22. 👻

11.1K 715 7
                                    

Gandy masih diam menatap Juwita yang tengah menyeruput kopi susu menikmati setiap pergerakan gadis itu, baru kali ini Gandy begitu penasaran dengan seorang cewek, bahkan pada Laila dulu Gandy sama sekali tidak tertarik,"Gan", panggil Juwita membua...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gandy masih diam menatap Juwita yang tengah menyeruput kopi susu menikmati setiap pergerakan gadis itu, baru kali ini Gandy begitu penasaran dengan seorang cewek, bahkan pada Laila dulu Gandy sama sekali tidak tertarik,"Gan", panggil Juwita membuat cowok itu tersentak tersenyum tipis.

"Sebelum lanjut cerita tentang Laila ada hal yang harus lo tahu tentang gue, setelah lo tahu gue memberi lo kebebasan memilih untuk tetap tinggal atau menjauh", ujarnya menghembuskan nafas, Gandy meraih tangan gadis itu menggenggam memberi keyakinan, "gue Indigo lebih tepatnya gue bisa melihat mahluk tak kasat mata, karena itu gue bisa tahu jika Laila bahkan tante Rianti sudah tiada".

Deg

Jantung Gandy berdentum tidak karuan begitu syok mata cowok itu terlihat membola menggelengkan kepala, "tidak mungkin", gumamnya memucat, Juwita menatap nanar menganggap cowok itu ketakutan mengetahui kemampuannya, hati gadis itu terasa sesak seketika, "hm, maaf, lo pasti takut dengan kemampuan aneh gue, sekarang terserah lo mau menjauh atau____", gumam Juwita terhenti saat Gandy tiba-tiba menariknya kedalam pelukan.

"Gue mohon jangan minta gue untuk menjauh, gue sama sekali tidak takut dengan kemampuan lo, itu adalah karuniah yang sudah di tetapkan oleh_Nya, gue hanya syok mendengar Laila dan tante Rianti sudah tiada", ujarnya melepas pelukan menatap penuh kelembutan kearah gadis itu.

"Apa yang terjadi dengan Laila dan tante Rianti ? Kenapa tidak ada sama sekali kabar tentang kepergian keduanya, Daffa hanya mengatakan soal suara tangisan yang terdengar dari rumah Laila", lanjutnya bertanya.

Juwita menghembuskan nafas tersenyum tipis, "itu yang sekarang gue coba cari tahu Gan, Laila dan tante Rianti sama-sama gentayangan", ujarnya, Gandy menguatkan genggaman, "kita cari sama-sama, libatkan gue dalam pencarian lo", pintanya penuh harap.

Juwita menganggukan kepala, "tapi gue minta lo tidak mengatakan pada siapapun tentang apa yang gue ceritakan, hanya lo dan Kayla yang tahu", ujarnya, Gandy menganggukan kepala yakin.

Keduanya kembali menikmati hidangan di meja sampai jam 09.15 malam.

***

Suasana SMA 1 Manggala sama seperti biasa, siswa terlihat masih lalu lalang di koridor sekolah menunggu waktu masuk, bunyi motor sport terdengar membuat semua menatap ke arahnya, Nathan, Azri, dan Barra yang masih di koridor terbelalak kaget melihat Gandy turun dari motor sport itu, spontan ketiganya berlari mendekati cowok itu memeluk heboh, "Gan akhirnya", teriak Barra penuh haru.

Gandy meringis, meskipun hati masih terasa sakit tapi cowok itu tetap bertingkah seperti biasa menyambut penuh haru, "yoiii, waktunya gue bangkit demi korban gue waktu itu", ujarnya membuat mereka berhenti menyeritkan dahi, "siapa ?", kompak ketiganya.

"Gue"

Semua menoleh membelalak menatap Juwita dan Kayla yang berdiri tidak jauh dari mereka, "HAH", kompak mereka bahkan Kayla ikut terperanjat, Gandy terkekeh menggelengkan kepala melihat ekspresi kocak dari yang lain.

"Tunggu, maksud lo yang lo tabrak waktu itu adalah Juwita ?", tanya Azri mencoba memperjelas, Gandy menganggukan kepala.

"Anj_ ternyata dunia sesempit ini, Ta maafin sobat gue ya, dia sama sekali tidak sengaja waktu itu", ujar Barra.

Juwita tersenyum menganggukan kepala, "yaudah yuk, masuk", ajak Nathan membuat mereka berjalan beriringan di koridor menuju kelas masing-masing, Daffa yang melihat dari jauh tersenyum tipis tatapan cowok itu tertuju pada punggung Gandy dan juga Juwita.

"Makasih Ta, karena lo, Gandy bisa melawan rasa takutnya", gumamnya.

Sosok Laila muncul tepat di samping Daffa menatap tajam, mencoba mendekati cowok itu.

"Daffa tolong".

Deg

Jantung Daffa berdetak kencang menoleh kesana kemari mencari sumber suara, cowok itu menepuk pipi keras, "ausshh gue tidak halusinasi, itu benar-benar suara familiar", gumamnya mengidik ngeri, "sekolah ini benar-benar horor", lanjutnya berlari kecil menuju kelas, Laila yang tadi menghilang setelah berbisik kembali muncul menatap nanar penuh kesakitan.

"Hiks"

Tangis Laila meraung, Juwita yang sudah sampai di kelas tertegun masih bisa mendengar suara tangisan Laila yang begitu memilukan, kepalan tangan Juwita menguat, tatapan menajam, sudah tidak kuat menahan diri mendengar suara yang semakin hari semakin memilukan itu.

•••

Ghost Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang