20. 👻

11.4K 736 4
                                    

Gandy meringis menatap penuh perhatian kearah Juwita yang sama sekali belum membuka mata, sesekali mengusap keringat dingin di wajah gadis itu menggunakan tisu, Kayla yang masih lemas sudah dipulangkan kerumah, seorang cowok masuk kedalam uks berj...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gandy meringis menatap penuh perhatian kearah Juwita yang sama sekali belum membuka mata, sesekali mengusap keringat dingin di wajah gadis itu menggunakan tisu, Kayla yang masih lemas sudah dipulangkan kerumah, seorang cowok masuk kedalam uks berjalan mendekat ke arah Gandy, "pulang sekolah ada yang ingin gue bicarakan sama lo, hanya lo tanpa ada mereka", ujarnya bergegas keluar.

Gandy meneyeritkan dahi menatap punggung Daffa yang sudah menghilang  di balik pintu, "hiks", Gandy menoleh kaget melihat Juwita menangis pilu di dalam tidurnya, "Ta, hey bangun", ujar Gandy lembut mengguncang pelan tubuh Juwita perlahan mata gadis itu terbuka, terbangun dari tidur menubruk tubuh Gandy menangis histeris.

"Hikssss"

Gandy awalnya kaget namun perlahan cowok itu membalas mengusap punggung Juwita lembut menenangkan, "tenang Ta, ada gue", ujar Gandy meringis, perlahan tangisan gadis itu berhenti melepas pelukan menatap Gandy nanar, "maaf baju lo sampai basah", ujarnya merasa tidak enak.

"Tidak masalah Ta, lo pulang saja, biar gue antar sampai kedepan, maaf tidak bisa mengantar ke rumah, gue masih trauma menggunakan kendaraan sendiri", ujarnya meringis, Juwita menganggukan kepala pasrah saat Gandy memapah keluar menuju gerbang sekolah, setelah memastikan Juwita sudah pulang menggunakan grab Gandy merogoh ponsel mengirim pesan pada Daffa.

Setelah menerima balasan cowok itu bergegas masuk berjalan santai menuju rooftop sekolah, angin berhembus menerpa wajah Gandy setelah membuka pintu rooftop mendekati Daffa yang sudah berdiri di sana menatap kedepan.

"Daf?", panggil Gandy, cowok itu menoleh tersenyum tipis berjalan mendekat menyerahkan ponselnya tanpa mengatakan apa-apa, Gandy awalnya bingung meraih ponsel cowok itu menatap ke layar, mata Gandy membelalak begitu kaget melihat foto di sana, "ini Laila ?", tanyanya begitu kaget.

Daffa menganggukan kepala, "tidak mungkin Daf, Laila tidak mungkin melakukan itu", ujarnya masih syok menatap foto itu, Daffa menghembuskan nafas, "lo salah paham sama gue Gan, bukan gue yang menyukai Laila, tapi Azri dan Nathan, yang gue suka bukan Laila, tapi Kayla", ujarnya jujur.

Gandy masih terdiam mencerna perkataan cowok itu, "soal Juwita, gue rasa dia menyembunyikan sesuatu Gan, kata tetangga Laila, Juwita sudah dua kali mengunjungi rumah itu, coba lo buka vidio terbaru di galeri gue", perintahnya, Gandy mencari membuka.

Lagi-lagi mata cowok itu membola di sana jelas terlihat wajah Juwita, tapi anehnya tatapan gadis itu menatap kearah lantai dua dengan tatapan sakit, "gue sengaja meletakan kamera di sana untuk mencari tahu, awalnya gue hanya penasaran dengan suara tangisan yang terdengar di perumahan, gue pernah mencari sumber suara dan lo tahu suara tangisan berasal dari rumah Laila karena itu gue masang kamera seharian, dan yang gue dapatkan itu, Juwita datang ke sana, ternyata bukan cuma sekali tapi dua kali", ujarnya.

Gandy masih terdiam, banyak pertanyaan yang berputar di kepala cowok itu sekarang, Daffa meraih ponselnya memasukan kedalam saku celana, "jangan terlalu percaya dengan mereka Gan, lo pernah dengar pepatah orang terdekat yang kemungkinan lebih mudah membuat kita terluka, pertemanan kita merenggang bukan karena Laila mengungkap perasaannya pada lo tapi__", perkataan cowok itu berhenti menyendu begitu saja menatap nanar kearah Gandy.

"Gue merasa salah satu dari mereka penyebab kecelakaan lo waktu itu, maaf gue tidak bisa menghentikan dia", lanjutnya.

Gandy merasa jantungnya keluar dari tempat, menggelengkan kepala tidak percaya, "siapa ?", tanyanya lirih.

Daffa menggelengkan kepala, "gue tidak tahu, saat itu dia menggunakan hoody berwarna hitam, tapi sepatu yang dia gunakan, sepatu yang di buat khusus untuk kita berlima, gue sempat mengejar namun cafe waktu itu terlalu padat sampai gue kehilangan jejak setelah gue kembali untuk menahan, lo sudah tidak ada di sana", ujarnya merasa bersalah.

Keduanya diam, Gandy termenung terguncang masih tidak percaya orang terdekatnya sendiri berniat membuat dia celaka, keduanya tidak menyadari kehadiran Laila di sana menatap Daffa sejenak sebelum menatap Gandy lekat dengan tatapan penuh kesakitan.

•••

Ghost Class Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang