Juwita masuk kedalam rumah dengan senyuman mengembang, mendekati Yuni yang terlihat menulis di catatan kecil, "maaaa Juwita pulang", sapa Juwita mengecup pipi mengagetkan Yuni, "kamu itu bikin kaget saja, sana ganti seragam, mama mau minta tolong belikan kebutuhan untuk membuat kue, bahan-bahan di dapur sudah habis", ujarnya membuat Juwita menganggukan kepala bergegas masuk kedalam kamar.
Setelah selesai gadis itu keluar, "maaa uangnya mana, biar Juwita beli sekarang", teriaknya, Yuni keluar dari arah dapur, "makan dulu Ta", ujar Yuni menyerahkan catatan, juga beberapa lembar uang merah.
"Juwita masih kenyang maaa", ujar gadis itu bergegas keluar rumah meninggalkan Yuni yang terlihat menggelengkan kepala kembali masuk kedapur melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti.
Tok
Tok
Tok
Yuni tersentak mendengar ketukan dari arah pintu mematikan kompor berjalan kedepan membuka pintu, mata wanita itu membelalak kaget melihat cowok tampan yang kini berdiri di hadapannya, wajah yang tidak akan mungkin Yuni bisa lupakan, belum mengatakan sesuatu Rahul datang dengan motor ikut terperanjat melihat cowok di depan rumahnya.
"Kamu ngapain ke sini ?", tanya Rahul terlihat biasa, Yuni keluar berdiri di samping suaminya menatap cowok didepan dengan mata berkaca-kaca, Yuni dan Rahul membelalak kaget melihat cowok itu tiba-tiba bersimpuh di hadapan dengan isakan yang mulai terdengar.
"Maaf hiks".
Yuni dan Rahul saling pandang berjongkok mengusap punggung cowok itu lembut, "heyy jangan menunduk dari awal kami sudah memaafkan, kamu tidak lari dari tanggung jawab, kamu sekuat tenaga membantu kami untuk membiayai rumah sakit, itu sudah bentuk pertanggung jawaban, berhenti menyalahkan diri sendiri Gandy, itu murni kecelakaan", ujar Rahul begitu lembut.
Cowok itu menggelengkan kepala menatap penuh kesakitan, "maaf, maaf, saya benar-benar tidak sengaja waktu itu, rem motor saya sama sekali tidak berfungsi sampai tidak sengaja menabrak Juwita, maaf karena kesalahan saya Juwita menderita", ujarnya masih bersimpuh.
Rahul menarik lengan cowok itu membawa kedalam dekapan mengusap punggung, "sudah Gan, itu murni kecelakaan, para polisi sudah menjelaskan semuanya, kamu juga waktu itu sudah meminta maaf secara langsung di rumah sakit, saya juga dengar kamu sampai minggat dari rumah dan tinggal di apartemen karena perasaan bersalah itu, berhenti menyalahkan diri sendiri, tanpa sepengetahuan kamu orang tua kamu menanggung biaya terapi Juwita selama ini", ujarnya.
Brrruugghhh
Semua menoleh menatap Juwita yang berdiri tidak jauh dari mereka dengan belanjaan sudah berserakan di lantai, air mata luruh membasahi pipi meringis memegang kepala yang terasa begitu sakit, "sayang", ujar Yuni panik melihat Juwita yang kini luruh kebawah menepuk kepala yang semakin sakit.
Gandy menangis melihat bagaimana sakitnya gadis itu sekarang, "sssshhhhtttt maaa sakitt", teriak Juwita masih memegang kepala sesekali menepuk dada yang terasa begitu sakit.
"Sayang, heyy jangan paksakan nak", ujar Rahul mengusap pundak Juwita, Gandy masih dalam posisi menatap penuh kesakitan kearah Juwita yang sudah terisak kesakitan.
"Aaaaaauuuuhhhhh", jerit Juwita menutup mata, perlahan kepingan-kepingan ingatan semakin jelas di pikiran.
Flashback.
"Ayaaaaahhhh mamaaaa Juwitaaaa lulus dengan nilai paling tinggi", teriak seorang gadis berhamburan kedalam pelukan orang tua di depan gerbang sekolah, membuat mereka jadi pusat perhatian
Rahul dan Yuni terkekeh mengacak rambut anaknya gemas, "sekarang kamu mau lanjut kemana ?", tanya Yuni membuat gadis itu terdiam sambil berfikir, "Juwita mau sekolah di tempat yang sama dengan Laila", ujarnya penuh semangat.
"Yaudah sekarang kita balik, hari ini kita makan siang di luar, ayah sudah mesan grap", ujar Rahul.
Beberapa menit menunggu akhirnya sebuah mobil datang, ketiganya masuk kedalam penuh kebahagiaan, "kamu tidak mengajak Laila nak ?", tanya Yuni melirik Juwita yang tengah sibuk memainkan ponsel di tangannya.
"Ini lagi chattan, katanya acara kelulusan di sekolahnya belum selesai, dan Laila juga ada acara dengan keluarga besarnya", ujar Juwita.
Mereka sudah sampai di sebuah rumah makan, "maaa minta uang 50 ribu dong, mau beli tisu anak-anak jalanan sekalian sedekah", pinta Juwita setelah turun dari mobil, Yuni terkekeh membuka dompet menyerahkan uang seratus, Juwita tersenyum begitu senang berjalan mendekati para anak jalanan membeli tisu satu bungkusan kecil menyerahkan keseluruhan uang seratus itu.
Saat berbalik Juwita tidak menyadari sebuah motor datang dengan kecepatan di atas rata-rata terlihat oleng, "AWAAASSSS MINGGIR", teriak cowok yang tengah mengendarai motor namun nas belum sempat Juwita menghindar motor itu menabrak tubuh Juwita sampai terpental, sebelum menabrak mobil cowok itu melompat dari motor membuat motor itu terhempas jauh menubruk bahu jalanan, membuat tubuh cowok itu penuh goresan, tubuh Juwita belum sampai di aspal mobil dari samping tidak sengaja menabrak membuat tubuh Juwita terpental lebih Jauh.
Cowok yang tidak sengaja menabrak tidak menghiraukan lukanya mendekati Juwita yang sudah berlumuran darah terduduk menangis mengangkat meraung meminta tolong bertepatan saat Rahul dan Yuni datang histeris melihat kondisi anaknya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Class
KorkuJuwita Liliana, gadis berparas cantik, cerdas, kemampuan aneh yang dia miliki mengharuskan dia homeschooling, namun setelah satu tahun terakhir akhirnya gadis itu kini berani mengambil keputusan kembali bersekolah di tempat umum, tepat kelas dua sem...