Menatap ke depan, gerbang hitam tinggi menyapa penglihatannya. Ia memeriksa sekali lagi alamat rumah di pesan yang terkirim dua hari lalu selepas perekrutan calon pegawai.
Menekan tombol pada sisi kanan pagar, ia menunggu dengan sabar. Tak lama, penutup ruang sisi gerbang terbuka, menampilkan wajah tak berekspresi dari laki-laki dewasa.
“Ada yang bisa saya bantu? ” Berlawanan dengan ekspresi wajahnya, tutur katanya cenderung sopan.
Gadis itu meneguk keras salivanya, ia mengangguk pelan. “Saya datang untuk bekerja sebagai pelayan di rumah ini. ”
Lelaki itu sedikit mengerutkan dahi, sebelum meminta sebuah bukti padanya. “Apa ada bukti akurat? ”
Aphrodite mengangguk, mengeluarkan handphone tak seberapanya sebelum menunjukkan pesan singkat kearah pria itu.
Membaca pesan teks pada ponsel itu, pria itu mengangguk paham. “Baik, akan saya bukakan pintu untukmu. ”
Senyum Aphrodite tanpa sadar mengembang. Gadis itu kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
Pintu kecil didepannya terbuka, memberi cukup ruang untuk satu tubuh manusia melewatinya. Begitu masuk, matanya dimanjakan oleh halaman luas sebuah Mansion yang baru pertama ia lihat. Matanya tak henti mengungkapkan raut kagum.
Meski ingin terus tenggelam dalam kemewahan yang memanjakan, namun pikirannya terus mengingatkan ia mengenai tujuan utama dirinya disini.
“Ayo, saya hantarkan kamu pada kepala pengurus rumah tangga. Beliau yang akan memberi tahu apa pekerjaanmu. ”
Aphrodite mengangguk mengerti, berjalan cepat mengikuti langkah panjang laki-laki itu. Matanya melirik sekitar, pada halaman indah nan luas yang sebentar lagi menjadi pemandangan biasa baginya.
Langkah dibawa menuju jalan samping, tanpa di ucap pun Aphrodite tahu alasan dibaliknya. Untuk pelayan seperti mereka, bagaimana mungkin memiliki izin untuk mengakses pintu utama untuk masuk kedalam rumah? Hal itu akan mencoret kehormatan tuan rumah.
Oleh karena itu, dibuat jalan khusus bagi pelayan seperti mereka disisi samping bangunan utama.
Setelah sekian lama berjalan sembari memperhatikan sekitar, mereka sampai di sebuah pintu cokelat. Lelaki itu mengetuk tiga kali daun pintu didepan mereka. Sahutan dibaliknya membuat keduanya masuk kedalam.
“Madam Gissel, saya membawa seorang pelayan baru. ”
Wanita dibalik meja mengangkat wajah, kacamata baca yang dikenakannya sedikit merosot turun. Tangannya bergerak cepat membenarkan tatanan kacamatanya sebelum melihat kearah sisi samping lelaki yang membawa Aphrodite sampai di ruang ini.
“Oh, Nona Grey, benar? ” Wanita itu bertanya begitu matanya menangkap sosok gadis itu.
Aphrodite mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya. “Ya, Madam. ”
“Derry, terimakasih telah mengantarkannya. Sisanya biar aku yang akan mengurus. ”
Lelaki itu mengangguk sebelum memberi salam singkat, kemudian pergi meninggalkan keduanya dalam hening.
Selepas Derry pergi, Gissel menatap penuh intimidasi pada Aphrodite, meneliti penampilan sederhana dari gadis di depannya.
Ditatap seperti itu oleh orang yang akan menjadi atasannya membuat Aphrodite berkeringat dingin. Gadis itu harap-harap cemas jika dirinya akan dengan mudah diterima untuk bekerja. Jika tidak, Aphrodite tak tahu harus pergi kemana lagi. Ia tak mungkin kembali ke panti, itu hanya akan menjadi sebuah kekecewaan terbesarnya.
“Perkenalkan dirimu. ” Madam Gissel melipat kedua tangan didepan dada, memutuskan untuk sedikit mengurangi tatapan intimidasi untuk anak muda di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Be A Maid
General FictionR-19+ Terbangun tanpa ingatan bukanlah apa yang diinginkan oleh Aphrodite. Namun, itulah yang ia alami kala terbangun di usia menginjak 9 tahun dalam rumah sederhana dengan keadaan tubuh remuk redam. Tumbuh besar di panti asuhan bersama anak-anak s...