowok itu menarik pergelangan tangan Gandy menuju warung yang tidak jauh dari taman.

"Pak, kopi susu dua ya, pisang goreng panasnya jangan lupa", pesan Juwita, duduk di salah satu kursi panjang yang sengaja di siapkan, "Gan", panggil Juwita membuat cowok itu menoleh.

"Lawan perasaan itu, waktunya lo bangkit, gue tahu tidak mudah melawan trauma, gue sebagai korban kejadian itu sudah sepenuhnya memaafkan lo, gunakan itu sebagai penyemangat, berhenti menyalahkan diri sendiri, gue tidak apa-apa sekarang, jika lo takut bangkit untuk diri lo sendiri, boleh gue minta bangkit demi gue sebagai korban kejadian yang membuat lo trauma", ujarnya begitu lembut membuat cowok itu tertegun.

Gandy menatap lekat Juwita tepat di manik mata mencari kebohongan disana namun yang cowok itu lihat hanya kesungguhan juga ketulusan, Juwita meraih tangan kanan Gandy mengusap pelan, "jika lo butuh orang untuk menemani melawan trauma, ada gue Gan, jangan pernah sungkan", lanjutnya.

Tubuh Gandy yang tadinya terasa dingin menghangat seketika, tekad semakin menguat di dalam hati, waktunya untuk bangkit, membahagiakan diri sendiri, cowok itu membalas genggaman Juwita mengusap lembut, "makasih Ta, maaf soal kejadian waktu itu", lirihnya.

"Iyaa, minum dulu pesananya sudah datang", ujarnya melepaskan genggaman meraih kopi susu yang baru di letakan menaruh tepat di hadapan Gandy beserta sepiring pisang goreng yang masih panas, "pake jaketnya Gan", perintah Juwita, cowok itu menganggukan kepala memakai jaket gadis itu

"Lo mau cerita ?", tanya Juwita mengambil satu pisang goreng memasukan kedalam mulut menatap Gandy.

Cowok itu menghembuskan nafas menyeruput kopi susu, "tadi di sekolah gue bertemu dengan Daffa, dia mengatakan jika salah satu di antara sahabat gue penyebab kecelakaan waktu itu, lo lihat sepatu gue, hanya kami berlima yang punya sepatu seperti itu sengaja di desain khusus untuk di gunakan setelah perpisahan di SMP dulu, dan Daffa melihat sendiri sepatu orang yang sengaja menyelakai gue, walaupun orang itu menggunakan hoody hitam", ceritanya.

Juwita mengatupkan bibir, "Ta, boleh gue tanya, soal alasan lo dua kali berkunjung ke rumah Laila ?", tanyanya.

Uhukkkk

Gandy panik melihat Juwita tersedak, cowok itu bergegas mendekati penjual mengambil aqua di sana membuka menyerahkan pada Juwita, "makasih Gan", ujar Juwita setelah meneguk minuman sampai tinggal setengah.

Juwita mengigit bibir bawah menatap ke arah Gandy, apa cowok itu bisa di percaya ? Belum sempat membuka mulut sosok Laila muncul tepat di samping Gandy terlihat menganggukan kepala seperti memberi persetujuan untuk menceritakan semuanya pada cowok itu.

"Gan, gue harap lo bisa terima ya, ini soal Laila dan alasan gue berkunjung kerumahnya", ujarnya memulai bercerita, Gandy menegakan tubuh tersenyum tipis menganggukan kepala, "gue sahabat Laila dari kecil Gan".

Dddddduuuuuuaaaaarrrr


Mata Gandy membelalak kaget, baru mulai saja cowok itu sudah kaget gimana jadinya kalau cowok itu tahu tentang Laila, "awalnya gue datang ke sana ingin memberi kejutan untuk Laila dengan keberadaan gue yang sudah bisa berinteraksi lagi seperti dulu, namun yang gue dapatkan, rumah itu kosong, tidak mungkin tante Rianti pergi dari rumah peninggalan suaminya, gue sangat tahu bagaimana kekehnya tante Rianti mempertahankan rumah itu", lanjutnya memulai bercerita.

Gandy tetap diam menatap lekat wajah Juwita menikmati, mendengarkan dengan saksama.

•••

Ghost Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang